NEWS & PUBLICATION

Prof. DR. Ir. San Afri Awang, M.Sc. : ?Apapun teknologi yang dikembangkan harus mengacu pada referensi nilai budaya dan norma Indonesia?

11/05/2015 Uncategorized

Prof. DR. Ir. San Afri Awang, M.Sc. : ?Apapun teknologi yang dikembangkan harus mengacu pada referensi nilai budaya dan norma Indonesia?

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Prof.DR. Ir.San Afri Awang,M.Sc., Kepala Balitbang KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dalam kuliah umum dihadapan peserta seminar nasional Sains, Rekayasa dan Teknologi

 Prof. DR. Ir. San Afri Awang, M.Sc. foto: Pono Mardjoko
 
 
 

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Prof.DR. Ir.San Afri Awang,M.Sc., Kepala Balitbang KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dalam kuliah umum dihadapan peserta seminar nasional Sains, Rekayasa dan Teknologi yang diadakan Fakultas Sains dan Teknologi (FaST) UPH, Rabu, 6 Juni 2015 di kampus UPH Karawaci.

 

 

Referensi tersebut sebagaimana yang ditegaskan dalam Nawa Cita atau sembilan agenda prioritas dan Trisakti yang ditetapkan Presiden Joko Widodo. ?Karena itu kita tidak bisa menerapkan teknologi terlalu tinggi kalau menimbulkan gap di tengah masyarakat. Kita jangan mengulang kesalahan yang lalu,? tegas Awang.

 

 

Menurut Afri Awang, sains dan teknologi bisa ikut memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa ini, terkait dengan masalah sumber daya alam, lingk hidup dan kehutanan yang semakin meningkat. Dalam konteks ini, secara garis besar ada tiga persoalan dasar yang harus diselesaikan, yaitu pertama; persoalan pangan dan energi, kedua; tingginya penduduk yang mengalami izpa karena dampak pembakaran hutan dan lahan, ketiga; tingginya frekuensi banjir dan tanah longsor. Melalui rencana strategis, akan diupayakan agar tidak ada gap antara kondisi yang ideal dengan kondisi riil. Upaya yang dilakukan pertama mempertinggi produksi listrik setara 200mega watt melalui pemanfaatan bahan bakar nabati. Kita tidak bisa bergantung pada fosil. Prediksi 2018 kita akan hadapi krisis energi yang serius terutama listrik. Kedua jumlah penderita izpa harus menurun, melalui peningkatan kualitas udara yg semakin baik. Dan ketiga dampak banjir dan longsor harus ditekan, melalui pengurangan jumlah sampah yang masuk ke badan air. Meningkatkan kualitas air. Melalukukan konservasi air. Dan mengurangi luas lahan kritis.

 

 

Sebaran kegiatan yang diupayakan pemerintah terkait dengan prioritas nasional antara lain, melakukan pemberantasan penebangan liar, perikanan liar dan pertambangan liar. Akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengendalian kebijakan suber daya alam, mendorong ketahanan pangan, air, sumber daya alam dan energi, pelestarian linkungan alam dan pengelolaan bencana agar bisa mengurangi hal-hal yang bisa ditanggulangi.

 

 

Afri Awang menegaskan bahwa kondisi tersebut memprihatinkan, karenanya ia menghimbau para peneliti dari perguruan tinggi untuk masuk ke daerah-daerah tambang maupun daerah kritis dan melakukan penelitian dan dapat memberikan masukan untuk penanggulangannya. Pengelolaan sumber daya alam harus dikelola dengan Iptek yang benar.

 

 

Ia juga memaparkan peran dari sumber daya hutan terhadap pemenuhan kebutuhan energi nasional. Menurutnya ada dua bentuk energi yang bisa dikapitalisasi sesuai dengan kemajuan sain dan teknologi yang kita miliki. Pertama, biofuel dapat diolah dari buah, biji, kulit dan batang. Tergantung tingkatan teknologi yang kita kuasai. Kedua, biomas untuk pemenuhan electricity. Bisa dalam bentuk padat atau chip bisa dikaitkan dengan Iptek yang tersedia untuk menggerakkan turbin.

 

 

Menanggapi paparan Afri Awang, Dekan FaST UPH Prof. Manlian mengatakan bahwa seluruh kegiatan pemerintah berbasis masyarakat. Dalam konteks lingkungan (mengutip dari pakar lingkungan Prof. Otto) ada tiga yang penting, yaitu lingkungan alam, lingkungan binaan dan lingkungan sosial. Terkait dengan konteks tersebut, maka pemerintah dirasakan perlu mempertimbangan ketiga unsur tersebut dikaitkan dengan upaya pemerintah dalam menerapkan program di seluruh wilayah Indonesia yang berbeda-beda kondisi lingkungan dan alamnya. Ini perlu dituangkan dalam kebijakan pemerintah daerah. Lebih lanjut, Prof. Manlian berharap kegiatan seminar ini dapat menghasilkan rekomendasi yang berguna bagi pemerintah. (rh)

 

 

 

 

Prof. Manlian dan Prof. Awang sedang mengadakan press conference

Testimoni Prof. Manlian:

Pembangunan berkelanjutan mencakup lima unsur. Pertama unsur human sistem (SDM) disinilah peran perguruan tinggi, yaitu bagaimana mempersiapkan SDM yang siap dan berkualitas. Kedua terkait dengan postur ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih re?ida. Dan ini dapat dilihat dari minimnya dana riset. Karenanya melalui seminar ini diharapkan dapat mendorong investasi untuk riset. Ketiga inflasi sudah menanti, namun saya optimis bisa ditangani. Keempat, penggunaan APBN masih kurang maksimal. Karenannya dari Perguruan Tinggi bisa memberikan sumbangsih melalui hasil-hasil riset agar dapat memaksimalkan penggunaan APBN. Kelima, dalam kaitan dengan pembangunan berkelanjutan, sesungguhnya harus berhubungan dengan kemandirian. Namun agar setiap daerah di Indonesia bisa merata maka perlu ada integrasi. Harapan kami, FaST dapat menjadi pionir, pendamping dan motor bagi pemerintah.

 

 
 
 
 
 
 
UPH Media Relations