01/05/2025 Tourism & Hospitality
Transformasi digital telah menjadi pendorong utama dalam perubahan industri pariwisata global, termasuk di Indonesia. Teknologi tidak lagi sekadar alat bantu, tetapi telah menjadi fondasi penting dalam mempromosikan destinasi, menciptakan pengalaman perjalanan, serta meningkatkan daya saing ekonomi sektor pariwisata. Perubahan perilaku wisatawan, kemunculan platform digital, hingga penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menunjukkan bahwa masa depan pariwisata sangat ditentukan oleh inovasi teknologi.
Menanggapi urgensi ini, Fakultas Hospitality dan Pariwisata (FHospar) Universitas Pelita Harapan (UPH) mengadakan seminar bertema “Digital Tourism” pada Rabu, 23 April 2025. Seminar ini menghadirkan Zita Anjani, S.Sos., M.Sc. selaku Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata sekaligus Alumni Hubungan Internasional UPH sebagai pembicara utama. Melalui forum ini, mahasiswa diajak memahami dinamika pariwisata digital serta peran generasi muda dalam mendorong transformasi berkelanjutan di sektor ini.
Dalam sambutannya, Dr. Amelda Pramezwary, A. Par., M. M., CHE., selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Perhotelan UPH menyampaikan pentingnya pemahaman lintas disiplin antara teknologi dan pariwisata. Ia menegaskan bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bagi pelaku industri maupun calon profesional pariwisata.
“Hari ini kita tidak bisa lagi memisahkan pariwisata dari teknologi. Mahasiswa perlu peka terhadap perubahan dan memahami bahwa perkembangan sektor ini sangat dipengaruhi oleh kemajuan digital. Melalui seminar ini, saya berharap peserta bisa melihat bagaimana teknologi membuka peluang baru untuk promosi, operasional, hingga pengalaman wisata yang lebih personal. Penting bagi kita untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tapi juga pencipta solusi yang relevan untuk industri ke depan,” tuturnya.
Digitalisasi sebagai Penggerak Ekonomi dan Inovasi Wisata
Transformasi digital telah mengubah wajah industri pariwisata secara menyeluruh. Dari perencanaan perjalanan hingga pengalaman di lokasi wisata – teknologi berperan dalam menciptakan kemudahan, efisiensi, serta jangkauan yang lebih luas. Saat ini, wisatawan tidak lagi bergantung pada agen perjalanan untuk mendapatkan informasi dan memesan layanan. Cukup melalui perangkat di tangan mereka, semua kebutuhan perjalanan dapat terpenuhi. Dalam sesi pemaparannya, Zita menyoroti bahwa strategi digital tidak hanya membuat promosi destinasi menjadi lebih praktis, tetapi juga memperluas potensi pasar.
“Dulu kita perlu pergi ke agen perjalanan untuk pesan tiket, sekarang semua sudah ada di genggaman. Jadi kita bisa lihat di sini ukuran keberhasilan suatu destinasi sekarang tidak lagi hanya bergantung pada keindahan alamnya, tetapi juga seberapa terhubungnya dengan teknologi,” jelasnya.
Lebih dari itu, Zita menjelaskan bahwa digitalisasi juga berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam tiga tahun terakhir, sektor pariwisata memberikan sumbangsih yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan membuka banyak lapangan kerja baru. Ia menekankan bahwa pariwisata bukan lagi dipandang hanya sebagai sarana hiburan atau penyembuhan (healing), melainkan telah menjadi mesin penggerak ekonomi nasional. Kontribusinya terhadap PDB dari tahun 2022 hingga 2024 tercatat mencapai 4,2% dan menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.
Selain aspek ekonomi, digitalisasi juga menjadi alat untuk meningkatkan daya saing destinasi, pelestarian budaya, serta menjawab tantangan zaman. Bahkan AI kini mulai digunakan untuk memahami preferensi wisatawan dan membantu dalam strategi promosi. “Sekarang promosi bisa lewat IG story, dan AI sudah bisa menangkap obrolan kita untuk menyarankan tempat liburan. Ini realita yang harus kita manfaatkan,” tambahnya.
Peran Generasi Muda dalam Mendorong Perubahan
Melalui seminar ini, Zita juga ingin membangun kesadaran bahwa pariwisata bukan hanya soal perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan makna. Ia mengajak peserta untuk melihat teknologi sebagai alat kreatif untuk memperluas dampak dan nilai dari sebuah perjalanan. Di tangan generasi muda, teknologi dapat menjadi jembatan menuju pendekatan-pendekatan baru yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam pemaparannya, Zita menekankan bahwa generasi muda memiliki posisi strategis dalam mendorong perubahan. Mereka tidak hanya menjadi pengguna aktif layanan digital, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai pencipta solusi inovatif di bidang pariwisata. Bahkan, penggunaan AI bisa diarahkan untuk menyempurnakan pengalaman perjalanan, mulai dari rekomendasi tempat hingga pengelolaan wisata yang lebih ramah lingkungan. Menurutnya, ketika kreativitas dipadukan dengan kesadaran akan keberlanjutan, maka digitalisasi tidak hanya memperkuat ekonomi, tetapi juga melestarikan nilai budaya dan alam.
“Saya ada sebuah quote yang saya buat untuk para pecinta pariwisata yakni ‘Traveling adalah cara kita mengenal Tuhan, alam sekitar, orang lain, dan diri sendiri’. Saya harap generasi muda sekarang mau memaknai perjalanan tidak hanya sebagai aktivitas hiburan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk belajar, berbagi, dan membawa dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat,” ucap Zita. Ia mendorong mahasiswa untuk aktif mengambil peran sebagai agen perubahan, yang tidak hanya memajukan pariwisata, tetapi juga menjaga nilai-nilai yang ada di dalamnya.
Sebagai institusi pendidikan yang terus mengikuti dinamika industri, UPH berkomitmen untuk membekali mahasiswanya dengan pengetahuan yang relevan, lintas disiplin, dan aplikatif. Melalui kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan mahasiswa, UPH mendukung pengembangan sektor pariwisata yang tangguh, inklusif, dan adaptif terhadap tantangan zaman.
Diharapkan, kegiatan ini dapat mendorong lahirnya generasi profesional muda yang Takut akan Tuhan, unggul dan kompeten secara teknologi, serta siap berdampak dalam memajukan pariwisata Indonesia dengan nilai-nilai keberlanjutan.