08/03/2018 Uncategorized
Melihat inovasi yang terus berkembang di era digital, Universitas Pelita Harapan (UPH) merasa penting untuk terus membaharui informasi perkembangan yang ada di dunia industri kepada para mahasiswa
![]() (ki-ka) Director Digital Finance Innovation Group OJK Fithri Hadi Menerima Plaket Dari Ketua Program Studi Manajemen Isana S.C. Meranga, S.P., M.
|
||
Melihat inovasi yang terus berkembang di era digital, Universitas Pelita Harapan (UPH) merasa penting untuk terus membaharui informasi perkembangan yang ada di dunia industri kepada para mahasiswa. Tentunya perkembangan inovasi di era digital ini diharapakan dapat dilirik sebagai peluang bagi mahasiswa untuk kedepannya. Untuk itu pada Rabu, 7 Maret 2018 UPH menyambut baik kehadiran Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk memberikan kuliah tamu yang disampaikan oleh Director Digital Finance Innovation Group Fithri Hadi. Kuliah tamu ini dihadiri kurang lebih 100 mahasiswa dari program studi Business School dan beberapa dari program studi lainnya yang juga tertarik dengan topik ini.
Dalam paparannya, Fithri Hadi membawakan topik Inovasi Finansial di Era Digital. Ia mengawali dengan penjelasan karakteristik Industri Jasa Keuangan yang merupakan bisnis dengan tipe kaku dan memiliki segala macam peraturan, perundangan, dan panduan yang mengikat. Namun menurut Fithri, para pelaku di industri jasa keuangan semakin menyadari bahwa dunia terus berkembang dan semakin berinovasi dengan kemajuan digital. Untuk itu industri jasa keuangan merasa perlu beradpatasi dan melakukan inovasi juga, agar tidak tertinggal.
|
||
Dari pemaparan masalah ini, Fithri menyatakan bahwa ini seharusnya menjadi tantangan bagi para pelaku bisnis untuk memberi jalan keluar. Beragam permasalahan ini diharapkan dapat terjawab dengan adanya terobosan baru yaitu dengan memanfaatkan teknologi digital. Industri keuangan yang kaku tidak mungkin mampu menahan desakan adanya kebutuhan akan inovasi digital ini. Adanya inovasi digital ini memunculkan fenomena baru.
?Dengan inovasi digital ini memunculkan fenomena baru. Pertama dari perusahaan incumbent (petahana), dimana target mereka dalam menggunakan inovasi digital ini untuk mengoptimalkan bisnis, merubah sistem manual menjadi digital, dengan tujuan efisiensi. Contohnya kemajuan dari perusahaan asuransi, dimana mereka yang sejak berdiri menjual polis dalam bentuk kertas yang harus tercetak di kantor pusat akan sulit menjangkau konsumen yang berada jauh dari daerah mereka, sehingga tidak efisien. Kini perusahaan asuransi itu bergerak merubah bentuk polis mereka menjadi data digital. Kedua Munculnya bisnis baru FinTech (Financial Technology) Startup, saat ini ada 180an startup. Ketiga, digitalisasi instrument, dimana dengan adanya perubahan ke arah digital ini pasti instrumen keuangannya akan berubah juga. Seperti polis asuransi tersebut merubah instrumen usahanya dari kertas menjadi data digital yang dapat diakses kapan saja dimana saja dengan pemanfaatan internet,? tambah Fithri.
Dengan melihat kemajuan ini, tentunya banyak perubahan yang harus dialami industri jasa keuangan. Menurut Fithri, OJK menjadi salah satu industri jasa keuangan yang menanggapi perubahan ini ditandai dengan adanya Sandbox yaitu tempat eksperimen inovasi jasa keuangan yang bertujuan mencari inovasi bernilai tambah. Tidak hanya itu menurutnya peran regulator keuangan juga pasti berubah, semula hanya mengatur regulasi dan tata cara keuangan, namun kini mereka harus mengatur platform, tata cara aplikasi, dan tata kelola IT.
Pada akhirnya, Fithri menekankan bahwa se-kaku apa pun lini usaha, pergerakan inovasi digital ini mau tidak mau mendorong kita semua harus berinovasi yang pastinya dengan penuh tanggung jawab dan dikelola baik.
UPH berharap dengan adanya acara seperti ini dapat semakin membuka wawasan dan mendorong semangat mahasiswa yang hadir untuk memanfaatkan teknologi digital. (mt) |
||
|
||
UPH Media Relations
|