NEWS & PUBLICATION

Psychology Village 2018: Kupas Generation Gap Sebagai Ancaman dalam Keluarga

19/03/2018 Uncategorized

Psychology Village 2018: Kupas Generation Gap Sebagai Ancaman dalam Keluarga

Saat anak masih kecil, orangtua tampaknya menjadi seorang hero bagi mereka, namun saat mereka beranjak dewasa, keadaan mulai berubah, seorang hero menjadi sosok yang agaknya mulai diabaikan.

IMG_8190.jpg
 

Saat anak masih kecil, orangtua tampaknya menjadi seorang hero bagi mereka, namun saat mereka beranjak dewasa, keadaan mulai berubah, seorang hero menjadi sosok yang agaknya mulai diabaikan. From Hero to Zero. Apa yang terjadi?

 

 

Topik tersebut dibahas dalam sebuah talkshow yang diadakan Himpunan Mahasiswa Psikologi UPH dalam rangakaian acara tahunan mereka  ?Psychology Village? yang ke-9, pada tanggal 15 Maret 2018 bertempat di MYC MPR. Seminar berjudul ?Generation Gap: Family in Threat? ini disampaikan oleh Dra. Charlotte K. Priatna M.Pd M.Min., praktisi pendidikan dan pendiri Sekolah Athalia yang berpengalaman dalam bidang pendidikan anak dan parenting, membahas tiga bagian penting, dimulai dari  karakteristik berbagai generasi, apa yang menyebabkan gap pada generasi, dan bagaimana cara mengatasinya.

 

Pembicara yang  Sudah 30 tahun berkecimpung di dunia pendidikan dan juga selama 20 tahun terakhir terlibat dalam kelas parenting, mengawali pembahasannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan anak dari generasi ke generasi yang ditandai dengan  munculnya teknologi-teknologi dan rapid internet. Lebih lanjut ia menjelaskan gap yang terjadi di antara orangtua dan anak, yang tentunya berbeda generasi, bahkan terkadang perbedaan yang ada tersebut sangat jauh.

 

?Generasi sekarang cukup singkat perubahannya, terutama disebabkan teknologi yang berkembang pesat. Dengan adanya sosmed atau teknologi , interpersonal menjadi tidak terasah yang berimbas pada intrapersonal. Contohnya saat ini main tidak perlu bertemu dengan orang secara langsung. Hal ini dapat menjadi ancaman yang terbesar dalam relasi keluarga. Bagaimana memenangkan hati anak menjadi hal yang jauh lebih penting dibanding sekedar menyenangkan hati anak. Yang waras mesti orangtuanya dulu. Anak adalah generasi yang sudah lahir di keadaan seperti ini, jangan malah menarik mundur anak ke era jaman dulu. Bagaimana caranya? Orangtua yang harus masuk dengan main bersama anak. Maen game, tujuannya adalah memenangkan hati anak dan membangun relasi,? tegas Charlotte.

 

 

Dapat disimpulkan bahwa anak dan orangtua harus sama-sama saling menghargai perbedaan yang ada. Perbedaan pandangan antara orangtua dan anak dari generation gap bukan hal yang buruk , namun bagaimana menjembatani hal tersebut. Orangtua dan anak harus sama-sama memenangkan hati dengan komunikasi dan interaksi. Sama-sama belajar, orangtua belajar mengenai passion dan courage, sedangkan anak belajar mengenai wisdom dan juga experience.

 
Seminar ini dihadiri sebanyak 77 peserta. Selain mahasiswa, ada juga orangtua mahasiswa yang hadir. Berikut ini testimony dari para peserta:
 IMG_8220.jpg
Nadira Elvira berfoto bersama Ibunya
 
Orangtua perlu tau informasi seperti ini, karena itu aku ajak mama untuk datang. Berguna buat mama, khususnya aku punya adik yang baru saja masuk ke SMA. Yahh masa puber-pubernya. Sekarang di rumah mama suka keselnya sama adik, kalau masa aku sih, udah lewat. Kalau misal di rumah sendiri ga bener, gimana nanti di luar rumah. Bagaimana cara membangun fondasi di rumah itu sangat penting.
 
– Nadira Elvira ? Psikologi 2016
 
 
Yang tadinya saya pikir, saya yang salah. Ternyata memang betul, ada gap, apa yang dimaui anak beda dengan orang tua. Dari seminar ini saya dan anak jadi bisa sama-sama tahu, kesalahan masing-masing. Dan saya juga belajar bagaimana menjembatani masalah antara anak dan orang tua.
 
– Ira Sulianti- orangtua Nadira. 
 IMG_8228.jpg
Yuliana, dosen UPH Psikologi sekaligus Moderator saat Menyerahkan Plaket kepada Pembicara
 
 IMG_8231.jpg
Sebagian dari Para Peserta Berfoto Bersama Usai acara Talkshow
 
(tm)
UPH Media Relations