02/10/2013 Uncategorized
Pembenahan infrastruktur di negara ini sangat ? bahkan jelas sekali ? dibutuhkan bila kita ingin merealisasikan potensi dari ?kebangkitan Indonesia?.
![]() (kiri ke kanan): Sukmawaty Syukur – Direktur PT Jakarta Monorail, Elvi Nasution – Kepala Perwakilan French bank Natixis dan dosen di UPH Business School, Reynaldy Hermansjah – CFO Jasa Marga, dan Pamela Bracey – Perwakilan PSOD Resident Missions for Indonesia
|
||
Jakarta, 27 September 2013 ? Pembenahan infrastruktur di negara ini sangat ? bahkan jelas sekali ? dibutuhkan bila kita ingin merealisasikan potensi dari ?kebangkitan Indonesia?. Sayangnya, pembelanjaan di infrastruktur masih jauh dari cukup dengan turunnya GDP dari sebelum tahun 1997 yaitu 7% menjadi hanya 3% di tahun 2012. Melihat jumlah investasi yang diperlukan masih sangat banyak, pendanaan publik tidak akan cukup. Indonesia perlu memikirkan cara lain untuk menarik investasi swasta ke sektor ini, yang secara harafiah akan menentukan arah masa depan bangsa ini. Untuk memastikan kita berada di jalur yang tepat, Business School UPH mengundang empat ahli dan praktisi berpengalaman untuk membagikan kisah sukses mereka dalam pengembangan infrastruktur di Indonesia.
Empat ahli yang berbicara pada kuliah umum ini adalah: Ignasius Jonan ? CEO Kereta Api Indonesia, Reynaldy Hermansjah ? CFO Jasa Marga, Sukmawaty Syukur ? Direktur PT. Jakarta Monorail dan Pamela Bracey ? Perwakilan PSOD Resident Missions for Indonesia. Kuliah umum ini dimoderasi oleh Elvi Nasution ? Kepala Perwakilan French bank Natixis dan dosen di UPH Business School. Kuliah ini mengambil tempat di ruang konferensi MRCCC Siloam Semanggi lantai 36 dan dihadiri oleh sekitar 100 peserta dari pegawai pemerintahan, kedutaan, ahli serta mahasiswa.
Ignasius Jonan mengawali kuliahnya dengan membagikan pengalamannya dalam mengubah PT. KAI dalam empat tahun terakhir ini. Menyorot ketiadaan pengeluaran pemerintah dalam perusahaannya, ia menyulap semua kereta tanpa AC menjadi kereta yang ber-AC. Kesuksesannya tidak hanya di keretanya saja, ia juga membangun ulang stasiun menjadi lebih modern dengan membubarkan pedagang kaki lima dan menerapkan tiket elektronik di hampir semua stasiun di Indonesia. Setelah kuliah dari Jonan, Sukmawaty menceritakan kisah Jakarta Monorail yang memenangkan tender monorail pada tahun 2004 saat era Sutiyoso. Ia juga menceritakan kesulitan yang dialami saat proyek dimulai karena ada banyak perubahan kebijakan setiap kali pergantian gubernur. Pernyataan Sukmawaty menarik banyak pertanyaan dari media yang hadir.
Pembicara berikutnya, Reynaldi memulai kuliahnya dengan latar belakang Jasa Marga yang didirikan pada tahun 1978 dan didanai G to G obligation sampai tahun 1987. Sejak tahun 1987, sektor swasta diperbolehkan untuk turut ambil bagian dalam pembangunan jalan tol bersama dengan Jasa Marga. Reynaldi juga mengungkapkan tantagan yang sekarang dihadapi Jasa Marga diantaranya dalam pembebasan lahan. Akuisisi tanah hanya bisa dilakukan oleh pemerintah dan hal ini merupakan tantangan terbesar Jasa Marga karena di Indonesia, tanah seluas 10000 m2 bisa terdapat 50 pemilik di dalamnya yang akhirnya memaksa pemerintah untuk bernegosiasi dengan banyak orang. Merangkum kuliah ketiga pembicara, Pamela Bracey menyimpulkan bahwa untuk pengembangan infrastruktur, peran sektor negeri dan swasta diperlukan dalam hal finansial, kerjasama serta penentuan kebijakan. (of) |
||
![]() Ignasius Johan berbagi pengalamannya dalam mengubah PT Kereta Api Indonesia
|
||
|
||