Arsitektur UPH dan Holcim Foundation Restorasi Warisan Budaya Joglo.

Seni arsitektur dan bangunan telah lama menjadi warisan budaya yang menjadi saksi perubahan zaman di Nusantara. Salah satunya adalah rumah adat Jawa yang dikenal dengan nama Joglo. Seiring dengan kemajuan teknologi, Joglo juga mengalami perubahan dengan teknik dan seni arsitektur modern. Untuk menjaga kelestarian warisan budaya ini, Holcim Foundation for Sustainable Construction bekerja sama dengan Program Studi (Prodi) Arsitektur UPH melakukan adaptasi sebuah Joglo yang telah terbengkalai di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Melalui kerja sama ini, Joglo yang terbengkalai akan dipindah dan diadaptasi menjadi sebuah ruang komunitas yang nantinya difungsikan secara khusus untuk latihan tari di Padepokan Sekar Djagad, yang diprakarsai oleh Hajar Wisnu Satoto.

Selain itu, untuk menggali lebih lanjut potensi adaptasi yang dapat dilakukan guna melestarikan Joglo, Prodi Arsitektur UPH dan Holcim Foundation menyelenggarakan forum diskusi bertajuk Ad Rem: Adaptation in Architecture yang diselenggarakan secara daring dan luring dari Bentara Budaya Jakarta (Kompas Gramedia) pada Sabtu, 26 Agustus 2023. Diskusi mengenai adaptasi dalam arsitektur ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta, baik dari dalam maupun luar negeri. Peserta internasional yang mengikuti acara secara daring berasal dari 28 negara seperti Swiss, Australia, Bangladesh, India, Italia, Meksiko, Vietnam, Brazil, Argentina, Mesir, dan lainnya.

Andreas Yanuar Wibisono, S.T., M.Ars. selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) Arsitektur UPH menjelaskan bahwa seluruh kegiatan ini merupakan bentuk implementasi dari kerja sama yang sudah terjalin antara UPH dengan Holcim Foundation lewat Penandatanganan Letter of Intent (LoI).

Terkait adaptasi Joglo Andreas menjelaskan, “Proyek Ad Rem ini sedang dalam tahap riset dan adaptasi Joglo siap dimulai pada bulan Januari 2024. Adaptasi Joglo juga akan menjadi materi mata kuliah ‘Studio Riset Arsitektur 4’ selama bulan Agustus-Desember 2023. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa Arsitektur UPH akan diajak melakukan riset dan eksperimen. Selanjutnya, pada Januari-April 2024 proyek ini akan dikembangkan dalam konteks yang berbeda pada mata kuliah Studio Desain Arsitektur 4. Mata kuliah tersebut akan diampu langsung oleh Dosen Arsitektur UPH yaitu Jacky Thiodore, S.Ars., M.Arch dan Dani Hermawan, M.Arch.”

Forum Diskusi Ad Rem: Adaptation in Architecture

Forum Diskusi Ad Rem: Adaptation in Architecture dibuka dengan presentasi filosofi Joglo dari Prof. Ir. Totok Rusmanto (ISAI UIN, Kepala Ahli Warisan Budaya Jawa Tengah), presentasi material dan tektonik oleh Mohamad Cahyo Novianto (Jaringan Arsip Arsitektur Indonesia), dan presentasi studi kasus yang dibawakan oleh Adi Purnomo (mamostudio).

Diskusi menarik tentang Joglo ini membawa titik terang tentang budaya dan serba-serbi bangunan yang hingga kini masih dijaga kelestariannya. Dijelaskan bahwa Joglo merupakan tipe bangunan daerah Jawa yang terdiri dari struktur kayu.

Forum ini juga turut membahas adaptasi pembangunan Joglo yang mengikuti perubahan zaman. Salah satunya lewat paparan dari Prof. Totok Rusmanto yang menjelaskan seputar modernisasi Joglo, seperti penambahan beton di bagian tertentu. “Di zaman sekarang pun tidak semua bagian Joglo terbuat dari kayu jati. Ada berbagai macam kayu yang digunakan,” ungkap Cahyo perihal adaptasi pembuatan Joglo di masa kini.

 

Di kesempatan kali ini, Holcim Foundation yang diwakili oleh tiga Ambasadornya, yaitu Andi Subagio (Principal Architect di SASO Architecture Studio), Namjoo Kim (Asisten Profesor Universitas Seoul), dan Stefan Novakovic (Senior Editor di Azure Magazine) hadir dalam forum diskusi. Melalui forum ini Holcim Foundation memaparkan empat tujuan dari proyek Ad Rem, yaitu:

  1. Memberi dampak di bidang arsitektur, yaitu dengan restorasi bangunan warisan budaya yang terbengkalai.
  2. Memberi dampak bagi masyarakat, yaitu dengan mengedukasi generasi penerus tentang sejarah dan pentingnya warisan budaya di Indonesia.
  3. Memberi dampak bagi komunitas dan budaya, yaitu dengan memberi dukungan bagi komunitas kebudayaan lewat restorasi bangunan warisan budaya.
  4. Memberi dampak bagi industri dan pendidikan, yaitu dengan mengajak Prodi Arsitektur UPH dan Arsitek untuk mengembangkan metode konstruksi bangunan warisan budaya yang terbengkalai dengan teknologi digital.

 

Kolaborasi antara Prodi Arsitektur UPH dan Holcim Foundation dalam program Ad Rem merupakan wujud nyata misi Arsitektur UPH untuk melibatkan mitra industri. Keterlibatan mitra industri ini memastikan Arsitektur UPH selalu memberikan materi pengajaran yang relevan dengan tren atau kebutuhan di industri. Terlebih lagi, program ini juga menjadi wadah kolaborasi bagi para dosen dan mahasiswa untuk semakin memperkaya wawasan dan pengalaman mahasiswa. Hal ini menjadi bukti komitmen UPH yang memperlengkapi mahasiswa untuk siap menjadi lulusan berdaya saing tinggi, kompeten, dan mampu menjadi pemimpin yang mendorong transformasi.

 

Tentang Arsitektur UPH

Arsitektur UPH memperlengkapi mahasiswa dengan disiplin ilmu fundamental dari segi artistik, ilmiah, dan humanistis yang terkait perancangan bangunan. Mahasiswa dibekali dengan kurikulum yang relevan dengan perkembangan wacana dan teknologi arsitektur yang bergerak dinamis, dengan tetap berakar pada pengetahuan arsitektur mendasar. Bersama UPH, mahasiswa diproses dan dipersiapkan menjadi pemimpin masa depan yang profesional dan mampu membawa transformasi bagi masyarakat sekitar dan bangsa Indonesia. Mari bergabung dan daftarkan dirimu sekarang! Untuk informasi selengkapnya, dapat menghubungi Student Consultant di nomor 0811-1709-901 atau klik di sini.


baca juga:

Arsitektur: Keunggulan Jurusan dan Prospek Karier