15/02/2010 Uncategorized
Kasus Bank Century yang saat ini sedang merebak di tengah masyarakat tidak hanya bisa dilihat dari segi politik dan ekonomi saja, namun juga bisa dilihat dari sisi komunikasi politik.
Foto 1: (kiri-kanan) Prof. Dr. Tjipta Lesmana, MA., MARS, Dr. John Palinggi, MM, MBA., Erwin Pardede, Dr. Effendi Gazali, Bambang Soesatyo.
Foto 2: Effendi Gazali menjelaskan teori yang muncul di tengah masyarakat sehubungan maraknya kasus Bank Century.
|
Kasus Bank Century yang saat ini sedang merebak di tengah masyarakat tidak hanya bisa dilihat dari segi politik dan ekonomi saja, namun juga bisa dilihat dari sisi komunikasi politik. Berangkat dari pemahaman itu, Program Magister Komunikasi Universitas Pelita Harapan pada Jumat (12/2) mengadakan seminar di Hotel Aryaduta Jakarta yang bertajuk ?Solusi Skandal Bank Century dan Stabilitas Pemerintahan SBY?. Seminar yang hanya akan dibahas dari sisi akademis, khususnya dalam ranah komunikasi politik ini dihadiri oleh pembicara-pembicara yang kompeten di bidangnya, yaitu anggota pansus Bank Century Bambang Soesatyo, pakar komunikasi Dr. Effendi Gazali, Ketua ARDIN Dr. John Palinggi, dan mantan anggota DPR Erwin Pardede. Serta dimoderatori oleh Ketua Program Studi Magister Komunikasi UPH Prof. Dr. Tjipta Lesmana, MA., MARS. Melihat aksi turun ke jalan yang dilakukan oleh mahasiswa maupun aktivis mengenai kasus yang belum selesai ini, dianggap oleh Effendi Gazali sebagai terapan dari Teori Aksi yang mengatakan kita harus menggabungkan antara pengetahuan dengan aksi untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam seminar, Effendi juga menekankan satu teori menarik lainnya yang saat ini memang sedang berkembang di tengah masyarakat, yaitu tema fantasi yang merupakan bagian dari Teori Konvergensi Simbolik oleh Ernest Bormann. ?Di tengah masyarakat terdapat kelompok-kelompok kecil yang sedang mengembangkan fantasinya dengan menggunakan simbol-simbolnya sendiri. Fantasi itu berkembang sampai dengan membawa kerbau dalam aksi demo,? jelas Effendi. Dia juga menambahkan, fantasi itu berkembang lagi ketika SBY mengartikan simbol kerbau itu sebagai orang yang berbadan besar dan malas. Sedangkan yang dilakukan pemerintah menanggapi fantasi masyarakat bukannya mengurangi fantasi itu, tetapi malah mengadu tema fantasi masyarakat dengan tema fantasi yang lain. ?Seperti ketika Presiden menyatakan bahwa program 100 harinya berjalan dengan baik, padahal kita tidak tahu tentang program yang dijalankan. Jadi sama saja seperti membuat soal sendiri dan menyelesaikan sendiri,? komentar Effendi. Selain Effendi, Bambang Soesatyo juga memiliki pendapat tentang kasus tersebut. Bambang menyatakan bahwa kegaduhan politik yang terjadi akhir-akhir ini bisa berlangsung sebentar maupun lama, tergantung bagaimana pemerintah menyikapinya. ?Sebenarnya kasus Bank Century adalah peristiwa politik biasa yang sedang diselesaikan di DPR, namun persoalan menjadi lain ketika ada pihak-pihak atau pemiliki otoritas yang justru menimbulkan kegaduhan,? ujar Bambang. Dia juga menambahkan jika benar terbukti Gubernur BI dan Menteri Keuangan bersalah, maka seharusnya SBY memutuskan agar mereka dicopot dari jabatannya. Jika tidak demikian maka akan mengganggu perekonomian negara. John Palinggi berpendapat bahwa seharusnya yang diseret dalam kasus Century ini bukan hanya orang-orang bawah saja tetapi juga DPR, karena DPR tidak menjalankan fungsinya dalam mengawasi BI. Di akhir seminar semua pembicara sepakat agar kasus ini dibawa dan diselesaikan secara hukum. Berbagai bentuk komunikasi yang dilakukan oleh elemen-elemen dalam masyarakat pada akhirnya bertujuan untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah sehingga keadilan dapat ditegakkan. (yun) UPH Media Relations |