NEWS & PUBLICATION

Karya Perhiasan dan Furnitur Alumni UPH, Aditya Cipta Sugandha, Menang di A’ Design Award 2025 

12/08/2025 Achievements, Alumni, Product Design

Karya Perhiasan dan Furnitur Alumni UPH, Aditya Cipta Sugandha, Menang di A’ Design Award 2025 

“Desain akan bernilai ketika mampu menyelesaikan masalah nyata dan memberi kepuasan psikologis—lewat keindahan, kenyamanan, atau inovasi,” ujar Aditya Cipta Sugandha, alumni Program Studi Desain Produk Universitas Pelita Harapan (UPH) angkatan 2014, peraih Golden dan Silver Award di A’ Design Award & Competition 2025. 

Tahun 2025 menjadi titik balik bagi Aditya. Setelah lima tahun mencoba peruntungan di ajang internasional tersebut, pada April 2025 ia sukses meraih dua penghargaan sekaligus: Maize Hair Jewelry meraih Golden A’ Design Award (kategori perhiasan), dan Sempoa Lounge Chair meraih Silver A’ Design Award (kategori furnitur). 

Merancang Makna Budaya lewat Batu Giok dan Emas

Bagi Aditya, desain bukan sekadar estetika, tapi cara menyentuh sisi terdalam manusia—melalui kenyamanan, makna budaya, dan visual yang menghadirkan pengalaman baru. “Penghargaan ini bukan hanya simbol pencapaian, tapi juga gerbang menuju peluang baru. Semoga bisa jadi inspirasi bagi para junior Desain Produk UPH,” tutupnya. 

“Maize Hair Jewelry” bukan sekadar perhiasan. Ia adalah narasi budaya yang diwujudkan dalam bentuk material: batu giok hijau tua khas Guatemala, kelopak bunga semi-transparan, dan sentuhan emas 18 karat yang mewah – membentuk figur Maya Maize god atau Dewa Jagung suku Maya.  Terinspirasi dari budaya Suku Maya, Dewa Jagung adalah simbol kehidupan dan kelimpahan. Desain ini bukan hanya cantik nan mewah, tetapi juga menyimpan kedalaman makna.

Aditya mengembangkan desain ini bersama tiga desainer dari New Elegant Co., Ltd, Vietnam, tempat ia bekerja sebagai Senior Designer. Bersama Wei-Liang Chou (Direktur) dan Jian-Cheng Pan (Desainer), proyek ini digarap sejak November 2023 hingga Oktober 2024. Menggabungkan teknologi 3D modeling dan keahlian tangan para pengrajin, karya ini hadir sebagai hiasan rambut sekaligus objek seni yang memberi penghormatan pada warisan budaya Mesoamerika. “Bagi saya, dalam merancang sebuah desain produk, hal yang paling penting adalah menjaga keseimbangan antara material, bentuk, dan fungsi. Saya percaya Maize Hair Jewelry bukan hanya unik, tapi juga memiliki perpaduan yang pas antara keindahan dan kegunaannya sebagai perhiasan,” ujar Aditya.

Menghadirkan Kenyamanan melalui Alat Tradisional

Bayangkan, setiap hari kita duduk berjam-jam—bekerja, rapat, makan, atau sekadar menatap layar. Aktivitas sederhana ini perlahan menumpuk kelelahan fisik yang sering kali tak terasa. Dari kebutuhan akan kenyamanan inilah lahir Sempoa Lounge Chair, kursi santai yang tak hanya ergonomis, tetapi juga sarat makna budaya.

Inspirasi kursi ini datang dari dua hal yang tampaknya tak berkaitan: sandaran punggung kayu yang digunakan sopir taksi di Vietnam, dan sempoa—alat hitung tradisional Jepang. Dari pengamatan itu, Aditya menciptakan desain yang memadukan keindahan, fungsi, dan warisan budaya, dalam proses kreatif yang berlangsung selama setahun, sejak Agustus 2023 hingga Agustus 2024.

Ciri khas kursi ini terletak pada sandaran punggungnya yang unik, yaitu deretan manik-manik kayu yang bisa bergerak bebas. Saat pengguna bersandar, manik-manik tersebut menyesuaikan gerakan tubuh dan memberikan sensasi pijatan ringan. Manik-manik ini dipasang di batang baja tahan karat dan dibingkai oleh struktur kayu lentur (bentwood) yang mengikuti lekuk tubuh. Untuk menyempurnakan rasa nyaman, permukaan duduknya dilapisi kain beludru lembut yang terasa halus di kulit.

Ciri khas Sempoa terletak pada sandaran punggungnya yang unik—deretan manik-manik kayu yang bisa bergerak bebas layaknya sempoa. Saat bersandar, manik-manik ini menyesuaikan gerakan tubuh dan memberikan sensasi pijatan lembut. Semua elemen disusun di atas batang baja tahan karat dan dibingkai kayu lentur (bentwood) yang mengikuti lekuk tubuh, lengkap dengan dudukan beludru lembut untuk kenyamanan ekstra.

“Menggabungkan dua fitur dari benda yang sama sekali tidak berhubungan memang bukan hal mudah. Namun, semua terbayar ketika melihat ekspresi para pengguna yang kagum dan penasaran dalam waktu bersamaan,” ujar Aditya.

Belajar Berpikir Kritis dari UPH

Bicara soal asal mula, Aditya tak ragu menyebut UPH sebagai tempat ia mulai membentuk cara pandang. Menurutnya selama kuliah di Program Studi (Prodi) Desain Produk UPH, bukan hanya belajar keterampilan teknis desain, tetapi juga cara berpikir kritis dan reflektif. Di situlah ia pertama kali diajarkan untuk bertanya: “Apakah desain ini sungguh menjawab kebutuhan manusia?”

Kebiasaan bertanya, mempertanyakan, dan mencari makna inilah yang menjadikannya bukan sekadar pembuat produk, tapi seorang pemikir desain dan mampu menuntunnya di dunia profesional. Lebih jauh, Aditya juga menyoroti pentingnya kemampuan komunikasi dan presentasi dalam dunia profesional.

“Selain keterampilan tangan, kemampuan untuk mempresentasikan karya adalah hal yang penting. Di dunia kerja, saya harus bisa menyampaikan ide kepada klien dan meyakinkan mereka akan nilai dari desain yang ditawarkan. Saya bersyukur di UPH saya dilatih untuk bisa mempresentasikan karya dengan percaya diri dan jelas,” ujarnya.

Dari Passion hingga Pengakuan Global

Bagi Aditya, passion bukan sesuatu yang ditemukan secara instan. Ia tumbuh bersama proses. Karena itu, ia berpesan kepada mahasiswa Desain Produk UPH dan generasi muda kreatif lainnya untuk tidak takut mencoba.

Passion itu dibangun melalui usaha dan ketekunan. Sejak di bangku kuliah, gunakan semua kesempatan yang ada, bereksperimenlah, dan jangan takut gagal. Karena setiap langkah kecil akan mengarahkan kita pada hal besar. Learning is a life journey,” tambahnya.

A’ Design Award & Competition sendiri adalah salah satu ajang penghargaan desain bertaraf global paling bergengsi yang berbasis di Como, Italia. Didirikan sejak 2008, kompetisi ini bertujuan untuk memberikan pengakuan internasional kepada desain-desain terbaik dari berbagai bidang industri kreatif—mulai dari arsitektur, produk, grafis, mode, hingga desain perhiasan dan furnitur. Penilaian dilakukan secara ketat oleh panel juri internasional yang terdiri dari pakar industri, akademisi, dan jurnalis.

Desain sebagai Jalan untuk Memberi Dampak

Kemenangan Aditya di A’ Design Award bukan sekadar kemenangan pribadi. Ia menjadi cerminan bahwa karya desainer Indonesia mampu menembus dan gemilang di level global—bukan dengan meniru, tetapi dengan menjadi otentik, menjaga akar budaya, dan menawarkan solusi nyata melalui karya.

Kisah Aditya menjadi bukti bahwa desain mampu menjembatani masa lalu dan masa depan, menghubungkan nilai lokal dengan perspektif global, serta memadukan kenyamanan fisik dengan kekayaan makna budaya. Melalui karya dan pemikirannya, ia tidak hanya mengharumkan nama Indonesia di panggung dunia, tetapi juga menginspirasi generasi baru untuk melihat desain sebagai sarana memberi, merespon, dan membawa dampak nyata.

Bagi UPH, kehadiran alumni seperti Aditya menegaskan komitmen institusi ini dalam mendidik lulusan yang takut akan Tuhan, unggul, dan memberi kontribusi positif bagi Indonesia maupun dunia.