NEWS & PUBLICATION

Sulap Akar Jamur Jadi Material Bangunan Ramah Lingkungan, UPH Pamerkan Inovasi Building Blocks di Museum Macan

16/12/2025 Art, Culture, Music & Design, Faculty of Design

Sulap Akar Jamur Jadi Material Bangunan Ramah Lingkungan, UPH Pamerkan Inovasi Building Blocks di Museum Macan

Akar jamur atau miselium selama ini kerap dipandang sebagai limbah alami yang kurang dimanfaatkan. Namun, di tengah krisis lingkungan dan meningkatnya kebutuhan akan material bangunan berkelanjutan, elemen yang kerap diabaikan ini justru menyimpan potensi besar sebagai alternatif konstruksi ramah lingkungan.

Potensi tersebut dihadirkan melalui pameran “B-Blocks: reGROWING, reBUILDING” yang diselenggarakan oleh Program Studi Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH) bekerja sama dengan Mycotech Lab (MYCL), serta didukung oleh DBS Foundation. Pameran ini berlangsung di Museum MACAN pada 9–14 Desember 2025, menampilkan inovasi material bangunan berbasis miselium yang mengedepankan prinsip keberlanjutan dan sirkularitas.

B-Blocks adalah building blocks berbahan komposit miselium atau akar jamur yang diolah bersama limbah industri sebagai perekat alaminya. Material ini bersifat biodegradable, dapat dikompos, dan dirancang dengan sistem sambungan kering, sehingga dapat dibongkar pasang tanpa perekat kimia. Melalui pameran ini, kami ingin menunjukkan bahwa miselium memiliki potensi besar sebagai alternatif material konstruksi yang ramah lingkungan,” jelas Dr. Ir. Susinety Prakoso, MAUD, MLA., Dekan Fakultas Desain UPH.

Pameran ini menampilkan lebih dari 600 unit B-Blocks yang disusun dalam berbagai eksplorasi bentuk dan struktur. Tidak hanya menghadirkan instalasi visual, pameran ini juga membuka ruang dialog publik mengenai peran riset material dan desain dalam menjawab tantangan isu keberlanjutan secara konkret dan aplikatif.

Bagi Susinety, kolaborasi lintas institusi yang berlangsung di Museum MACAN ini patut diapresiasi dan merupakan kebanggaan bagi UPH.

“Kegiatan ini memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menampilkan hasil riset yang berpotensi dikembangkan menjadi produk berdampak. Lebih dari sekadar pameran, ini merupakan praktik kolaborasi dan best practice yang dapat terus dikembangkan. Kami berharap karya mahasiswa tidak hanya membangun kesadaran publik terhadap isu lingkungan, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ungkapnya.

Dukungan terhadap inisiatif ini juga datang dari mitra sektor industri. Mona Monika, Head of Group Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia, menegaskan keselarasan pameran ini dengan fokus DBS Foundation pada isu keberlanjutan.

“DBS Foundation berkomitmen mendukung inisiatif yang memberikan dampak positif bagi lingkungan. Kami mengapresiasi UPH yang mampu menghadirkan inovasi material B-Blocks, sebagai produk yang mengintegrasikan nilai keberlanjutan dan relevan dengan kebutuhan saat ini,” tuturnya.

Dari sisi pengembangan material, Robbi Zidna Ilman, Chief Operating Officer (COO) dan Co-Founder MYCL, menjelaskan B-Blocks adalah hasil dari peran aktif dunia pendidikan.

“Keterlibatan UPH menunjukkan bagaimana dunia pendidikan dapat berperan aktif mendorong adopsi material ramah lingkungan. Kontribusi mahasiswa dan dosen dari UPH membuka peluang inovasi yang relevan bagi industri dan masyarakat. Dalam penggunaannya, B-Blocks bahkan telah digunakan sebagai pohon Natal di kantor DBS pada 2024 dan booth DBS di Indonesia International Sustainability Forum 2025,” jelas Robbi.

Sementara itu, Nin Djani, Curator of Education & Public Programs Museum MACAN, menyampaikan bahwa pameran ini sejalan dengan semangat Olafur Eliasson: Your Curious Journey yang tengah berlangsung, yakni mengajak publik merefleksikan relasi manusia dan lingkungan. Ia juga mengapresiasi kehadiran B-Blocks di Museum MACAN sebagai bentuk kolaborasi lintas disiplin dengan nilai keberlanjutan.

Inovasi B-Blocks dan Pembentukan Pola Pikir Mahasiswa

Ketika miselium—bahan dasar B-Blocks—diolah bersama limbah industri yang berfungsi sebagai perekat alami sekaligus media tumbuh, material ini berkembang dengan mengikat partikel limbah menjadi struktur yang ringan namun kokoh. Setelah masa pakainya berakhir, B-Blocks dapat dikembalikan ke tanah sebagai kompos, menjadikannya solusi berkelanjutan yang dirancang sejak awal hingga akhir siklus hidup material.

Fernisia Richtia Winnerdy, S.Ars., M.A., selaku Ketua Pameran sekaligus dosen Arsitektur UPH menegaskan bahwa proyek ini tidak hanya berfokus pada penciptaan material alternatif, tetapi juga pada pembentukan cara berpikir mahasiswa.

“Melalui B-Blocks, mahasiswa belajar melihat material secara kritis, mulai dari proses tumbuh, pemanfaatan, hingga kembali ke alam. Proses ini membentuk kepekaan ekologis, kemampuan riset keberlanjutan, serta kesiapan mahasiswa untuk menghadirkan dampak dalam inovasi keberlanjutan di masa depan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa proyek yang menjadi ujian akhir mata kuliah ‘Arsitektur dan Eksplorasi Media’ ini melatih mahasiswa untuk berkolaborasi, bereksperimen, dan memahami potensi alternatif bahan baku alam yang ramah lingkungan.

Selain instalasi utama, pameran ini dilengkapi dengan B-Blocks Playground, workshop proses manufaktur, dan diskusi publik yang mengajak pengunjung memahami langsung karakter material, proses pembuatan, serta potensinya dalam desain dan konstruksi berkelanjutan.

Melalui pameran “B-Blocks: reGROWING, reBUILDING”, UPH menegaskan bahwa pendidikan tidak berhenti di ruang kelas, melainkan berkembang melalui praktik nyata yang membentuk karakter dan kepedulian mahasiswa dalam melahirkan solusi bagi tantangan masa depan. Sejalan dengan visinya sebagai institusi pendidikan yang berpusat pada Kristus, UPH terus mempersiapkan lulusan yang takut akan Tuhan, profesional, dan siap berdampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan melalui karya yang memuliakan nama Tuhan.