24/11/2009 Uncategorized
Bom Bali pertama pada tahun 2002, yang mengguncang industri pariwisata Indonesia, memerlukan waktu yang lama untuk pemulihan.
Noviendi Makalam menyampaikan presentasinya mengenai pariwisata Indonesia dari sudut pandang pemerintah.
Lippo Village (23/11) ? Bom Bali pertama pada tahun 2002, yang mengguncang industri pariwisata Indonesia, memerlukan waktu yang lama untuk pemulihan. Ancamannya adalah salah satu dari dua faktor yang berhubungan dengan industri perhotelan. Bencana nasional seperti gempa bumi atau banjir, dan pengaruh lingkungan seperti flu burung atau kerusuhan sosial (demonstrasi, pertempuran massal dan lainnya) adalah faktor yang tidak dapat diprediksi. Jadi, apa yang harus kita lakukan ketika kejadian yang tidak bisa diprediksi terjadi?
Topik-topik yang dibahas di seminar ?Overcoming the Challenges and the Threads Towards the Hospitality Industry? (Mengatasi Tantangan dan Ancaman Industri Perhotelan) yang diadakan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan, Senin (23/11) di gedung D502, UPH ? Lippo Village.
Secara luas, ada dua jenis ancaman yang bisa diatasi dengan pencegahan dan humas yang baik. ?Pencegahan termasuk standar pembangunan yang sesuai, perwatan berkala, pegawai yang bekerja sesuai dengan standard operating procedures (SOP) dan memastikan gedungnya diasuransikan,? kata Carla Parengkuan, Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ? PHRI, salah satu dari dua pembicara di seminar ini.
Sementara itu, pembicara lainnya, Noviendi Makalam, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Budaya dan Pariwisata Indonesia, mengungkapkan kebutuhan humas, terutama ketika ancaman tersebut telah menjadi realita. ?Fungsi humas adalah sebagai sumber informasi. Dalam situasi yang tidak menentu, kita haru membuka pusat media, sehingga semua informasi yang ada akan tertampung dan bagi yang membutuhkannya bisa datang ke pusatnya. Jadi jalur informasinya jelas,? kata Novi.
Pemerintah juga harus turut andil dalam pemulihan citra Indonesia, terutama di pariwisata dan perhotelannya. ?Mereka bisa mengadakan simulasi workshop, mempersiapkan pedoman untuk antisipasi dan respon cepat, dan pedoman tersebut harus disebarluaskan, dipantau, dan dievaluasi serta menyediakan dana untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut,? tambah Novi. (cyn)
Carla Parengkuan menyampaikan pidatonya dari sudut pandang perhotelan.
UPH Media Relations
Berita ini juga ditampilkan di KOMPAS.com:
Humas Berperan Pulihkan Situasi Pariwisata Indonesia.