NEWS & PUBLICATION

Keberagaman Budaya sebagai Modal Menghadapi AFTA

19/10/2010 Uncategorized

Keberagaman Budaya sebagai Modal Menghadapi AFTA

Keberagaman budaya Indonesia akan membawa sesuatu yang berbeda, unik, dan akhirnya dapat menjadi suatu hal yang bisa lebih diunggulkan dibanding dengan produk-pruk bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyiapkan diri

Keberagaman budaya Indonesia akan membawa sesuatu yang berbeda, unik, dan akhirnya dapat menjadi suatu hal yang bisa lebih diunggulkan dibanding dengan produk-pruk bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyiapkan diri dengan cara terus belajar dan mengupgrade diri terhadap suatu passion yang nantinya akan menguntungkan kita. Demikian diungkapkan Raditya Dika, pada Talkshow ?3 Keys to Celebrate Asian Diversity? yang digelar mahasiswa jurusan Hubungan Internasiona, FISIP UPH, pada Selasa, 12 Oktober 2010.

Raditya, penulis dan komedian ternama yang saat ini bekerja di industri kreatif, menyambut optimis diberlakukannya AFTA. Menurutnya perdagangan bebas menjadi peluang untuk lebih maju. Semua orang akan berlomba-lomba untuk menghasilkan yang terbaik, katanya.

  Pembicara seminar (ki-ka), Jeffry Sambuaga dan Raditya Dika

Acara ini mengupas seputar AFTA (Asean Free Trade Area), yaitu gerakan yang dicanangkan oleh negara-negara yang berdomisili di Asia Tenggara. Gerakan ini berbentuk perdagagan bebas, artinya semua negara yang ada di lingkungan tersebut akan terbuka satu sama lainnya untuk saling berhubungan dan berinteraksi bahkan akan saling ketergantungan. Namun, apakah kekayaan keberagaman di Asia Tenggara akan menghambat proses perdagangan bebas ini? Dan bagaimanakah posisi Indonesia sebagai salah satu pelaksana AFTA tersebut?

Kedua pembicara dalam acara ini, Raditya dan Jerry Sambuaga (dosen dan politikus), memberikan pandangan sesuai kapasitas mereka. Sebagai seorang politikus, Jerry Sambuaga lebih banyak menjabarkan mengenai AFTA dari sisi pemerintah. Beliau menilai bahwa pemerintah harus terbuka dan menjelaskan dengan baik kepada masyarakat mengenai AFTA. Salah satu hal yang dipandang akan menjadi masalah utama dalam perdagangan bebas di Indonesia adalah bentuk pelaksanaan birokrasi yang terlalu berbelit dan tidak praktis serta sarat dengan korupsi. Yang harus dilakukan Indonesia adalah menunjukan kualitas, sebagai modal utama untuk menghadapi perdagangan bebas ini.

Pembicara dan panitia

 

Ribka Oyong (Putri Pariwisata Indonesia 2008) memandu Talksow ini menjadi sangat menarik dengan pola pembahasan yang cukup santai namun berisi informasi yang sangat penting diketahui oleh mahasiswa era ini. Acara yang merupakan rangkaian dari International Relations Fiesta 2010 ini dihadiri lebih dari 150 peserta. Antusiasme peserta seminar juga tampak melalui diskusi yang hidup dan banyaknya pertanyaan yang disampaikan kepada narasumber. (feb)

 
 
UPH Media Relations