Posisi sumber daya manusia (SDM) Pariwisata Indonesia berada pada peringkat ke-42 dari 133 negara dalam perspektif Pilar Daya Saing Perjalanan dan Pariwisata (The Travel & Tourism Competitiveness Index, TTCI 2009).
I Gusti Putu Laksaguna
Posisi sumber daya manusia (SDM) Pariwisata Indonesia berada pada peringkat ke-42 dari 133 negara dalam perspektif Pilar Daya Saing Perjalanan dan Pariwisata (The Travel & Tourism Competitiveness Index, TTCI 2009). Data ini disampaikan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan & Pariwisata Republik Indonesia, I Gusti Putu Laksaguna pada seminar bertajuk ?Enhancement of Indonesia?s Human Resources Competitiveness in the Food and Beverage Industry? pada Rabu (14/04) di ruang D502 Universitas Pelita Harapan.
Dalam seminar yang diselenggarakan mahasiswa semester 6 Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan (STPPH) ini, Putu menyampaikan bahwa keberadaan Indonesia pada posisi tersebut menggambarkan kekurangsiapan negara ini dalam menghadapi globalisasi. ?Perdagangan bebas tentu memunculkan persaingan, tetapi inti atau hakekat globalisasi adalah peluang dan ancaman. Masalahnya seringkali masyarakat Indonesia melihat ini sebagai ancaman,? katanya.
Oleh karena itu, SDM Pariwisata sudah saatnya untuk waspada. Putu mengajak para peserta yang terdiri dari mahasiswa STPPH, STP Bandung, STP Trisakti, dan beberapa STP lainnya untuk meningkatkan kompetensi dirinya. ?Karena menurut data, hanya 0,34% dari 5,22 juta orang tenaga kerja sektor pariwisata yang telah memiliki sertifikat kompetensi untuk menstandarisasi kualitas SDM kita,? lanjutnya.
Untuk menjadi seseorang yang sukses, Putu memberikan tips berupa, ?Tingkatkan soft skill Anda! Karena orang sukses itu adalah 80% soft skill dan 20% hard skill.? Khusus untuk sektor pariwisata, Putu menekankan pentingnya enterpreneurship, kreatif, inovatif, multiskilled, dan visioner. Ia juga menambahkan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM Pariwisata dibutuhkan pendidikan formal dengan kurikulum berbasis kompetensi dan training sesering mungkin.
![]() Andre M. Abror
|
Seminar ini juga menghadirkan Andre Mohammad Abror, Executive Chef Hyatt Regency Bandung. Dalam penjelasannya, ia mengatakan bahwa sekarang ini customer sudah lebih demanding. ?Sebagai chef ataupun yang bekerja dalam bidang F & B (food and beverage), kita harus melakukan evolusi dalam produksi makanan,? ujarnya.
Kalau sebagian besar orang mengatakan kitchen itu back of the house, Andre membantahnya. ?Sekarang kitchen sudah front of the house. Customer suka melihat chef-nya sedang memasak. Seorang chef juga dituntut untuk mengerti betul mengenai tempat makan atau hotel tempatnya bekerja,? kata Andre. |
Healty Chef – Berprofesi dalam sektor pariwisata atau spesifiknya di F&B memang tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini diakui Edwin Lau, seorang Healthy Chef lulusan STPPH yang saat ini sudah menjadi chef terkenal dan sering wara-wiri di layar kaca. ?Dulu saya sering ditolak. CV saya gak dilihat. Sempat dalam satu kurun waktu saya bener-bener nganggur,? ceritanya.
Namun, ia percaya bahwa Tuhan telah merencanakan hal indah untuk dirinya. ?Suatu hari saya dengar suara Tuhan bilang ?Edwin, kamu akan menajdi seorang Healthy Chef?. Kalimat itu terus menerus terngiang dalam hati saya dan saya yakini itu akan terjadi. Puji Tuhan inilah saya saat ini, Edwin Lau, seorang Healthy Chef,? lanjutnya diikuti tepuk tangan meriah dari para peserta.
Seminar ini merupakan salah satu rangkaian acara STPPH Hotel Festival ?FOODISTA? (Food and Drink Fiesta). Selain seminar, ada pula beberapa macam exhibition, workshop table manner dan cupcake decoration, kompetisi pasta dan bartending, pameran hotel-hotel, dan bazar. (cyn) |
![]() Edwin Lau
|
UPH Media Relations