NEWS & PUBLICATION

Psychology Village: Perkembangan untuk Semua Generasi

10/04/2012 Uncategorized

Psychology Village: Perkembangan untuk Semua Generasi

Psychology Village, acara tahunan dari Jurusan Psikologi, kembali digelar untuk ketiga kalinya di tahun ini pada Senin, 2 Paril 2012 hingga Kamis, 5 April 2012. Tema yang diangkat untuk Psychology Village tahun ini adalah ?C?est La Vie?.

Anak-anak keterbelakangan mental dapat melakukan aktivitas seperti anak-anak pada umumnya Persembahan nyanian dan tarian dari anak-anak SLB

Psychology Village, acara tahunan dari Jurusan Psikologi, kembali digelar untuk ketiga kalinya di tahun ini pada Senin, 2 Paril 2012 hingga Kamis, 5 April 2012. Tema yang diangkat untuk Psychology Village tahun ini adalah ?C?est La Vie?. C?est La Vie adalah kata dalam bahasa Perancis yang berarti ?inilah kehidupan?. ?Kami mengangkat isu psikologi perkembangan, di mana kehidupan itu tidak lepas dari perkembangan setiap saatnya? kata Silvia selaku ketua panitia dari acara ini.

Rangkaian acara pada Psychology Village ketiga ini antara lain seminar ?Being virgin before married : why not??, pyschodebate, call for paper, toyfest, dan we care. Di antara rangkaian-rangkaian acara tersebut, we care dan toyfest adalah acara yang baru tahun ini diadakan. Sesuai dengan makna katanya, melalui We Care, panitia mengajak pengunjung untuk turut peduli kepada anak-anak dengan kebutuhan khusus, khususnya down syndrome. We Care menunjukkan kepada masyarakat bahwa anak-anak tersebut juga dapat melakukan kegiatan yang sama seperti orang pada umumnya, seperti menari, menyanyi, hingga membuat kerajinan tangan.

?Kami ingin mengadakan acara pengabdian masyarakat. Sebagai mahasiswa psikologi, kami concern ke anak-anak dengan down syndrome, karena kalau anak-anak normal, mahasiswa jurusan lain juga bisa. Dengan concern ke anak-anak dengan down syndrome, kami juga sekaligus bisa mendalami secara langsung tentang mereka?, jelas Silvia.

Anak-anak tersebut juga hadir di UPH pada Rabu, 4 April 2012. Mereka menunjukan kebolehan mereka dalam menyanyi dan menari. Tak sedikit penonton yang terharu dan menangis melihat anak-anak tersebut. Sebagai bentuk kepedulian, panitia menyediakan satu booth untuk menjual kerajinan tangan karya anak-anak tersebut, di mana hasilnya 100% diberikan kepada yayasan mental Tri Asih untuk pembangunan sekolah mereka.

 

Selain We Care, Toy Festival juga concern kepada perkembangan anak-anak. Toy fest sendiri adalah lomba dan pameran mainan edukasi. Yang dinilai dari mainan-mainan tersebut adalah apakah mainan tersebut realistis, orisinil, dan dapat diterapkan untuk perkembangan otak anak.

Pameran mainan anak

Tidak hanya anak-anak, panitia juga menunjukan kepedulian mereka kepada para lansia dengan mengadakan Psychodebate, lomba debat tingkat nasional bertemakan lansia. Mosi debatnya adalah hal-hal yang masih dianggap pro dan kontra, seperti suntik mati untuk lansia, penjara khusus untuk lansia, dan pensiun dini untuk lansia. ?Kita senang bisa berpartisipasi di lomba debat ini. Biasanya tema perkembangan fokusnya hanya ke anak-anak dan seringkali melupakan lansia, tapi Psychodebate mengangkat tema ini?, ujar salah satu peserta dari Univeristas Indonesia. Keluar sebagai pemenang adalah tim dari Universitas Ciputra, Surabaya.(ft)

UPH Media Relations