Acara yang khusus dipersembahkan oleh Konservatori Musik Universitas Pelita Harapan (UPH).
Suara gamelan menyelimuti pusat budaya Jerman di Jakarta saat Sabtu (4/5) siang lalu. Sedang ada apa di sana? Apakah ada pertunjukan gamelan di pusat budaya Jerman? Bila itu tebakan anda maka sebagiannya benar. Karena, acara yang mengambil tempat di pusat kebudayaan Jerman ini tidak hanya sekedar pertunjukan gamelan saja. Gamelan yang dimainkan dengan indah oleh Prof Dr Sri Hastanto merupakan acara pembuka dari Music Fest 2008, sebuah acara yang khusus dipersembahkan oleh Konservatori Musik Universitas Pelita Harapan (UPH). Meskipun diadakan di GoetheHaus, tidak berarti hanya orang Jerman saja yang pergi, malah, acara bebas biaya ini dipersembahkan untuk orang-orang di dunia musik yang tinggal di ibukota Jakarta dan sekitarnya.
Setelah penampilan gamelan yang halus, Dekan Konservatori Musik UPH, Dr Johannes S Nugroho menyampaikan penjelasan sekilas mengenai Kompetisi Piano Nasional UPH yang ke-3. Kompetisi ini akan diadaka pada bulan Juni tahu ini. Lalu, talkshow mengenai ?Karir di Industri Musik? mengambil tempat. 2 profesional di industri musik Indonesia hadir sebagai pembicara. Mereka adalah Adam Anugerah, manajer ADA Band ? salah satu band terpopuler di Indonesia akhir-akhir ini ? dan Harry Koko Santoso, Presiden Direktur DETEKSI Production yang telah menyelenggarakan banyak pertunjukan band di seluruh penjuru negara.
Sebelum talkshow lainnya dimulai, gondang Bantak ditampilkan dengan indah oleh Julianus Liembeng, Msi. Talkshow kedeua membahas ?Prospek Desain Suara dalam Industri Musik, Multimedia dan Film di Indonesia.? Tiga ahli datang sebagai pembicara, mereka adalah Addie MS, dikenla luas sebagai konduktor Twilite Orchestra dan anaknya juga sedang belajar di Konservatori Musik UPH. Lalu, Satrio Budiono, atau dipanggil akrab Mas Yoyo, seorang desainer suara ? profesi yang masih sangat jarang di Indonesia. Pembicara ketiga adalah Agus Hardiman, seorang penata suara. Kehadiran mereka sangat bermanfaat untuk peserta yang telah hadir, tidak hanya mereka ahli di bidangnya, tetapi karena topik yang disajikan juga sangat menarik.
Selain talkshow, seminar dengan pembicara Janet Kirkley, Paula Chandra, dan Ridolf Hehanusa juga diadakan. Tapi acara tidak berhenti di situ saja. Banyak pertunjukan tiada banding dari Revi Awondatu, Otto Sidharta, dan alumni Konservatori Musik UPH Andres Januar membanjiri festival ini. Dan, sebagai penutup, konser musik dari mahakarya Beethoven dan Mozart ditampilkan secara elegean oleh profesor maupun ekspatriat Konservatori Musik UPH. Mereka adalah Mamoru Yabuki dan Mina Yamauchi dari Jepang, Kim Dong Whan dari Korea Selatan, Marta Podolska dari Polandia dan masih banyak penampilan lainnya.
UPH Music Fest 2008 diadakan untuk memberikan informasi akurat mengenai pentingnya pendidikan formal di musik karena akan menghasilkan musisi sukses dan profesional di industri musik Indonesia. ?Sejauh ini, orang berpikir belajar musik tidak memiliki prospek yang cerah. Konservatori Musik UPH berusaha untuk mengubah pengertian salah tersebut,? kata Jack Arthur ST, MDes, ketua dari UPH?s Music Fest 2008. Melalui festival musik ini, diharapkan masyarakat bisa mendapatkan informasi lengkap mengenai perkembangan pendidikan, teknologi dan pengetahuan di dunia musik.
Didirikan pada tahun 2000, Konservatori Musik UPH sejauh ini telah memiliki 225 mahasiswa dan 77 alumni. Memiliki 12 jurusan, Konservatori Musik UPH menjadi satu-satunya jurusan musik di Asia Tenggara yang memiliki jurusan Terapi Musik. Beberapa fasilitas pembelajaran seperti laboratorium untuk desain suara, kelas studio dan aula konser disediakan di UPH. Staff pengajar terdiri dari praktisi dan pendidik yang berasal baik dari Indonesia maupun negara lainnya. Melalui Konservatori Musik, UPH berperan aktif dalam mengembangkan musik Indonesia. UPH juga merupakan salah satu pusat pendidikan yang menyediakan musisi berkualitas dan profesional.
Dalam interview dengan CampusAsia, Addie MS mengatakan bila ia bisa memutar balik waktu, ia ingin masuk ke Konservatori Musik UPH. ?Jadi kita tidak perlu menjalani uji coba lagi,? katanya. Bila ada fasilitas pembelajaran seperti Konservatori Musik UPH dan bisa mendaftar ke sana, Addie berpendapat sangat disayangkan bila kesempatan itu dilewatkan. Belajar di UPH, menurutnya, akan menciptakan investasi yang sangat bagus bagi mahasiswa. Namun tetap, hal yang terpenting adalah pengetahuannya itu sendiri. ?Bila kita bisa mendapat pengetahuan lebih cepat, kenapa tidak?? kata Addie. Namun, pendidikan formal tidak menjamin keberhasilan seseorang, mereka harus dapat menyeimbangkan antara apa yang mereka dapatkan di sekolah dengan berlatih dan mencari pengalaman.
By Tommy Fitriadi, CA