Dalam paparannya, penulis menjelaskan kedudukan batik sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang sudah diakui dunia. Sejarah batik yang sudah dimulai sejak ratusan tahun yang lalu, masih bertahan hingga saat ini …
![]() |
![]() |
||||
(kiri-kanan) Narasumber: Lala Palupi Santyaputri, Manlian Ronald Simanjuntak, Irawati Suroyo dan Yongky Savanayong | |||||
Dalam paparannya, penulis menjelaskan kedudukan batik sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang sudah diakui dunia. Sejarah batik yang sudah dimulai sejak ratusan tahun yang lalu, masih bertahan hingga saat ini berkat kemampuannya untuk beradaptasi dengan situasi baru dan menyerap konsep baru. Hal inilah yang dilakukan Tati Suroyo dengan batik. Tati mengisi ruang-ruang kosong dalam desain batiknya dengan ragam hias pengisi bidang latar atau isen-isen, yang dikerjakan dengan ketekunan dan keahliannya. Jenis isen-isen karya Tati Suroyo, yang tidak lain adalah ibunda dari penulis buku ini, diantaranya Cecek, Galaran lurus, Manggisan, Omah gareng, Beras mawur, Gribigan, Grandilan, segi empat, Banji dan Galaran Brintik.
Dalam hal pewarnaan, Tati Suroyo salah satu pebatik yang merintis pemakaian pewarna kimia, yang membuat warna-warna batiknya lebih cerah dan tidak mudah luntur. Dia juga menambahkan malam untuk batik dikedua sisinya (rengrengan dan terusan) dengan motif yang nyaris sama dan terlihat sempurna yang hanya mampu dibedakan oleh para ahli.
Yongky menekankan pentingnya spiritualitas, hubungan dengan sang pencipta, dalam menghasilkan karya. ?ini akan membedakan karya seorang desainer,? tambah Yongky. ?Yang tidak boleh dilupakan dan ini penting bagi seorang desainer, adalah kesabaran dan ketekunan. Desain bukan cuma soal corak dan tekstur, tetapi apa yang ada dibalik sebuah karya itu,? tegasnya.
Yongki juga mengingatkan, meskipun batik yang berkualitas saat ini semakin langka, karena pengaruh tuntutan pasar dan selera konsumen. Namun hanya karya batik yang menonjol dan berkualitaslah yang dapat abadi. Maka tergantung pada kita semua dan generasi mendatang, untuk menjaga agar seni batik tetap hidup sebagai warisan pusaka Indonesia. (rh) UPH Media Relations |