Magister Hubungan Internasional UPH Gelar Seminar dan Talkshow di Ambon, Tekankan Pentingnya Pendidikan dan Kompetensi Global.

Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan pernah mengatakan, “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world”. Ungkapan tersebut berarti pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia. Pendidikan merupakan fondasi dan investasi bagi generasi saat ini dan mendatang. Oleh karena itu, penting untuk menjamin akses terhadap pendidikan yang inklusif dan merata.

Antusiasme masyarakat Indonesia untuk menempuh pendidikan tinggi terus meningkat. Sebagai gambaran, Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) mencatat ada 612.049 peserta yang mendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2022. Jumlah itu meningkat sekitar 3,09 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 593.667 peserta. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya pendidikan cukup tinggi. Namun, apakah hal tersebut juga dibarengi dengan kualitas pendidikan yang baik?

Untuk membahas hal ini, Magister Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan (MHI UPH) bekerja sama dengan Pusat Studi G20, Dinas Pendidikan Kota Ambon, dan Universitas Pattimura menggelar diskusi terbuka secara luring dan daring bertajuk ASEAN Matters-Epicentrum of Growth: Strengthening Quality of Education in the City of Ambon to Increase its Competitiveness in the Globalization era di Hotel Santika Ambon, Maluku pada Sabtu, 6 Mei 2022.

Dalam sambutannya, Ir. Rimaniar Julindra Hetharia, S.T., IPP selaku Ketua Panitia Acara yang juga mahasiswi MHI UPH angkatan 2022 mengatakan, alasan pihaknya menggelar acara tersebut di Ambon lantaran pendidikan di sana masih membutuhkan perhatian yang lebih. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga merupakan bentuk implementasi Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

“Kami berharap program ini dapat menjadi trigger buat pemerintah baik dari kota Ambon sendiri, Provinsi Maluku, dan pemerintah pusat untuk bisa melihat potensi-potensi yang ada di kota Ambon,” kata Rimaniar.

Sementara itu, Husein, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku mengungkapkan, ada sekitar 1,9 juta siswa (SD, SMP, SMA/K/SLB) di Provinsi Maluku dengan 50 persen sekolah berada di wilayah Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah. Untuk Kota Ambon sendiri, terdapat sebanyak 20.786 siswa. Husein melanjutkan, Kota Ambon merupakan barometer dari pendidikan di Provinsi Maluku. Namun, ia menilai bahwa mutu pendidikan di sana masih membutuhkan perhatian.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada UPH. Acara ini adalah kesempatan emas untuk  meningkatkan kualitas pendidikan untuk memperkuat daya saing pada era global di Kota Ambon,” ucap Husein.

Usai sambutan, acara dilanjutkan dengan seminar yang dihadiri tiga pembicara, yakni Dr. Amelia Joan Ribka Liwe, S.S., M.A., Ph.D., selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) MHI UPH, Dr. Yosef Marcis Djakababa, B.A., M.A., Ph.D., selaku dosen MHI UPH, dan Prof. Dr. Marthinus Johanes Saptenno, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Pattimura.

Dalam paparannya, Dr. Amelia menekankan pentingnya memiliki kompetensi global untuk meningkatkan daya saing global. Presidensi G20 Indonesia pada 2022 lalu dan Keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023 ini menjadi momentum bagi seluruh warga Indonesia untuk meningkatkan kapasitasnya. Dr. Amelia Joan mencontohkan, melalui keketuaan ASEAN, Indonesia ingin menunjukkan bahwa kawasan Asia Tenggara sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, untuk berkontribusi akan hal itu, kualitas pendidikan yang baik adalah salah satu indikator yang harus dimiliki.

Lebih lanjut Dr. Amelia menyatakan bahwa kesadaran dan pengetahuan mengenai isu-isu global membuat manusia siap untuk mengantisipasi hal-hal yang menjadi fokus perhatian dunia. Ia mencontohkan, salah satu prioritas Indonesia saat G20 adalah tentang mengatasi krisis pangan hingga food waste, yang dapat dilakukan dengan cara bercocok tanam. Ia menilai, hal-hal sederhana seperti itu mampu menjadi solusi untuk isu-isu atau permasalahan global.

“Seseorang memerlukan kompetensi global sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk itu setiap individu penting terus belajar dan menggali diri. Kita sebagai pendidik harus mampu memotivasi anak didik agar terus belajar. Mari kita bersama-sama memajukan pendidikan di Ambon; kualitas pendidikan di Ambon akan mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia,” tambah Dr. Amelia Joan.

Sementara bagi Dr. Yosef Marcis, pendidikan adalah sebuah proses yang tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga keadaban. Pendidikan bukan merupakan proses yang instan, melainkan proses panjang untuk membangun sumber daya manusia yang cerdas, kritis, siap menghadapi berbagai tantangan, dan mengambil kesempatan.

Menurut Dr. Yosef, Sebagai organisasi, ASEAN juga membantu meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas dan memandangnya sebagai prioritas yang selalu diperjuangkan. “Tanpa pendidikan yang berkualitas, berbagai upaya peningkatan taraf ekonomi dan kesejahteraan yang dicanangkan pemerintah maupun ASEAN tidak akan terpenuhi,” jelas Dr. Yosef.

Rektor Universitas Pattimura juga menambahkan bahwa kualitas pendidikan ditentukan oleh beberapa  faktor, antara lain manajemen pendidikan; sistem, kebiasaan dan budaya kerja keras; etos kerja yang tinggi; sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas; komitmen dan tanggung jawab para pemangku kepentingandinfrastruktur pendukung yang memadai; kurikulum; inovasi dan kreativitas; serta kebijakan dan program yang teratur, terukur, serta berkesinambungan dari pemerintah.

Talkshow

Menutup diskusi terbuka dan seminar tersebut, acara ini juga turut menghadirkan Ir. Rimaniar Julindra Hetharia, S.T., IPP bersama kedua mahasiswa MHI UPH angkatan 2022 lainnya yakni Ajun Komisaris Polisi (AKP) Eka Palti A. P. Hutagaol, SIK; dan Rifatus Sovia, S.M. untuk berbagi pandangan terkait pentingnya pendidikan.

Menurut Rimaniar, pendidikan merupakan salah satu penunjang untuk meningkatkan karier. Perempuan yang berprofesi sebagai Engineer Consultant ini pun memutuskan untuk mengambil program pascasarjana (S2) HI yang sudah didambakannya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).

“Saya senang sekali mempelajari hal yang lingkupnya lebih luas, dan itu saya temukan di ranah hubungan internasional yang mempelajari bagaimana hubungan antara negara Indonesia dan negara-negara lainnya,” cerita Rimaniar.

Lain halnya bagi AKP Eka Palti, awalnya ia sempat tidak ingin melanjutkan kuliah lagi lantaran sudah bekerja usai lulus dari Akademi Kepolisian (Akpol). Seiring berjalannya waktu, Palti memutuskan untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan minatnya. Polisi yang bertugas sebagai penyidik di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) ini pun menekankan peran orang tua sangat diperlukan dalam mendukung pendidikan anak.

Sama halnya dengan Rimaniar dan Palti, Rifatus yang kini berprofesi sebagai Disaster Project Manager memandang pendidikan sebagai tiket untuk mengembangkan kualitas diri dan karier. Hal ini dapat diraih dengan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

“Pendidikan akan membuka wawasan kita dan memberikan insight yang mungkin tidak didapatkan dari tempat lain. Pendidikan adalah investasi terbaik yang bermanfaat untuk kehidupan selanjutnya,” tutur Rifatus.

Tentang Magister Hubungan Internasional UPH

Program Magister Hubungan Internasional UPH dirancang khusus untuk mengatasi tantangan di dunia profesional saat ini, di mana dimensi utama hubungan internasional seperti ekonomi politik, keamanan, dan perdagangan menjadi fokus utama. Para siswa dipersiapkan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka dengan aspek-aspek penting dari hubungan internasional. Mari bergabung bersama UPH, raih prestasi terbaik, dan menjadi profesional di bidang hubungan internasional. Informasi lebih lanjut hubungi Student Consultant di nomor 0812-8535-2278 atau daftar di sini.