14/08/2025 Other
Di tengah persaingan global yang semakin sengit, membangun reputasi dan peringkat universitas bukan lagi sekadar soal status, melainkan kebutuhan strategis untuk menarik mahasiswa, mitra internasional, dan sumber daya unggulan. Times Higher Education (THE), lembaga pemeringkatan universitas bergengsi, baru saja meluncurkan metodologi World University Rankings (WUR) 3.0 yang lebih ketat dan relevan dengan tantangan pendidikan tinggi masa kini.
Universitas Pelita Harapan (UPH) menyadari pentingnya mengadaptasi standar baru ini sebagai langkah krusial untuk meningkatkan kualitas dan reputasi akademik secara global. Komitmen ini tercermin dari peran aktif UPH sebagai tuan rumah Masterclass Strategis yang digelar THE pada 7 Agustus 2025 di Auditorium D502, Kampus UPH Lippo Village. Acara ini menghadirkan Mei Mei Lim, President Asia-Pacific THE, dan Julie Wilkens McMahon, Vice President Asia-Pacific THE, yang mengupas tuntas metodologi WUR 3.0.
Masterclass yang diikuti pimpinan UPH dan perwakilan universitas swasta terkemuka di Indonesia ini menjadi forum interaktif untuk saling belajar antar perguruan tinggi.
“Untuk kemajuan pendidikan masa depan, penting bagi perguruan tinggi untuk saling belajar agar lebih produktif dan memberikan yang terbaik bagi mahasiswa. Dengan begitu, kualitas pendidikan yang kita berikan benar-benar unggul, relevan, dan berdampak bagi masa depan. Kolaborasi lintas institusi tidak hanya memperkuat kapasitas universitas, tetapi juga membangun reputasi pendidikan tinggi Indonesia di mata dunia,” ujar Dr. (Hon.) Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc., Rektor UPH, saat membuka sesi diskusi.
Memahami Strategi dan Dampak Global
Salah satu sorotan utama dalam masterclass adalah THE Impact Rankings—penilaian global yang mengukur kontribusi universitas terhadap 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Evaluasi dilakukan melalui empat pilar, yakni research (riset inovatif yang memandu perubahan), stewardship (pengelolaan sumber daya secara adil dan berkelanjutan), outreach (dampak nyata bagi komunitas lokal dan global), dan teaching (pendidikan generasi masa depan dengan prinsip keberlanjutan). Penekanan pada SDGs ini menjadi indikator bagaimana universitas tidak hanya berkompetisi dalam akademik, tapi juga bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
“Keempat pilar ini membentuk landasan strategis universitas dalam berkontribusi membangun masa depan yang berkelanjutan. Melalui riset, pengelolaan bertanggung jawab, keterlibatan komunitas, dan pendidikan visioner, universitas dapat memperluas dampak positifnya jauh melampaui kampus,” jelas Mei Mei Lim.
Mei Mei menyebutkan bahwa menurut survei global, 84% responden menganggap Impact Rankings sebagai alat penting untuk menilai kontribusi universitas terhadap SDGs. Sebanyak 48% menganggapnya sebagai satu-satunya indikator komprehensif kontribusi tersebut. Selain itu, 85% responden meyakini bahwa keterlibatan dalam Impact Rankings dapat meningkatkan reputasi institusi. Hal ini menegaskan bahwa partisipasi dalam Impact Rankings bukan hanya soal reputasi, tetapi juga strategi penting untuk memperluas jaringan, memperkuat visi keberlanjutan, serta mendorong universitas mengukur dan meningkatkan dampak positif mereka terhadap masyarakat.
“Dengan berpartisipasi dalam Impact Rankings, universitas menunjukkan komitmen dan langkah proaktif menuju perubahan positif dan keberlanjutan. Ini bukan hanya soal peringkat, tetapi tentang membangun warisan yang bermanfaat bagi generasi mendatang,” ungkapnya.
Strategi Reputasi: Membangun Brand dan Internasionalisasi Perguruan Tinggi
Reputasi universitas yang kuat bukan hanya simbol prestise, melainkan modal strategis untuk memperluas pengaruh di tingkat internasional. Kepercayaan dari calon mahasiswa, mitra industri, dan institusi akademik global sangat bergantung pada citra ini. Oleh karena itu, membangun reputasi memerlukan strategi yang berkelanjutan dan konsisten.
Julie Wilkens McMahon menekankan pentingnya penguatan brand universitas melalui upaya internasionalisasi yang strategis. “Universitas perlu menggabungkan kualitas akademik, keterlibatan global, dan identitas autentik untuk menciptakan daya tarik kompetitif. Reputasi dibangun melalui strategi yang relevan dan berkelanjutan,” ujarnya.
Julie menjelaskan bahwa brand universitas berada di pusat ekosistem yang melibatkan hubungan dengan pemerintah, rekrutmen mahasiswa, kemitraan, promosi, kontribusi civitas academica, hingga persaingan antar institusi. Strategi terukur, seperti kampanye di wilayah atau bidang tertentu, menyelenggarakan konferensi internasional, memberi insentif untuk riset dan pertukaran pengajaran, serta meningkatkan jumlah dosen asing, adalah kunci dalam memperkuat citra universitas di kancah global.
Menutup sesi, Dr. Stephanie Riady, B.A., M.Ed., Presiden UPH, menegaskan bahwa pencapaian peringkat internasional bukan hanya kebanggaan, tetapi juga fondasi strategis bagi pertumbuhan universitas. “Peringkat sangat penting karena mencerminkan kualitas akademik, dampak sosial, dan daya saing universitas di dunia. Kami berharap paparan ini dapat memotivasi seluruh civitas untuk terus meningkatkan kualitas dan kontribusi di tingkat global,” ujarnya.
Prestasi Global yang Mengukuhkan Komitmen
Komitmen UPH untuk terus meningkatkan mutu pendidikan telah membuahkan hasil. Pada 2025 ini, untuk pertama kalinya UPH berhasil menembus peringkat global 401–600 dalam THE Impact Rankings, di antara 2.526 universitas dari 130 negara. Di tingkat nasional, UPH masuk dalam jajaran 13 universitas terbaik Indonesia dan menempati posisi tiga besar di antara universitas swasta. Capaian ini menjadi bukti nyata bahwa strategi peningkatan kualitas, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang dijalankan UPH berkontribusi signifikan terhadap pencapaian SDGs.
Dengan pencapaian ini, UPH semakin mengukuhkan komitmennya untuk menyelenggarakan pendidikan holistik dan mempersiapkan lulusan yang takut akan Tuhan, unggul, serta siap memberi dampak positif bagi bangsa dan dunia.