NEWS & PUBLICATION

Dampingi Tanpa Menghakimi: Fakultas Psikologi UPH dan APPI Banten Gaungkan Pentingnya Dukungan Kesehatan Mental Remaja 

20/05/2025 Social & Humanities

Dampingi Tanpa Menghakimi: Fakultas Psikologi UPH dan APPI Banten Gaungkan Pentingnya Dukungan Kesehatan Mental Remaja 

Universitas Pelita Harapan (UPH) dipercaya menjadi tuan rumah perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Pertama Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI) Wilayah Banten yang digelar pada 17 Mei 2025. Dalam momen istimewa ini, APPI Wilayah Banten berkolaborasi dengan Fakultas Psikologi UPH menyelenggarakan talkshow bertajuk ‘Mendampingi Remaja Tanpa Menghakimi: Kunci Memahami Kesehatan Mental Remaja’. Bertempat di Auditorium Gedung D Ruang 502 UPH Kampus Lippo Village, Karawaci, Tangerang, acara ini menjadi wadah diskusi yang penting di tengah meningkatnya perhatian terhadap isu kesehatan mental remaja. 

Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI) merupakan organisasi profesi yang mewadahi psikolog, akademisi, praktisi, dan pemerhati yang peduli pada perkembangan psikologi pendidikan di Indonesia. Selain menjadi ruang kolaborasi dan pertukaran gagasan, APPI juga aktif mengadvokasi isu pendidikan dan kesehatan mental, dengan struktur organisasi mulai dari tingkat nasional hingga wilayah, termasuk di Banten. 

Sejak Agustus 2024, APPI Wilayah Banten menjalin kerja sama strategis dengan Fakultas Psikologi UPH melalui penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) untuk mendukung pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. 

Dalam rangka HUT pertamanya, APPI Wilayah Banten mengadakan Layanan Konseling Online Gratis pada 12–13 Mei 2025 yang diikuti oleh 80 peserta. Program ini memberikan akses mudah dan tanpa biaya bagi masyarakat yang membutuhkan dukungan emosional. Talkshow di UPH juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat tersebut. Kedua program ini  menjadi upaya APPI untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat dan berdampak nyata. 

“Melalui kegiatan ini, kami ingin mendorong lebih banyak pihak untuk peduli pada kesehatan mental remaja. Mereka adalah masa depan kita—perlu didengar dan ditemani, bukan dihakimi. Terima kasih kepada Fakultas Psikologi UPH atas kolaborasi yang telah terjalin. Mari terus bergerak bersama, memperkuat peran psikologi pendidikan yang berdampak di tengah masyarakat,” ujar Winy Nila Wisudawati, M.Psi., Psikolog, Ketua APPI Wilayah Banten. 

Sambutan juga disampaikan oleh Beverley Wonsono, B.A., M.A., selaku Executive Dean & Vice Dean of Growth of College of Health Sciences UPH. Ia menegaskan komitmen UPH dan Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH) dalam mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia, mulai dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi. 

Beverley mengungkapkan bahwa UPH melalui Fakultas Pendidikan baru saja meluluskan lebih dari 500 guru yang siap diutus ke berbagai daerah. Ini menjadi bukti nyata keseriusan UPH dalam menjawab tantangan pendidikan nasional, khususnya dalam pembinaan karakter dan pemahaman psikologis peserta didik. 

Lebih lanjut, Beverley menekankan bahwa kolaborasi antara UPH dan APPI Wilayah Banten harus terus diwujudkan dalam program-program yang konkret dan berkelanjutan. 

“Psikologi pendidikan sangat penting untuk mendukung guru, konselor, dan pemangku kepentingan sekolah agar mampu memahami keunikan setiap siswa. Kami berharap kolaborasi ini terus berkembang dan membawa dampak nyata, khususnya bagi para pendidik di Indonesia,” ujarnya. 

Turut hadir dan memberikan sambutan Mohamad Abdillah Nuradhi, M.Psi., Psikolog., selaku Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah Banten. Ia mengatakan, “Kami berharap kerja sama antara kampus dan organisasi profesi seperti ini bisa terus terjalin dengan erat, agar kita dapat memberikan layanan psikologi yang saling mendukung, relevan, berbasis ilmiah, dan benar-benar mampu menjawab kebutuhan nyata masyarakat.” 

Pemerintah Kabupaten Tangerang Dukung Penguatan Psikologi Pendidikan 

Momentum perayaan satu tahun APPI Wilayah Banten ini juga dihadiri Intan Nurul Hikmah, S.E. Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Tangerang. Dalam sambutannya, Wabup Intan menyampaikan dukungan penuh Pemkab Tangerang terhadap kolaborasi dengan para psikolog, khususnya di bidang psikologi pendidikan. 

“Kami sangat membutuhkan peran psikolog pendidikan, terutama di jenjang TK dan PAUD. Guru-guru yang bukan berlatar belakang psikologi tetap harus mampu mengenali anak-anak dengan kebutuhan khusus sejak dini,” ujarnya. 

Ia juga mengapresiasi sinergi yang telah terjalin bersama APPI Banten, HIMPSI Banten, dan UPH. “Kami berharap kerja sama ini terus berlanjut, terutama untuk mendukung pendidikan dan kesehatan mental masyarakat di Kabupaten Tangerang dan Provinsi Banten,” tutupnya. 

Talkshow 

Talkshow dalam perayaan satu tahun APPI Wilayah Banten menghadirkan dua narasumber, yakni Arsyita Sri Wardhani, M.Psi., Psikolog Selaku Koordinator Divisi Asesmen, Pelatihan, Penelitian & Pengabdian Masyarakat APPI Banten), serta Krishervina Rani Lidiawati, M.Psi., Psikolog  selaku Dosen Fakultas Psikologi UPH. 

Dalam paparannya, Arsyita menjelaskan bahwa hasil survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 menunjukkan, sekitar 15,5 juta remaja Indonesia usia 10-17 tahun, atau satu dari tiga remaja, mengalami masalah kesehatan mental. Ia menekankan bahwa banyak kasus yang tidak terlihat di permukaan, atau dikenal sebagai fenomena ‘gunung es’, di mana hanya sebagian kecil remaja yang berani mengungkapkan kondisinya.  

Ia mengajak orang tua dan pendidik lebih terbuka dalam mendampingi anak, serta menyadari bahwa kondisi mental orang tua turut memengaruhi pola pengasuhan. “Remaja tidak butuh dihakimi, tapi didengar. Jika merasa kewalahan, tidak apa-apa mencari bantuan profesional. Yang penting kita hadir sebagai support system mereka,” ujar Arsyita.  

Seni Mendengarkan Remaja  

Masa remaja adalah masa transisi yang tidak mudah, bukan hanya bagi anak, tetapi juga bagi orang tua. Oleh karena itu, Krishervina menekankan pentingnya komunikasi yang empatik dalam menghadapi masa remaja—fase transisi yang menantang bagi anak maupun orang tua.  

Ia memperkenalkan teknik komunikasi ROSA (Reflective, Open-ended questions, Summarize, dan Affirmation) sebagai pendekatan yang efektif untuk membangun kedekatan dan kepercayaan dengan remaja.  

Dimulai dari sikap Reflective, orang tua diajak membantu remaja mengenali dan mengekspresikan perasaannya. Lalu, ajukan Open-ended questions yang tidak menghakimi agar mereka merasa aman bercerita. Selanjutnya, rangkum percakapan lewat tahap Summarize untuk membantu remaja memahami inti masalah. Terakhir, berikan Affirmation atau afirmasi positif sebagai dukungan emosional yang memperkuat hubungan dan kepercayaan diri mereka. 

Selain ROSA, Krishervina juga membagikan teknik TAP untuk membantu orang tua menyiapkan diri sebelum berdialog dengan anak. Dimulai dengan Take a deep breath untuk menenangkan pikiran dan memilih kata yang tepat. Lalu, Acknowledge—mengakui perasaan diri sendiri sebagai langkah awal memahami perasaan anak. Terakhir, Proceed & Process, yaitu menjalani proses komunikasi dengan sabar, karena membangun kedekatan butuh waktu dan tidak bisa instan. 

“Mendampingi remaja adalah proses jangka panjang. Dengan komunikasi yang tepat dan hati yang terbuka, relasi bisa tumbuh lebih sehat dan suportif,” ujarnya. 

Melalui kegiatan ini, UPH menunjukkan komitmennya dalam mendorong kesadaran dan dukungan terhadap kesehatan mental generasi muda. Ke depan, sinergi yang terbangun diharapkan terus berkembang menjadi program nyata yang berdampak positif bagi pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. 

UPH senantiasa berkomitmen untuk menghadirkan pendidikan unggul, guna mencetak lulusan yang takut akan Tuhan, profesional, dan berdampak positif bagi masyarakat.