Ristiana Eteng: Buka Lapangan Pekerjaan Dengan Bangun Bisnis Es Krim Legato Gelato.

“Saya menjalankan bisnis ini dengan harapan bisa membuka lapangan pekerjaan untuk menghidupi orang-orang di sekitar. Saya juga ingin brand ini dikenal sebagai autentik gelato yang lebih sehat dibandingkan dengan es krim lainnya melalui produk yang dihadirkan,” ungkap Ristiana Eteng, S.Kom., CEO & Founder Legato Gelato yang merupakan alumni Program Studi (Prodi) Teknik Informatika Universitas Pelita Harapan (UPH) angkatan 2010. 

Ristiana Eteng memilih meninggalkan karier profesionalnya dan fokus membangun bisnis sendiri. Sebelumnya, ia pernah bekerja sebagai pekerja lepas (freelance) fotografer, desainer, dan web developer pada 2015-2018. Bisnis es krim Gelato yang dibangun Ristiana bermula saat dia dan suaminya pergi ke Belanda pada 2016. Saat itu, sang suami yang berprofesi sebagai seorang musisi diundang untuk tampil di Kedutaan Besar Belanda. 

Setelah dari Belanda, mereka menyempatkan diri untuk berkunjung ke Italia. Selama berwisata, Ristiana dan suami banyak menemui toko es krim gelato. Dari sanalah, inspirasi keduanya untuk membangun bisnis es krim gelato muncul. Setelah mempelajari lebih dalam ilmu terkait gelato serta melakukan riset dan pengembangan produk, Ristiana mendirikan Legato Gelato pada 2017. 

“Pada 2016 itu lagi booming banget semua orang buka coffee shop, sedangkan kami ingin membuka bisnis yang berbeda dan kondisi pasarnya tidak terlalu ramai. Tahun 2016 itu belum banyak gelato di Indonesia, sehingga pada tahun itu kami brainstorming dan pada 2017 kami membuka outlet pertama di Gading Serpong, Tangerang. Menurut saya,ini adalah bisnis yang lahir berdasarkan experience,” kata Ristiana. 

Nama Legato Gelato terinspirasi dari dua hal, yaitu legato, di mana dalam pertunjukan musik menunjukkan not-not musik dimainkan dengan lancar atau saling terhubung. Sementara gelato adalah es krim khas dari negara Italia. Kedua hal ini memiliki makna yang berarti ingin membuat orang-orang saling terhubung atau connecting dengan es krim gelato. Legato Gelato juga memiliki slogan atau tagline, yaitu Better than Therapy.  

Saat ini, Legato Gelato sudah memiliki empat outlet yang berada di kawasan Tangerang dan Jakarta. Legato Gelato juga menghadirkan lebih dari 100 varian rasa bahkan unik, seperti rasa nasi uduk, es teler, hingga tolak angin. Tidak hanya itu, Legato Gelato juga memiliki varian vegan ice cream untuk konsumen yang ingin tetap menjaga kesehatan ketika mengonsumsi gelato.  

Dalam membangun bisnis di bidang Food and Beverage (F&B) tersebut, Ristiana juga menghadapi sejumlah tantangan. Mulai dari munculnya banyak kompetitor, meningkatkan pendapatan dan jangkauan bisnis, hingga mempertahankan keberlanjutan bisnis. Untuk mengatasi tantangan itu, Ristiana berinovasi dengan menghadirkan varian rasa gelato yang beragam, mengikuti perkembangan zaman, dan mengatur manajemen keuangan yang baik. 

Untuk terus meningkatkan jangkauan dan pendapatan bisnisnya, Ristiana juga mendirikan lini bisnis lainnya, mulai dari mainan untuk anak-anak (Malo Toys), pelindung sepatu (Sole Galore), dan playground atau taman bermain anak-anak (Tamtem). Ristiana mengaku bahwa membangun bisnis tidaklah mudah. Ia mengatakan, “Membuka bisnis itu susah. Kamu akan memikirkan bisnis tersebut 24/7 atau sepanjang waktu. Kamu pasti akan terus berpikir gimana caranya bisnis bisa berkembang, apalagi yang harus dilakukan, sampai bagaimana caranya mengatur perputaran uang. Jadi kalau mau memulai bisnis, kalian harus siapkan mental dan gigih. Kalian harus mengerahkan waktu, tenaga, dan uang ke dalam bisnis itu.” 

Nilai integritas dari UPH 

Terkait alasan memilih UPH sebagai tempat menempuh pendidikan, Ristiana menilai UPH merupakan salah satu kampus yang terbaik.  Sebelum memilih Teknik Informatika, pada 2009 Ristiana sempat berkuliah di Prodi Ilmu Komunikasi UPH. Ia menyampaikan, salah satu mata kuliah yang paling berkesan dan berdampak bagi kemampuan dirinya ialah fotografi. Ilmu tersebut, kata Ristiana, juga berguna untuk membangun bisnis, di mana ia mampu membuat konten-konten berupa foto. 

Namun di tengah masa pendidikannya, Ristiana menemukan ketertarikan lain di prodi Teknik Informatika. Di prodi tersebut, ia belajar banyak hal seperti membuat website dan menganalisis data. Ristiana juga memandang bahwa Teknik Informatika UPH memiliki fasilitas yang memadai serta pergaulan dan komunitas yang memegang nilai-nilai positif. 

“Kalau sudah berkecimpung di bisnis, yang paling penting diperhatikan adalah data. Pengetahuan analisis data yang aku dapatkan selama kuliah itu sangat penting dan berguna. Pengalaman berkesan lainnya saat saya terlibat dalam kepanitiaan, di mana kita bisa berjejaring dengan mahasiswa lainnya. Membangun koneksi ketika waktu kuliah itu penting karena mereka bisa menjadi teman, bahkan menjadi rekan bisnis,” ucap Ristiana. 

Selain wawasan, salah satu nilai yang didapatkan dari UPH dan terus dipegang oleh Ristiana sampai saat ini adalah integritas. Ia menuturkan, “Integrity is very important for me. Contohnya, banyak orang yang buka franchise di mana-mana, padahal bisnisnya belum stabil. Saya tidak mau seperti itu karena merugikan orang lain. Jadi, kalau berbisnis jangan mau untung sendiri.” 

Ristiana Eteng menjadi contoh nyata bahwa bisnis dapat diwujudkan dengan kerja keras dan kegigihan. Dengan semangat mempelajari hal baru dan ditempa dengan pendidikan yang berkualitas di UPH, Ristiana membuktikan mampu membawa dampak positif dan menjadi pemimpin masa depan yang unggul. 

Tentang Program Studi Teknik Informatika UPH 

Industri teknologi informasi sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam masyarakat modern dan memainkan peranan sangat penting dalam membentuk masa depan. Program Teknik Informatika UPH menawarkan kurikulum yang komprehensif dengan bidang utama pemrograman, basis data, dan pengembangan peranti lunak. Dengan bidang peminatan Pengembangan Game, Informatika Medis, Rekayasa Perangkat Lunak, dan Ilmu Data Komputasi, mahasiswa/i Teknik Informatika UPH akan didorong untuk terus mengikuti kemajuan teknologi.