sub_title
Semakin tingginya tingkat perceraian dewasa ini antara lain disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan pernikahan itu sendiri.
Semakin tingginya tingkat perceraian dewasa ini antara lain disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan pernikahan itu sendiri. Banyak pasangan menganggap pernikahan hanya untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan semata. Padahal, makna pernikahan, apalagi menurut iman Kristiani, sangatlah mendalam.
Clark Campbell mempresentasikan tentang pernikahan yang harmonis dan perselisihan dalam pernikahan
![]() Clark Campbell
|
?Pernikahan itu ditetapkan Tuhan, maka sifatnya kudus. Tuhan menghendaki agar dua manusia bisa menjadi satu daging dengan pernikahan dan itu memang bukan hal yang mudah. Butuh waktu seumur hidup,? kata Clark Campbell, Dekan Rosemead School of Psychology ? California, USA dalam seminar ?Bagaimana Peran Psikologi dan Iman dalam Menghadapi Tantangan Kehidupan Keluarga?? di MYC Multipurpose Room, UPH Lippo Village, Rabu (12/5).
Dengan pernikahan, masing-masing individu bisa mengembangkan karakter untuk tumbuh dewasa. ?Tuhan menggunakan pasangan kita supaya kita semakin mengerti siapa diri kita sebenarnya,? tambah Campbell. Sebagai manusia biasa kita pasti cenderung egois, ingin menguasai pasangan kita, tetapi Alkitab mengajarkan kita untuk mengerti dan menguasai diri sendiri supaya jangan kehendak kita yang terjadi dalam kehidupan pernikahan kita.
Tantangan yang dihadapi banyak pasangan adalah memelihara kehidupan pernikahan mereka. ?Butuh kerja keras dari kedua belah pihak karena kalau pernikahan itu mudah-mudah saja, kita tidak akan bertumbuh. Konflik pasti terjadi, namun dengan konflik itulah kita akan menemukan hal-hal baru dalam pasangan kita dan belajar untuk lebih memahaminya,? lanjut Campbell. |
Seminar hasil kerjasama Fakultas Psikologi UPH dan Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Kristen Indonesia ini juga menghadirkan Peter Hill, seorang profesor psikologi dari Biola University. Ia mengatakan bahwa setiap orang harus menjadikan Yesus sebagai modelnya. ?Yesus mengosongkan diri saat masuk dunia untuk bisa memahami lalu kemudian mengasihi manusia. Hendaknya kita juga sepeerti Dia, mengosongkan diri agar semakin memahami pasangan kita dan mengasihinya,? ucap Hill.
Ia juga menekankan bahwa pernikahan itu lebih dari sekadar komitmen, ?Marriage is a covenant relationship.? Banyak orang berpendapat keintiman seksual adalah yang akan mendekatkan pasangan, padahal spiritual intimacy lah yang paling penting. Saling berbagi iman dan berdoa bersama akan jauh lebih mengakrabkan pasangan dan menggambarkan hubungan perjanjian yang dikehendaki Tuhan. (cyn) |
![]() Peter Hill
|