NEWS & PUBLICATION

UPH Gelar Kuliah Tamu Internasional dengan University of Leeds: Peran Guru dalam Membangun Motivasi Belajar 

26/09/2025 Education

UPH Gelar Kuliah Tamu Internasional dengan University of Leeds: Peran Guru dalam Membangun Motivasi Belajar 

Peran guru tidak berhenti pada penyampaian materi pelajaran. Lebih dari itu, guru memegang peranan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa—baik melalui strategi yang dirancang maupun lewat perilaku spontan yang sering tidak disadari. Pesan inilah yang menjadi inti Kuliah Tamu bertajuk “The Teacher’s Conscious and Unconscious Role in Motivating Learners: Insight from Theory, Research, and Personal Experience” bersama Dr. Martin Lamb, Director of International Education dari University of Leeds. Acara ini digelar pada 16 September 2025 di Gedung B, Universitas Pelita Harapan (UPH) Lippo Village, Karawaci, Tangerang. 

Kuliah tamu ini diikuti oleh dosen dan mahasiswa lintas fakultas, mulai dari Psikologi, Keperawatan, Hukum, Pascasarjana Pendidikan, Ilmu Pendidikan/Teachers College (TC), hingga International Teachers College (ITC). Antusiasme peserta menunjukkan bahwa topik motivasi belajar relevan bagi berbagai bidang studi yang menempatkan guru dan dosen sebagai penggerak utama dalam proses pendidikan. 

Memahami Peran Guru dalam Motivasi Belajar 

Dalam kuliahnya, Dr. Lamb mengajak peserta meninjau lebih dalam bagaimana guru membentuk semangat belajar siswa melalui strategi sadar dan perilaku yang muncul secara alami. Ia membuka refleksi dengan pengalamannya mengajar bahasa Inggris di Indonesia pada era 1980–1990-an.  

“Saya melihat siswa begitu antusias, tapi hasilnya tidak selalu mencerminkan semangat itu. Faktor lingkungan dan bentuk motivasi ternyata sangat menentukan,” ujarnya. 

Pengalaman itu mendorongnya mendalami psikologi pembelajaran. Dari studi ini, Dr. Lamb memahami bahwa peran guru tidak hanya sebatas menyampaikan materi. Guru juga hadir melalui hal-hal alami yang sering luput disadari, seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, intonasi suara, dan suasana hati saat mengajar. Semua elemen ini dapat membangkitkan semangat belajar siswa atau justru melemahkannya. 

Selain kehadiran guru, Dr. Lamb juga menekankan motivasi sebagai kunci keberhasilan belajar. Ia menjelaskan bahwa motivasi terbentuk dari tiga unsur utama, yakni pilihan, usaha, dan ketekunan. Pilihan berarti siswa benar-benar berkomitmen untuk belajar, bukan sekadar hadir di kelas. Usaha mencerminkan kesungguhan mereka dalam berproses, sedangkan ketekunan adalah kemampuan bertahan meski menghadapi kesulitan. 

“Kalau ketiga unsur ini hadir bersama, kemungkinan besar siswa akan berhasil. Tanpa motivasi yang kuat, belajar hanya akan berhenti di tengah jalan,” tegasnya. 

Strategi Sadar dan Dimensi Bawah Sadar 

Memahami pentingnya peran guru dalam membangun motivasi, Dr. Lamb juga membagikan strategi konkret yang dapat diterapkan guru, merujuk pada Ten Commandments for Motivating Language Learners. Prinsip utamanya adalah membuat sesi pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata siswa. Materi yang terhubung dengan pengalaman sehari-hari akan terasa lebih bermakna dan mendorong motivasi belajar. Guru juga perlu menciptakan suasana kelas menyenangkan, memberi arahan jelas, dan menumbuhkan ekspektasi positif bahwa setiap siswa mampu berkembang. 

“Guru perlu menumbuhkan rasa percaya diri, memberi waktu berproses, memuji pencapaian, dan menghindari kritik berlebihan di depan umum. Kritik yang salah tempat bisa langsung mematikan motivasi,” ujarnya. 

Lebih lanjut, Dr. Lamb menegaskan bahwa strategi sadar saja tidak cukup. Ada dimensi bawah sadar yang sering terabaikan, padahal dampaknya besar. Mengutip Daniel Kahneman dalam Thinking, Fast and Slow, ia menjelaskan bahwa sebagian besar interaksi guru digerakkan oleh pikiran cepat, seperti gestur, ekspresi wajah, nada suara, hingga komentar spontan. Semua hal ini mampu membangkitkan atau justru melemahkan motivasi siswa. 

Ia turut menyinggung literatur seperti Before You Know It karya John Bargh dan The Expectation Effect karya David Robson, yang menunjukkan bahwa arah masa depan siswa dapat terbentuk dari pengaruh sadar maupun bawah sadar seorang guru. 

Menutup kuliahnya, Dr. Lamb menekankan bahwa motivasi belajar lahir dari kombinasi keduanya. Strategi pengajaran yang dirancang dengan baik akan semakin efektif jika didukung oleh perilaku spontan, bahasa tubuh, dan atmosfer emosional positif yang dibawa guru ke dalam kelas. Bahkan suasana hati guru atau kondisi ruang belajar—seperti pencahayaan dan kenyamanan, dapat menentukan apakah siswa merasa terinspirasi atau justru kehilangan semangat. 

“Guru perlu menyadari bahwa apa yang mereka lakukan, termasuk hal-hal kecil yang tampak sepele, bisa meninggalkan jejak mendalam dalam pengalaman belajar siswa,” tuturnya. 

Kuliah tamu ini menegaskan bahwa peran guru jauh lebih dari sekadar menyampaikan materi. Kehadiran dan integritas pribadi mereka menjadi kunci menumbuhkan motivasi dan semangat belajar. Pesan ini sejalan dengan komitmen UPH untuk menghadirkan pendidikan berakar pada nilai Kristiani dan berfokus pada pembentukan karakter. Lewat pendidikan holistis ini, UPH mempersiapkan calon guru yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga takut akan Tuhan dan siap memberi dampak nyata bagi siswa, masyarakat, dan bangsa.