30/09/2025 Achievements
Keterlambatan bicara atau speech delay masih menjadi masalah tumbuh kembang utama pada anak prasekolah (3–6 tahun), dengan gejala seperti kosakata terbatas, pelafalan kurang jelas, hingga kesulitan menyusun kalimat sederhana. Jika tidak ditangani sejak dini, kondisi ini berisiko menghambat perkembangan sosial, emosional, bahkan akademik. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2023, mencatat prevalensi speech delay mencapai 5–8% atau sekitar 5-8 dari 100 anak usia prasekolah di Indonesia mengalami keterlambatan bicara. Para ahli menekankan pentingnya stimulasi dari orang tua sejak dini, seperti rutin mengajak anak berbicara, membacakan cerita, hingga mengenalkan kosakata baru. Namun dalam praktiknya, kesibukan orang tua di perkotaan sering membuat hal ini tidak optimal.
Menjawab tantangan tersebut, lima mahasiswi Universitas Pelita Harapan (UPH) Kampus Medan menghadirkan Talkie Buddy—boneka interaktif berbasis Generative Artificial Intelligence (Gen AI) yang dirancang untuk membantu anak mengasah kemampuan bicara. Inovasi ini lahir dari mahasiswa Program Studi Sistem Informasi dan Informatika yang dipimpin oleh Desinta Yamasan Rusli bersama Chintya Angel King, Charlene Silver, Selvy Alexandra, dan Priscilla, di bawah bimbingan dosen pendamping, Ade Maulana, S.Kom., M.T.I.
Berkat solusi yang ditawarkan, Talkie Buddy berhasil meraih pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikti Saintek RI) melalui Program Kreativitas Mahasiswa–Karya Inovatif (PKM-KI) 2025 berjudul “Inovasi Boneka Interaktif Berbasis Generative Artificial Intelligence (Gen AI) untuk Meningkatkan Keterampilan Bicara Anak”.
Teman Interaktif Pendamping Anak dalam Berlatih Bicara
“Talkie Buddy bukan sekadar mainan, melainkan teman interaktif yang mendampingi anak dalam berlatih bicara. Boneka pintar ini mampu berkomunikasi dua arah, merespons suara anak secara adaptif, membacakan dongeng, melatih respons verbal, hingga menyanyikan lagu. Kami juga melengkapinya dengan aplikasi mobile pendamping, sehingga orang tua dapat memantau perkembangan kemampuan bicara anak secara langsung. Dengan begitu, meski sibuk, orang tua tetap bisa terlibat aktif dalam proses stimulasi bahasa anak,” jelas Desinta.
Ia menambahkan, bentuk boneka dipilih karena lebih dekat dengan dunia anak. Kehadiran boneka memberi pengalaman fisik yang menyenangkan, sehingga latihan bicara terasa seperti bermain bersama teman, bukan sekadar berhadapan dengan layar digital. Pendekatan ini membuat stimulasi bahasa lebih alami, interaktif, dan efektif bagi anak.
Praktis, Interaktif, dan Edukatif
Sementara itu, Ade Maulana menjelaskan bahwa program Talkie Buddy telah dijalankan sejak Juli hingga September 2025. Boneka interaktif ini memadukan beberapa teknologi utama, yaitu Internet of Things (IoT) untuk konektivitas perangkat, Gen AI untuk menghasilkan respons interaktif yang natural, serta text-to-speech yang memungkinkan anak berbicara dan boneka merespons secara langsung. Talkie Buddy dilengkapi baterai isi ulang dengan tipe pengisian USB Type-C dan koneksi Wi-Fi, sehingga dapat digunakan di mana saja.
“Talkie Buddy telah diuji coba secara terbatas bersama empat anak dan orang tua mereka. Dari sini, tim dapat mengamati respons anak sekaligus mendapatkan masukan langsung dari orang tua. Ke depannya, tim berencana untuk berkonsultasi dengan pihak day care, pusat terapi wicara, dan psikolog anak agar pengembangan fitur semakin sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak,” ucap Ade.
Saat ini, Talkie Buddy masih berada pada tahap riset dan pengembangan. Tim terus menguji efektivitasnya sebagai media latihan bicara bagi anak, khususnya dalam membantu mengurangi screen time, serta memperkaya kosakata. Namun, inovasi ini tidak berhenti hanya sebagai proyek penelitian. Melihat potensinya, Talkie Buddy juga diarahkan untuk dapat dikembangkan lebih lanjut dan berpeluang dipasarkan secara terbatas, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara lebih luas oleh masyarakat.
“Kami berharap Talkie Buddy menjadi contoh nyata pemanfaatan teknologi seperti IoT dan AI di bidang kesehatan, khususnya dalam mendukung tumbuh kembang anak. Dari sisi akademik, proyek ini memperkaya penelitian lintas bidang, termasuk teknologi, psikologi, dan pendidikan anak. Bagi masyarakat, Talkie Buddy diharapkan hadir sebagai solusi praktis yang ramah dan menyenangkan, sehingga orang tua terbantu dalam mendampingi anak belajar bicara,” ucap Ade.
Talkie Buddy membuktikan bahwa empati, kreativitas, dan teknologi dapat menghadirkan solusi nyata bagi keluarga dan masyarakat. Dengan bimbingan dosen berkualitas dan memberikan kesempatan pengembangan diri, UPH mendorong mahasiswa tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang takut akan Tuhan dan siap memberikan dampak nyata bagi masyarakat melalui inovasi mereka.