NEWS & PUBLICATION

Hati Untuk Melayani

03/09/2009 Uncategorized

Hati Untuk Melayani

?Melakukan kegiatan tidak akan pernah puas. Rasanya lebih banyak kita memberi, lebih banyak juga kita menerimanya.? (T. Suryadi, Kepala Sekolah SD Kristen Patimuan).

?Melakukan kegiatan tidak akan pernah puas. Rasanya lebih banyak kita memberi, lebih banyak juga kita menerimanya.? (T. Suryadi, Kepala Sekolah SD Kristen Patimuan).

Suryadi meresmikan SD Kristen Patimuan setelah direnovasi oleh Komunitas Service Learning UPH.
 

Sekolah SD Patimuan Kristen dibangun sejak tahun 1957. Ide untuk membangun sekolah ini berawal dari gereja yang ingin melihat komunitas Kristen di Cilacap mendapat pendidikan. Keinginan ini terwujud di tangan Djawi Kerana, seorang pengembara yang mengenyam pendidikan tinggi di Belanda. Sejak saat itu, sekolah ini aktif memberikan pendidikan dengan basis Kristen kepada anak-anak di umur sekolah dasar.

Untuk beberapa waktu, sekolah ini bertahan dengan bantuan donatur yang datang dari gereja. Jumlah murid di sekolah ini telah mencapai 200. Angka yang cukup luar biasa untuk sekolah swasta di kota yang kecil. Hal yang menarik adalah meskipun pendidikan yang diberikan berdasarkan nilai Kristiani, 80% muridnya bukan pemeluk agama Kristen. ?Kami berharap anak-anak ini akan memiliki toleransi yang lebih lagi dalam kehidupan beragama. Penting bagi mereka untuk menjadi taat Kristen namun tidak menjadi fanatik dan bermusuhan dengan agama lain,? kata Timothy Suwarno, guru olahraga dan agama.

Lalu waktu datang ketika sebuah sekolah negeri baru dibangun. Jumlah murid berkurang seiring dengan kontribusi dari para donatur. Tidak berhenti di situ saja, orang tua mulai menarik mundur anak-anak mereka karena sekolah ini masih membebankan uang sekolah. Banyak orang tua lebih memilih sekolah negri karena gratis diberikan oleh pemerintah. Para guru yang juga berhasil dalam ujian CPNS juga mundur dari sekolah. ?Ini dilemma, karena di satu sisi kami senang memiliki guru yang menjadi pegawai negri. Namun di sisi lainnya, hal ini menyedihkan bagi para murid karena tidak ada yang mengajar mereka,? kata Suryadi.

Sekolah ini akhirnya mengurangi uang sekolah yang harus dibayar oleh setiap murid. Bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah dialih fungsikan untuk menutup kekurangan biaya operasional sekolah. Dampaknya, gaji para guru dipotong besar-besaran. Hal ini menyebabkan banyak guru pindah ke sekolah negri. ?Banyak guru di sini tidak punya Surat Ijin Mengajar ? SIM. Karena latar pendidikan kami bukan dari sekolah keguruan. Untuk mendapatkan SIM, kami harus belajar lagi,? kata Kristiawati, guru kelas lima.

Seiring waktu, penampilan gedung sekolah tampak tidak terawat. Warna tembok mulai tampak pudar di beberapa tempat. Langit kelas mulai dimakan oleh rayap. Namun, para guru di sekolah ini masih belum bersedia untuk menyerah. ?Kami dulu bersekolah di sini, jadi semacam ada rasa memiliki di sekolah ini. Orangtua kami dulu berjuang sehingga sekolah ini tetap berdiri, sekarang, kami lah yang melanjutkan perjuangan itu,? kata Wistowati, salah satu guru.

Suryadi juga menambahkan, sekolah dengan jumlah murid kurang dari 120 harus ditutup atau digabungkan dengan sekolah kecil lainnya. Sekolah ini dapat bertahan karena terbukti dengan keberhasilan meraih berbagai macam prestasi dalam berbagai bidang seperti olahraga, seni dan mata pelajaran. Bahkan di tahun 2009, presentase murid yang lulus mengikuti Ujian Nasional mencapai 100%. Meskipun bangga dengan prestasi ini, jumlah murid menurun drastis dengan tersisa hanya 93 murid saja.
 
 
Proses pembuatan mural.
 

Atas alasan-alasan ini, Departemen Student Service Universitas Pelita Harapan melakukan proyek ?Heart to Serve? (Hati untuk Melayani) di Sekolah Kristen Patimuan sejak tanggal 22 Agustus sampai 28 Agustus 2009. Relawan yang bergabung dalam Komunitas Service Learning langsung bekerja begitu memasuki lapangan sekolah. Beberapa dari mereka mengecat tembok, melapisi pintu kayu dan menggambar mural untuk menghias dinding perpustakaan.

Astrid, alumni UPH angkatan 2003 dari jurusan Desain Produk, pelukis mural, menghias dinding dengan gambar-gambar buah, sayur, berbagai hewan, instrumen musik dan berbagai alat transportasi. Hasil akhirnya, perpustakaan dipenuhi dengan berbagai macam bahan bacaan di mana murid SD Kristen Patimuan dapat membaca sesuka mereka. Sementara itu, Lidya, mahasiswa Fakultas Hukum UPH angkatan 2006, bersama dengan temannya memberikan pelajaran singkat di setiap mata pelajaran. Untuk para guru, kepala Departemen Student Service UPH, Kusuma Wardhani, memberikan workshop tentang keterlibatan aktif murid dalam pengajaran di kelas. Dengan program ini, diharapkan para guru dan murid lebih bersemangat dalam belajar dan bekerja. (sar/cyn)

 
Beberapa relawan dengan murid SD Kristen Patimuan.
 
UPH Media Relations