NEWS & PUBLICATION

Milikilah ‘BOM’ dalam Dirimu

11/09/2009 Uncategorized

Milikilah ‘BOM’ dalam Dirimu

call_to_action

Sebuah bom memiliki konotasi negatif dalam pemikiran kita. Terlebih lagi, beberapa bulan lalu, dua hotel bintang lima di Mega Kuningan, Jakarta, terkena serangan bom yang membunuh cukup banyak korban jiwa.

 

 Para Peserta Mendengarkan Khotbah Pendeta Kokoh.

 

Sebuah bom memiliki konotasi negatif dalam pemikiran kita. Terlebih lagi, beberapa bulan lalu, dua hotel bintang lima di Mega Kuningan, Jakarta, terkena serangan bom yang membunuh cukup banyak korban jiwa. Namun ternyata, untuk semakin dekat dengan Tuhan Yesus, kita harus memiliki ?BOM? dalam diri kita.

Hal ini disampaikan oleh Pendeta Jost Kokoh dalam misanya di gathering ?Unity? yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Katolik Uph pada hari Rabu (09/09) di Saint Helena Parish, Karawaci.

Apa arti dari ?BOM?? Apakah sama dengan bom bunuh diri? Tentu tidak. ?BOM? merupakan singkatan dari tiga tingkah laku dari setiap orang beriman, terutama untuk mahasiswa baru sehingga mereka lebih mengerti dasar dari iman Kristiani.

Huruf ?B? berarti Bersyukur dalam Iman. Sebagai orang yang beriman, terutama bagi mereka yang percaya akan Yesus Kristus, kita harus bersyukur akan segala yang terjadi dalam kehidupan kita.?Percaya akan segala hal yang Tuhan rencanakan dan bersyukurlah,? tambah Pendeta Kokoh.

Huruf ?O? berarti Omongan yang Membawa Perdamaian. Setiap kali kita berkomunikasi dengan yang lain, kita harus mengkomunikasikan hal yang baik. Sesuatu yang membuat nyaman atau semangat, bukan membuat orang menjadi sedih sehingga kita bisa menciptakan kedamaian.

Untuk huruf ?M? artinya adalah Miskin di Hadapan Tuhan. Kita harus menyadari bahwa kita terlahir di dunia ini tanpa membawa apapun, jadi kita harus mengingat segala yang kita punya hari ini adalah merupakan hadiah dari Tuhan. Karena itu, kita harus miskin di hadapanNya.

Pendeta Jost Kokoh, Pr menyampaikan khotbahnya.

Tiga tingkah laku ini ditekankan oleh Pendeta Kokoh kepada mahasiswa baru sehingga bisa dilakukan di kehidupan sehari-hari mereka. BOM harus selalu ?diambil? dan ?diledakkan? untuk orang lain juga sehingga mereka menerima efeknya dan akhirnya mengikuti tingkah laku ini juga.

?Mungkin terdengar sederhana, namun harus dilakukan secara serius karena tingkah laku ini akan membimbing kita ke persatuan iman akan Yesus Kristus,? katanya ketika mengakhiri misa ini. (Cynthia Ruslan/Photo credits: Cynthia/Bernardus Rizky)

UPH Media Relations