Perkuat Kompetensi Perawat, Siloam dan Fakultas Keperawatan UPH Gelar Seminar Bertajuk Our Nurses, Our Future.

Masa depan pelayanan kesehatan sangat bergantung pada profesi keperawatan. Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah perawat di Indonesia mencapai 563.739 orang pada 2022. Jumlah itu meningkat 10,3 persen dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 511.191 orang. Bertambahnya jumlah perawat khususnya terjadi sejak pandemi Covid-19, menunjukkan bahwa peran mereka untuk merawat pasien sangat dibutuhkan. Sementara itu, World Health Organization (WHO) juga memproyeksi dunia akan membutuhkan tambahan 9 juta perawat pada tahun 2030.  

Untuk menghasilkan tenaga perawat yang kompeten di masa kini dan akan datang, maka sistem pelayanan kesehatan harus diperkuat agar dapat menjawab tuntutan kesehatan global yang terus meningkat. Melihat hal tersebut, Siloam Training Center (STC) bersama Fakultas Keperawatan/Faculty of Nursing Universitas Pelita Harapan (FoN UPH) menggelar konferensi bertajuk “International Nurses Day Conference 2023: Our Nurses, Our Future” pada Kamis, 25 Mei 2023.  Acara ini diadakan bertepatan dengan  Hari Perawat Internasional yang diperingati pada tanggal 12 Mei setiap tahunnya. 

Seminar yang dilaksanakan secara luring dan daring ini dihadiri oleh berbagai peserta, termasuk perawat, dosen, praktisi keperawatan, manajemen keperawatan rumah sakit, serta mahasiswa keperawatan. Dalam sambutannya, Caroline Riady, Managing Director Siloam Hospitals Group, mengatakan bahwa kebutuhan akan perawat di masa depan akan semakin mendesak karena beberapa faktor, seperti peningkatan jumlah penyakit, pertambahan jumlah lansia, dan ketidakseimbangan antara jumlah perawat dan pasien.  

Caroline menyampaikan, ada empat modal yang diperlukan bagi perawat di masa depan. Pertama, perawat harus setia pada panggilan dan mandat untuk merawat yang sakit dan lemah. Dalam hal ini, Caroline menekankan memiliki sikap empati. Kedua, perawat harus dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat. Hal ini tercermin dalam upaya Siloam yang mengadakan seminar, kompetisi, dan penelitian setiap tahunnya untuk meningkatkan kapasitas perawat di Indonesia.  

Kriteria ketiga adalah komitmen tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik dan terus meningkatkan diri untuk kebaikan pasien. Terakhir, perawat harus menjadi advokat bagi pasien, serta menjadi pemimpin yang diakui dalam profesi dan industri lainnya.  

“Perawat adalah profesi yang tidak mudah dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Semoga seminar ini bermanfaat bagi teman-teman perawat, menjadi pengingat untuk setia terhadap panggilan dan mandat, memperkuat keterampilan, meningkatkan komitmen terhadap excellence dan continuous improvement, serta mengembangkan kemampuan kepemimpinan,” kata Caroline. 

Dalam kesempatan yang sama, Ikhwan, SKM., M.Kes., selaku Bendahara Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPW PPNI) Provinsi Banten, mengatakan bahwa perawat akan menjadi profesi yang bergengsi di masa depan. Oleh karena itu, perawat harus mampu menghadapi tantangan, baik dalam konteks globalisasi maupun digitalisasi.  

“Tantangan globalisasi saat ini adalah bahwa perawat Indonesia harus dapat bersaing dengan perawat-perawat yang ada di luar negeri. Selain itu, ada juga tantangan dari sisi digitalisasi, di mana sebagian besar pekerjaan kelak akan digantikan oleh mesin. Tantangan-tantangan ini harus kita hadapi dan antisipasi,” kata Ikhwan. 

Seminar ini terdiri dari tiga sesi yang melibatkan sejumlah pembicara, baik dari kalangan perawat, dosen, praktisi keperawatan, maupun manajemen keperawatan rumah sakit. Pada sesi pertama dengan tema “Nursing Leadership and Future of Nurses”, Dr. Julie McCaughan, RN., M.M., M.B.A., selaku Director Quality and Nursing of Siloam Hospitals Group dan Christine L. Sommers Ph.D., RN, CNE selaku Wakil Rektor Bidang Akademik UPH sekaligus Dekan Eksekutif FoN UPH, membagikan materi tentang peran perawat dalam meningkatkan kesehatan pasien. 

Dalam paparannya yang berjudul “Growing our Nurse Leaders of the Future: Requires Art & Science”, Dr. Julie menjelaskan pentingnya mengembangkan jiwa kepemimpinan perawat di masa depan. Untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan, diperlukan perawat yang terampil di bidangnya, berpikiran terbuka, mampu menemukan solusi untuk memecahkan masalah, serta memiliki kemauan untuk terus belajar.  

Menurut Dr. Julie, seorang perawat juga perlu memahami dan mendidik pasien agar dapat memberikan dampak positif dalam kehidupan mereka. Terkait seni dalam keperawatan, hal yang dimaksud ialah sentuhan manusia berupa kasih sayang, sikap pengertian, dan komunikasi. 

“Semua perawat adalah pemimpin, terlepas dari posisi kita di dalam pekerjaan. Mari kita terus mengembangkan jiwa kepemimpinan melalui segala yang kita lakukan dan di mana pun berada, demi kebaikan pasien,” kata Dr. Julie. 

Dalam paparannya yang berjudul “Nursing Leadership and Healthy Workplace”, Christine Sommers mengungkapkan bahwa perawat yang mampu menghadapi tantangan di masa depan sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga tenaga perawat yang sudah ada dan menarik minat individu untuk menjadi perawat dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi mereka.  

Ia menjelaskan bahwa laporan yang diterbitkan oleh American Association of Critical-Care Nurses (AACN) pada tahun 2005 menyatakan bahwa lingkungan kerja yang sehat dapat meningkatkan perawatan terhadap pasien. Upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi perawat dapat dimulai dari diri sendiri dengan cara mempraktikkan self-care, menjaga kesehatan dan pola makan, berolahraga, mempromosikan lingkungan kerja yang sehat, serta menjadi penyemangat dan saling mendukung antar sesama perawat.  

“Untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat adalah perjalanan yang berkelanjutan dan harus terus diupayakan. Lingkungan kerja yang sehat sangat penting bagi perawat untuk memberikan kontribusi optimal dan meraih kepuasan dalam pekerjaan mereka. Ini juga merupakan bagian dari upaya untuk memberikan perawatan pasien yang optimal dan unggul,” kata Christine Sommers. 

Christine juga menilai bahwa dalam 10 tahun ke depan, profesi perawat akan semakin menarik dan tetap dibutuhkan. Meskipun teknologi kecerdasan buatan (AI) diproyeksi akan menggantikan peran manusia, Christine berpendapat bahwa hal itu tidak berlaku dalam bidang keperawatan. “Teknologi akan membantu kita, tetapi apakah akan menggantikan kita? Seharusnya tidak. Karena peran perawat dibutuhkan untuk mengolah data dan informasi agar bermanfaat bagi pasien,” tutur Christine. 

Selain membahas tentang kepemimpinan dan masa depan keperawatan, seminar ini juga mengulas tentang profesionalisme perawat dalam sesi yang kedua dengan tema “Building Nurses Capability and Professionalism”. Sementara pada sesi yang ketiga dengan tema “On Becoming Respected and Valued Nurses” membahas mengenai bagaimana cara menjadi perawat yang dihormati. 

Tentang Fakultas Keperawatan (FoN) UPH 

FoN UPH telah melahirkan lebih dari 1.500 alumni yang bekerja di berbagai tatanan pelayanan di Indonesia. Lulusan FoN juga sudah ada yang bekerja di Singapura dan Jerman. Saat ini, juga ada beberapa alumni yang sedang berproses untuk bekerja di Australia, Jepang, Singapura dan Jerman. Kini, ada 1.300 mahasiswa aktif FoN UPH yang sedang menempuh pendidikan. UPH berkomitmen menciptakan lulusan perawat yang handal dalam keterampilan, memiliki karakter ilahi yang berorientasi terhadap pelayanan, dan menjadi perawat yang proaktif untuk menolong sesama. Mari bergabung bersama FoN UPH! Untuk informasi selengkapnya, kamu bisa menghubungi Student Consultant di nomor 0811-1709-901 atau klik di sini.