12/05/2025 Faculty of Design
Program Studi Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH) menampilkan karya eksperimental bertajuk Archipelago Odyssey: Space Evolution in Mixed Reality dalam ajang pameran arsitektur nasional ARCH:ID 2025. Karya ini merupakan hasil kolaborasi antara mahasiswa dan alumni Arsitektur UPH bersama Archinesia. Pameran ini diselenggarakan pada 8-11 Mei 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, dan menjadi wadah bagi para arsitek dan institusi pendidikan arsitektur dari seluruh Indonesia untuk menampilkan ide dan inovasi dalam ranah desain ruang dan teknologi.
Berbeda dari karya studio arsitektur pada umumnya, Archipelago Odyssey merupakan instalasi lintas angkatan yang dirancang khusus untuk ARCH:ID 2025. Dikembangkan oleh Timothy Ishak Sugianto, Nadya Tanelli, Sean Kurnia, dan Yelina Khosasih (angkatan 2020 dan 2021), di bawah bimbingan dosen Gregorius A. Gegana Amunisianto, S.Ars., M.Arch., karya ini menjadi respons terhadap tema besar ARCH:ID 2025 sekaligus memperkenalkan potensi Mixed Reality dalam dunia arsitektur.
Menggabungkan pendekatan digital dan narasi spasial, instalasi ini mengeksplorasi bagaimana teknologi Mixed Reality dapat menciptakan pengalaman ruang yang imersif, interaktif, dan kontekstual—membuka perspektif baru bagi arsitek dalam merancang ruang masa depan.
Instalasi yang ditampilkan dari tim UPH mengajak pengunjung menembus batas fisik dan digital melalui perjalanan virtual yang membaurkan unsur-unsur khas Indonesia seperti rumah adat, becak, angkot atau angkutan kota, hingga pecel lele ke dalam sebuah kota fiksi masa depan. Seluruh pengalaman tersebut dikemas dalam teknologi Oculus, di mana pengunjung diajak menjelajahi ruang, menyelesaikan misi, dan berinteraksi langsung dengan elemen budaya Indonesia dalam format futuristik.
“Melalui karya ini, kami ingin menunjukkan bahwa warisan budaya tidak harus ditampilkan secara konvensional. Dengan pendekatan mixed reality, elemen lokal bisa dihidupkan kembali dengan cara yang relevan dan menarik bagi generasi sekarang,” ujar Timothy.
Persiapan untuk mengikuti ARCH:ID 2025 dimulai dari penyesuaian desain terhadap layout ruang pameran. Tim harus memetakan ulang alur pergerakan pengunjung dan merancang pengalaman spasial yang optimal dalam batasan teknis booth. Salah satu tantangan utama adalah memastikan performa konten virtual tetap lancar, dengan file digital yang ringan namun tetap detail dan menarik secara visual.
“Pengalaman ini sangat memperluas wawasan kami tentang bagaimana teknologi seperti Mixed Reality bisa diintegrasikan secara nyata ke dalam desain arsitektur. Tantangan teknisnya besar terutama dalam mengoptimalkan file digital agar berjalan mulus di Oculus tetapi prosesnya sangat memperkaya,” jelas Nadya.
Ia juga menekankan pentingnya peran kampus dalam kesuksesan proyek ini, mulai dari penyediaan perangkat Oculus dan fasilitas laboratorium, hingga pendampingan dosen yang intensif sejak tahap awal. Dukungan tersebut memungkinkan tim tidak hanya mengeksekusi proyek secara teknis, tetapi juga menyempurnakan narasi spasial yang ingin disampaikan kepada publik.
Dukungan kampus terhadap proyek ini juga diakui oleh dosen pembimbing, Gregorius A. Gegana Amunisianto. Menurutnya, UPH secara konsisten mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam proyek-proyek eksperimental dan kolaboratif yang relevan dengan dinamika industri arsitektur masa kini.
“Kampus memberikan ruang yang luas bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi gagasan desain di luar batasan kurikulum studio. Fasilitas laboratorium, ketersediaan perangkat teknologi, hingga kemitraan eksternal yang strategis menjadi faktor penting dalam keberhasilan proyek ini,” ungkap Gregorius.
Ia berharap Archipelago Odyssey bukan hanya menghadirkan pengalaman spasial yang kuat bagi pengunjung, tetapi juga menjadi inspirasi untuk kolaborasi lintas disiplin dan eksplorasi lanjutan.
“Saya ingin karya ini mendorong mahasiswa untuk terus bereksperimen dan membangun jejaring kreatif lintas bidang, yang pada akhirnya memperkaya wacana arsitektur Indonesia,” tutupnya.
Keikutsertaan mahasiswa dan alumni UPH dalam ARCH:ID 2025 menjadi pengalaman berharga untuk mengasah keterampilan desain dalam konteks nyata, memperluas jejaring profesional, serta menunjukkan kapasitas mereka sebagai arsitek masa depan yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan tantangan industri.
Lebih dari itu, UPH senantiasa mendukung mahasiswa untuk aktif berkontribusi di ranah profesional melalui pendekatan desain yang relevan, inovatif, dan berdampak sosial sekaligus membentuk lulusan yang takut akan Tuhan, unggul, dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.