19/08/2008 Uncategorized
Sri Sultan Hamengku Buwono X, setelah menyampaikan pidatonya di UPH, Karawaci, menjelaskan kepada pers perlunya mengintegrasi perairan Indonesia yang sangat besar dan strategis untuk mendapat keuntungan ekonomi paling maksimal demi kesejahteraan penduduk
Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr Gumilar Rusliwa Somantri, kemarin menegaskan perlunya pembaruan kurikulum agar lulusan universitas memiliki semangat kompetitif setelah implementasi ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 2015 nanti.
?Kurikulum sekolah dan universitas masih terlalu luas, kurang fokus yang akhirnya menghasilkan ketidak cocokan dengan persyaratan nyata tenaga kerja di lapangannya,? kata Prof. Gumilar di konferensi pers setelah ia menyampaikan pidatonya, ?Global Strategy for Quality Education?, di kampus Universitas Pelita Harapan (UPH), Karawaci, Tangerang.
?Universitas perlu menghasilkan lulusan yang tidak hanya mampu di bidang pengetahuan namun juga memiliki soft skill, hard skill dan life skil. Selain itu diperlukan juga penguasaan akan Bahasa Inggris dan Information and Communication Technology (ICT),? katanya.
?Universitas perlu mempertajam fokusnya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masa depan dan kondisi Indonesia,? tambahnya.
Ia percaya universitas perlu memeluk konsep ?pengetahuan tanpa batas? untuk meningkatkan semangat kompetisi lulusan Indonesia di panggung internasional.
Menurut pandangan Prof. Gumilar, universitas di Indonesia memerlukan perubahan ke kampus digital dan membangun jaringan dengan institusi dan universitas besar di dunia.
Pandangan Sultan
Sementara itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X, setelah menyampaikan pidatonya di UPH, Karawaci, menjelaskan kepada pers perlunya mengintegrasi perairan Indonesia yang sangat besar dan strategis untuk mendapat keuntungan ekonomi paling maksimal demi kesejahteraan penduduk Indonesia.
Menanggapi kesiapan Indonesia menjelang AFTA 2015, Sultan menggagas Indonesia ?melakukan penilaian yang menyeluruh dan jujur dalam bidang di mana kita memimpin dan yang tertinggal juga. Sehingga kita bisa meningkatkan persaingan menurut kekuatan dan kebutuhan negara?
Sultan menyampaikan pidato publik di seminar ?Culture in the Global Education?. Ia membahas tiga persyaratan minimum agar bangsa ini dapat bertahan di kompetisi global.
Ketiga persyaratan tersebut adalah bangsa yang terdidik dan sejahtera, transparasi atas kebijakan pemerintah dan perekrutan dan pengendalian.
Gubernur Yogyakarta ini, yang memangku kesultanan sejak tahun 1989, juga mengkritik hegemoni negara menuju terhadap negara yang sedang berkembang atau miskin.
Ia mencotohkan bagaimana produk luar negeri terlihat di manapun dari barang di ruang keluarga sampai di dapur.
Dalam multikulturalisme global, ia berharap setiap negara dapat menghormati budaya dan kepercayaan negara masing-masing, bukan sebaliknya, yaitu dengan menghancurkan satu sama lain.
Dalam akhir pidato publiknya, yang dimoderasi oleh Mentor Senior UPH, Prof. Dr. Adrianus Mooy, ia menyarankan semua mahasiswa UPH, terutama yang baru, untuk menggunakan kesempatan menjadi mahasiswa ini dengan sebaik-baiknya karena masih banyak anak muda yang masih kesulitan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena masalah ekonomi.
CampusAsia/Andres Fatubun, Hermanto Lim