?Inovasi Bersyarat? adalah salah satu kompetisinya. Dalam kompetisi ini peserta ditantang untuk berinovasi membuat makanan berbahan dasar buah-buahan khas Sumatra.
![]() |
||||||||
Panitia ‘Conditional Innovation’ Competition | ||||||||
Untuk memeriahkan acara Food Explore 5, panitia tidak lupa untuk menyisipkan beberapa kompetisi salah satunya adalah ?Inovasi Bersyarat? yang dikhususkan untuk anak-anak SMA. Dalam kompetisi ini peserta ditantang untuk berinovasi membuat makanan berbahan dasar buah-buahan khas Sumatra seperti Delima, Manggis, Durian, Andaliman dan Markisa.
?Makanan yang yang dibuat tidak perlu yang berat. Snack atau cake saja sudah cukup. Yang penting, mereka harus berinovasi dengan materi yang kita berikan,? kata Tiffany Theresia Dauna, panitia lomba untuk siswa SMA di acara Food Explore 5.
Buah-buahan khas Sumatra dipilih sebagai materi kompetisi, selain menyesuaikan dengan tema yang diusung Food Explore tahun ini, ?Sense the Diversity: Ragam Sumatra, Kekayaan Indonesia?, juga bertujuan untuk lebih mengenalkan kelebihan dari buah-buahan khas Sumatra itu dan juga mendorong kreativitas dalam berinovasi dengan bahan-bahan tersebut.
Tahapan dalam kompetisi ini, pertama peserta diharuskan membuat konsep produk yang akan dibuat melalui proposal. Lalu, proposal itu dinilai berdasarkan inovasi produknya, kesesuaian antara konsep dan produk makanan yang dihasilkan serta kelebihan dan kekurangan dari produk yang dibuat. Lalu dipilih 4 peserta dengan nilai proposal tertinggi, dan diundang untuk memamerkan inovasi makanan yang dibuat. Penilaian itu sudah dinilai dari sebulan lalu,? jelas Tiffany. Voting juga diperlukan untuk mendapatkan juara favorit. Pemenang berhak atas sejumlah uang, sertifikat dan piala.
?Yang daftar ada 6 sekolah tapi yang dipamerkan hanya 4 sekolah, yaitu SMA Regina Pacis Bogor, SMA Notre Dame Jakarta, SMA Marsudirini Bogor, dan UPH College. Tahun ini memang lebih sedikit pesertanya dibanding tahun lalu. Tapi antusiasme peserta tahun ini lebih bagus dan heboh. Bahkan sampai ada yang niat membawa bamboo dan kain untuk membuat booth. It?s amazed,? kata Tiffany senang.
Inovasi Bersyarat diadakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa SMA supaya lebih mengenal lagi mengenai Teknologi Pangan seperti apa. Banyak yang mengira Jurusan Teknik Pangan hanya masak saja. Padahal di dalamnya melakukan uji coba di laboratorium dengan membuat produk baru dari bahan-bahan yang tidak seperti biasanya.
Keunikkan dari segi bahan dasar ternyata menjadi tantangan tersendiri bagi peserta. Peserta dari SMA Notre Dame memilih bahan dasar durian sebagai tantangan untuk mereka. Dennis Destian yang sekarang sudah kelas 12 mengatakan buah durian adalah buah yang paling banyak ditolak oleh sebagian orang.
?Dari baunya saja, orang-orang sudah tidak suka. Jadi, kita memilih durian untuk mempromosikan durian melalui inovasi yang kita buat supaya tidak menolak buah ini,? katanya.
Berbeda dengan peserta yang rela datang dari Bogor demi menambah pengalaman berinovasi membuat panganan. SMA Regina Pacis memilih andaliman sebagai bahan dasar panganan mereka.
?Banyak orang yang tidak tahu tentang andaliman. Bahan ini banyak digunakan orang Batak untuk bahan tambahan membuat sambal. Belum pernah yang pakai untuk kue. Jadi, kita pilih andaliman untuk tantangan kita. Gimana cara kita supaya andaliman yang pedas ini menjadi tidak terlalu terasa pedasnya dalam sebuah pie,? jelas Cornelia Andini yang baru kelas 11 ini.
?untuk mengurangi rasa pedasnya kami campurkan selai dan gula. Ternyata rasa andalimannya seperti mint,? tambah Cornelia.
Walaupun hanya iseng dan menambah pengalaman, kedua peserta ini memang memiliki ketertarikkan dalam bidang teknologi pangan.
?Saya sendiri memang ingin masuk jurusan Teknik Pangan tapi belum terpikir di universitas mana,? kata Dennis. (tna)
|