NEWS & PUBLICATION

Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia

27/11/2013 Uncategorized

Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia

Bertempat di UPH Graduate Campus ? Plaza Semanggi, Ir. Sulistijo Sidarto Mulyo, MT ? Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil UPH ? memberikan sebuah seminar yang berjudul ?Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia?.

dsc03009 largedsc03045 large 
Lebih dari 50 peserta menghadiri seminar ‘Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia’
 
Bertempat di UPH Graduate Campus ? Plaza Semanggi, Ir. Sulistijo Sidarto Mulyo, MT ? Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil UPH ? memberikan sebuah seminar yang berjudul ?Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia?. Topik ini menjadi pembahasan yang penting mengingat dalam waktu dekat Indonesia akan menyambut era globalisasi dan pasar bebas, apalagi pertumbuhan penduduk, ekonomi dan investasi semakin membuka banyak peluang di industri konstruksi. Namun, sangat disayangkan kesempatan tersebut bisa tidak digunakan sepenuhnya karena industri konstruksi di Indonesia masih terbilang tidak mantap.
 
Menyikapi pentingnya isu tersebut, Program Magister Teknik Sipil (MTS) yang dipimpin oleh Prof. Dr. Manlian Ronald A. Simajuntak, ST., MT, menggelar seminar ?Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia? pada 23 November 2013. Dihadapan lebih dari 50 peserta yang terdiri dari mahasiswa MTS dan para praktisi dan konsultan pembangunan, Ir. Sulistijo menjelaskan kondisi birokrasi industri konstruksi Indonesia saat ini, tantangan dan peluangnya. 
dsc03053 large
kiri-kanan: Prof. Manlian A. Simajuntak – Ketua Program MTS UPH dan Ir. Sulistijo – Pembicara
 
Menurutnya birokrasi industri konstruksi Indonesia masih belum sesuai dengan visi dan misi konstruksi yang sudah ada karena banyak dirundung masalah. Hal ini bisa terlihat dari para pemegang saham yang masih belum memahami sektor-sektor yang terlibat dalam bidang konstruksi, misalnya seperti sektor pemerintah dan sektor masyarakat. Ketidakpahaman ini bukan tanpa alasan mengingat sistem birokrasi Indonesa yang masih belum terlalu jelas dan bersih. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya dukungan dan pembenahan sehingga kelompok palsu (pseudo?-kontraktor dan pseudo-konsultan) serta tindakan KKN semakin merajalela. Tindakan KKN serta sistem birokrasi yang tidak jelas akhirnya menyebabkan konstruksi di Indonesia dikenakan dengan biaya yang sangat tinggi dan implementasi pasar konstruksi menjadi tidak efektif.
 
Maka, menjadi sebuah tantangan untuk menata pasar konstruksi Indonesia. Ir. Sulistijo berpendapat perlu ada kolaborasi antara lembaga riset pemerintahan dengan dunia pendidikan baik dari sisi swasta maupun pemerintah. Hal ini dikarenakan konstruksi Indonesia masih sangat kekurangan SDM yang berkualitas sementara tuntutan dunia konstruksi semakin meningkat tiap tahunnya. Selain itu, kolaborasi ini juga penting untuk menciptakan penerapan hukum yang konsisten, sosialisasi birokrasi konstruksi yang menyeluruh, serta pembentukan lembaga pengawasan dan pendukung seperti permodalan dan asuransi.
 
Menyongsong era pasar bebas dan AFTA yang semakin dekat, Ir. Sulistijo yakin diperlukan konstruksi yang aman, nyaman dan tertib di Indonesia. Apalagi di era terbuka, inovasi, solusi, efesiensi dan produktifitas menjadi faktor penting untuk bertahan di pasar dengan kompetisi yang luas. Untuk mencapai hal itu, Ir. Sulistijo memberi sebuah saran yaitu untuk meningkatkan kualitas program pendidikan sehingga dapat memenuhi tuntutan pasar. (lau)
 
 
 
UPH Media Relations