Karya Mahasiswa Arsitektur UPH Tawarkan Solusi Perancangan Era 4.0.

Berkembangnya revolusi industri 4.0 membuat banyak terjadinya perubahan dalam berbagai hal tak terkecuali dalam desain arsitektur. Tidak hanya kekokohan bangunan saja yang diperhitungkan, konsep hingga desainnya pun turut menjadi bahan pertimbangan agar sesuai dengan karateristik masyarakat zaman ini.

Program Studi Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH) menyikapi kondisi tersebut dengan mengajak para mahasiswanya untuk bersikap proaktif dalam mengatasi persoalan yang ada di masyarakat. Sebagai calon arsitek handal di masa mendatang, mahasiswa UPH tidak lagi dituntut untuk memahami konsep dan teori, tetapi terjun langsung ke lapangan dan memberikan solusi perancangan yang menjawab kebutuhan masyarakat era kini.

Setelah dibekali mata kuliah wajib 4 tingkat proses studi Prodi Arsitektur, yaitu Studio Dasar, Studio Desain Arsitektur 1, Studio Desain Arsitektur 3, dan Studio Desain Arsitektur 5, maka untuk penilaian mahasiswa diminta membuat karya perancangan dengan tema yang ditentukan dosen, sebagai tugas akhir (TA). Hasilnya, sekitar 200 karya TA Mahasiswa Arsitektur dari berbagai angkatan dipamerkan dan direview langsung oleh para dosen dan 20 arsitek profesional, pada 3-6 Desember 2019 di Gedung B lantai 4 UPH Kampus Lippo Village.

Diantara karya yang dipamerkan terdapat hasil karya Stephanie Sutikno (2016) dan Bobby Wijaya (2018). Melalui hasil karyanya, mereka mampu menjawab permasalahan yang tengah dihadapi masyakarat di era 4.0.

Stephanie mengambil studi kasus kota tertinggal Songjeong-dong di Korea Selatan. Sedangkan Bobby, mengambil studi kasus perancangan untuk single family era milenial di kawasan perumahan Gading Serpong, Tangerang.

Konsep perancangan yang dihasilkan Stephanie untuk kota tertinggal ini adalah integrasi atau konektivitas dari satu tempat ke tempat yang lain.

“Penduduk yang tinggal di kota ini sebagian besar berusia lanjut dan bangunannya juga sudah tua, sehingga banyak anak muda yang tidak ingin tinggal disini. Jadi, saya melakukan urban regeneration project. Disini saya membuat tiga proposal, pertama adalah urban farming karena penduduk setempat menyukai menjual buah dan sayuran dari kebun sendiri. Kedua adalah textile museum karena dulunya area ini merupakan industri tekstil, dan pedestrian walk,” tutur Stephanie.

Konsep dituangkan dalam tiga proposal untuk public spaces yang masing-masing memiliki poin penting yaitu integrated with surroundings, promote locality, dan sustainability. Dia juga berharap agar perancangan yang ia buat ini mampu menjadikan kota Songjeong-dong hidup kembali, sekaligus memberikan jawaban dari permasalahan yang ada.

Lain halnya dengan Bobby Wijaya yang memiliki fokus untuk menjawab permasalahan yang dihadapi single family pada era milenial ini. Riset yang dia lakukan menunjukkan bahwa adanya dinding di dalam rumah dapat menjadi penghalang bagi anggota keluarga untuk berinteraksi.

“Seperti yang diketahui, generasi Z sudah sangat dekat dengan teknologi. Hal ini membuat mereka menjadi mandiri, sekaligus individualitis. Berdasarkan hasil riset saya, ternyata adanya dinding dalam rumah menjadi salah satu faktor pendukung munculnya sifat individualistis ini. Maka dari itu, saya mencoba untuk merancang desain rumah yang memungkinkan satu ruangan dapat terlihat dari ruangan lainnya. Jadi, lebih mudah diakses dan memungkinkan anggota keluarga untuk lebih intens berinteraksi,” jelas Bobby.

Seluruh hasil karya mahasiswa ini dibimbing dan didukung penuh oleh para dosen. Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah adanya kerja sama Arsitektur UPH dengan Soongsil University, Korea Selatan. Para mahasiswa Arsitektur UPH mengunjungi langsung dan diajak menciptakan desain untuk menjawab permalahan kota-kota tertinggal di Korea Selatan.

Dukungan juga didapatkan mahasiswa melalui networking UPH dengan para arsitek professional. Mereka hadir di pameran dan mereview setiap karya mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa semakin diperkaya secara akdemik, wawasan dan juga networking di bidangnya.


baca juga:

Arsitektur: Info Kuliah, Prospek Kerja, hingga Profil Alumninya