Kreatif dan Inovatif, Dua Dosen UPH Jadi Pemenang Kompetisi Karya Inovasi Video Pembelajaran 2023 dari Kemendikbudristek.

Universitas Pelita Harapan (UPH) terus menorehkan prestasi luar biasa, yang turut dibuktikan oleh dua dosennya. Wiputra Cendana, B.Sc., M.Pd., dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan Susi Hartanto, S.SN., M.M., Wakil Kepala Program Studi (Wakaprodi) Desain Produk, berhasil meraih penghargaan dalam Kompetisi Karya Inovasi Video Pembelajaran (K2IVP) tahun 2023. Atas prestasi ini, mereka masing-masing mendapatkan insentif senilai Rp 4.750.000 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek). 

K2IVP merupakan program Kemendikbudristek yang digagas oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa) bersama Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti). Tujuan program ini adalah mendorong para dosen untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam mengembangkan materi pembelajaran. Selain itu, kompetisi ini juga sebagai bentuk apresiasi terhadap para dosen yang berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi dengan mengembangkan materi pembelajaran dalam bentuk video.  

Video yang dikompetisikan terdiri dari delapan kategori, termasuk video presentasi, storytelling, talk show/podcast, animasi/motion grafis/explainer, tutorial/demonstrasi, simulasi, video pendek, dan video dokumenter. Setelah melewati berbagai tahapan mulai dari sosialisasi kompetisi hingga seleksi video sejak Juli 2023, pada 9 Oktober 2023, Kemendikbudristek menetapkan 50 dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia sebagai pemenang, termasuk Wiputra dan Susi. 

Wiputra Cendana – Video Dokumenter “Sejarah Komputer” 

Video dokumenter yang dibuat oleh Wiputra menceritakan perkembangan komputer dari masa lampau hingga saat ini. Ia mengulasnya dalam serangkaian cerita, mencakup penemuan komputer, perkembangannya dari waktu ke waktu, fungsinya, penggunaannya, dan bentuk-bentuk komputer tersebut. 

Wiputra menjelaskan bahwa video dokumenter ini bermula dari keinginannya untuk mempertahankan warisan dan sejarah perkembangan teknologi. Baginya, pemahaman sejarah komputer adalah kunci untuk memahami dunia teknologi saat ini. Melalui video tersebut, Wiputra juga ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai inovasi dan kolaborasi dalam perkembangan teknologi. 

Dalam membuat video ini, Wiputra menghadapi beberapa tantangan, seperti mengumpulkan informasi yang akurat tentang sumber daya dan sejarah komputer, memastikan cerita dan presentasi video agar mengalir dengan baik dan menarik untuk disaksikan, hingga proses pengeditan dan penulisan naskah yang memakan banyak waktu dan tenaga. Namun, tantangan-tantangan ini  justru memotivasinya untuk memberikan karya terbaik. 

Wiputra merasa bangga dan bersyukur atas prestasi yang ia raih. Ia mengungkapkan bahwa memenangkan kompetisi tersebut sebagai wujud ingin terlibat dalam program pemerintah. Pencapaian ini, kata Wiputra, juga menjadi motivasi besar baginya untuk terus berkreasi dan berinovasi. 

“Saya berharap prestasi ini dapat menginspirasi orang lain untuk menekuni minat dan bakat mereka serta berbagi ilmu. Saya juga ingin menjadikan karya ini menjadi alat pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah komputer, kita dapat menciptakan generasi muda yang lebih terdidik dan inovatif. Rencana selanjutnya, saya akan terus memproduksi konten pendidikan dan memulai proyek baru yang dapat memberikan kontribusi lebih signifikan kepada komunitas teknologi dan pendidikan,” ucapnya. 

Susi Hartanto – Video Tutorial/Demonstrasi “Scale 1:6 Bentwood Dining Chairs (Black & Natural Finish) 

Melalui video tutorial/demonstrasi, Susi mempraktikkan cara membuat kursi makan (dining chairs) berukuran kecil dengan skala 1:6. Kursi makan tersebut dibuat dengan memanfaatkan material kayu yang disebut bentwood, yaitu material berbahan kayu veneer yang disusun layaknya seperti kue lapis. Veneer sendiri merupakan lembaran kayu yang dibuat dari kayu gelondongan (kayu utuh yang baru ditebang dari pohon) dengan ketebalan mulai dari 0.24 mm sampai 3 mm. Umumnya, veneer digunakan untuk material finishing, baik sebagai bahan baku pembuatan mebel, maupun pelapis interior rumah atau furnitur. 

Susi menjelaskan bahwa bentwood adalah pilihan yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, dan efisien dalam penggunaan bahan dibandingkan dengan penggunaan kayu solid atau alami yang berasal dari potongan pohon. Pembuatan mebel dari kayu solid memerlukan lebih banyak part, sambungan, dan perangkat keras, dan menghasilkan lebih banyak limbah sisa potongan dan serbuk kayu. 

“Pembuatan mini scale model 1:6 ini selalu dipraktikkan dalam pembelajaran desain. Saya membuat video tutorial ini karena furnitur dengan desain bentwood belum banyak diterapkan di Indonesia. Bentwood adalah opsi yang lebih sustainable jika dibandingkan dengan solid wood. Melalui step by step video tutorial ini, saya juga berharap dapat membantu mahasiswa mendapatkan wawasan yang lebih luas dan mereka mampu belajar secara mandiri,” kata Susi.  

Mengembangkan metode pembelajaran dalam bentuk video ini tidak hanya dilakukan untuk kompetisi, melainkan juga menjadi salah satu modul pengajaran, yaitu Multi-Fleksibel (M-Flex) Learning yang juga diterapkan di UPH. Penggunaan M-Flex yang difasilitasi oleh dosen-dosen kompeten dengan menggunakan materi berkualitas berupa video ini, memberikan fleksibilitas bagi mahasiswa dan relevan dengan kebutuhan masa kini. 

Prestasi Wiputra dan Susi menjadi salah satu bukti bahwa UPH berkomitmen mendorong para pendidiknya untuk mengasah keterampilan melalui partisipasi dalam berbagai kompetisi. Dengan pengalaman dan kompetensi yang dimiliki para dosen, UPH memastikan para mahasiswa mendapatkan pendidikan unggul dan siap mentransformasi para mahasiswa menjadi pemimpin masa depan yang berdampak positif. Mari bergabung bersama UPH dan daftar di sini. Informasi lebih lanjut hubungi Student Consultants di 0811-1709-901.