NEWS & PUBLICATION

UPH Meraih Penghargaan Terhormat kedua untuk Jaksa di IHL Moot Court 2013 – Hongkong

13/06/2013 Uncategorized

UPH Meraih Penghargaan Terhormat kedua untuk Jaksa di  IHL Moot Court 2013 – Hongkong

Pencapaian ini merupakan suatu terobosan untuk UPH dan International Law Moot Court Community (ILMCC) ? Faculty of Law UPH, karena ini pertama kalinya tim UPH IHL lolos ke Putaran Internasional Kompetisi Moot setelah berkali-kali bertanding dari tahun 200

 

 Setelah memenangkan Putaran Nasional Indonesia pada Kompetisi Hukum Moot Court Internasional, Tim Moot Court IHL UPH yang terdiri dari Natasha R. U. Situmeang, Rosalind Ratana sebagai Juru Bicara, dan Bernadeth Anashtasya sebagai peneliti bersama dengan para pelatihnya, Jessica Los Banos dan Sianti Candra, berangkat ke Hong Kong dari 14 Maret sampai 16 Maret 2013 untuk bertanding pada ?International Rounds of the 11th Red Cross International Humanitarian Law (IHL) Moot (2013) [IHL moot competition] (An Inter-University Competition for Asia-Pacific Region)?.* Kompetisi ini diselenggarakan oleh Palang Merah Hong Kong dan International Committee of the Red Cross ? ICRC (Komite Internasional Palang Merah).

 

*Putaran Internasional Kompetisi Moot Hukum Humaniter Palang Merah Ke-11, Kompetisi Antar Universitas Regional Asia Pasifik

Tim beserta pelatih mereka di depan Pengadilan Tinggi Hong Kong
 

Pencapaian ini merupakan suatu terobosan untuk UPH dan International Law Moot Court Community (ILMCC) ? Faculty of Law UPH, karena ini pertama kalinya tim UPH IHL lolos ke Putaran Internasional Kompetisi Moot setelah berkali-kali bertanding dari tahun 2008 hingga tahun 2011. Kali ini, tidak hanya mewakili UPH saja, namun tim juga mewakili Indonesia di ajang kompetisi internasional ini dan bersaing menghadapi lawan-lawan yang lebih sulit dibandingkan dengan putaran nasional. 20 tim dari berbagai negara yang mengikuti kompetisi ini berasal dari daerah Asia Pasifik seperti Australia, Cina, Thailand, Vietnam, Jepang, Korea, Pakistan, India, Kamboja, Singapura, Taiwan, Hong Kong, Selandia Baru dan Filipina. Tim-tim tersebut datang ke Hong Kong setelah meraih juara nasional di negara mereka masing-masing dengan mengalahkan universitas lainnya.

 

Kasus untuk Putaran Internasional di tahun ini merupakan kasus yang benar-benar baru, berbeda dengan yang dikompetisikan di Putaran Nasional, yaitu terdakwa adalah pemegang posisi presiden yang terbukti bertanggung jawab untuk tindakan criminal yang dilakukan oleh bawahannya seperti eksperimen biologis, menggunakan anak di bawah umur untuk berpartisipasi dalam kegiatan berbahaya, dan perang persenjataan biologis, yang semuanya dilarang oleh Hukum Humaniter Internasional.

 

Kasus untuk Putaran Internasional di tahun ini merupakan kasus yang benar-benar baru, berbeda dengan yang dikompetisikan di Putaran Nasional, yaitu terdakwa adalah pemegang posisi presiden yang terbukti bertanggung jawab untuk tindakan criminal yang dilakukan oleh bawahannya seperti eksperimen biologis, menggunakan anak di bawah umur untuk berpartisipasi dalam kegiatan berbahaya, dan perang persenjataan biologis, yang semuanya dilarang oleh Hukum Humaniter Internasional.

Dalam putaran penyisihan, tim Indonesia bertanding melawan tim India dan tim dari tuan rumah, City University of Hong Kong, yang keduanya dimenangkan oleh tim Indonesia. Namun sangat disayangkan, keseluruhan nilai tim tidak cukup untuk kualifikasi babak berikutnya. Meskipun tidak berhasil ke putaran selanjutnya, tim Indonesia berhasil membawa penghargaan, yaitu 2nd Honorable Submission for the Memorial of the Prosecutor (Penghargaan Terhormat kedua untuk Jaksa). Keberhasilan ini merupakan pencapaian yang luar biasa mengingat tim Indonesia terdiri dari mooters yang baru pertama kali bertanding serta mahasiswa hukum tahun pertama. Panel juri terdiri dari pengacara ternama, sarjana hukum dan hakim dari Hong Kong dan negara lainnya, serta pakar IHL dari ICRC dan Asosiasi Palang Merah.

 

Terlebih lagi, di Hong Kong, tim tidak hanya bertanding saja namun juga terlibat dalam beberapa program seperti kegiatan penjelajahan IHL yang diadakan oleh ICRS dan anggota Asosiasi Palang Merah Nasional dengan tujuan humaniter. Kegiatan ini memperkenalkan perjuangan parak aktivisi untuk membantu mereka yang membutuhkan; baik itu di Etiopia di mana mereka membawakan makanan, ataupun di Cina, di mana mereka membantu mendidik anak-anak. Dan lagi, para mooters juga dijelaskan realita kejam akan keadaan negara dunia ketiga; bencana alam, wabah, kelaparan, kekurangan pendidikan dan masih banyak isu humaniter yang akan segera muncul. Kegiatan penjelajahan ini jelas telah menanamkan benih kasih dan solidaritas di antara para mooter.

 

Dalam berbagai hal, pengalaman mengikuti putaran Asia Pasifik sangatlah berguna karena kompetisi ini bertujuan untuk menambah ilmu serta aplikasi Hukum Humaniter Internasional dan meningkatkan kepedulian akan isu humaniter internasional untuk mahasiswa hukum. Jadi, tim UPH tidak hanya belajar ilmu Hukum Humaniter Internasional dan aplikasinya namun juga mengalami langsung putaran internasional di mana para tim terbaik seAsia Pasifik berkumupul dan menunjukkan kemampuan mooting yang luar biasa. (jm)

 

 
Natasha R. U. Situmeang, Rosalind Ratana dan Bernadeth Anastasya
 
Testimonials:

Natasha R. U. Situmeang: ?Ini pengalaman yang tak terlupakan dan berharga. Pengalaman ini merupakan ujian untuk saya sendiri dengan bertanding melawan mahasiswa hukum dari luar negeri, meskipun kami juga terkejut karena kami adalah peserta termuda dan kebanyakan peserta paling tidak sudah di semester ke-6. Namun, saya dapat bertemu dengan banyak teman baru dan figur-figur ternama dalam bidang hukum/humaniter di sini.?

Rosalind Ratana: ?Rasanya luar biasa. Saya dapat bertemu banyak teman dari berbagai negara dan memliki pengalaman mooting internasional; dapat merasakan perbedaan kompetisi putaran Nasional dan Asia-Pasifik, dan hal ini membuat saya benar-benar sadar akan permasalahan di dunia terutama di bidang humaniter. Secara kesuluruhan, saya ingin mendorong mahasiswa tahun 2013 untuk bergabung dalam pengalaman luar biasa yang terjadi sekali seumur hidup ini.?

Bernadeth Anastasya: ?Kita bisa menjalin banyak hubungan dan berkenalan dengan teman-teman baru yang memiliki latar budaya yang berbeda, dan kita bisa tahu bagaimana rasanya kita menampilkan diri di pengadilan. Tapi yang terpenting adalah kita belajar bagaimana menjadi sabar dan besar hati.?

 
UPH Media Relations