NEWS & PUBLICATION

Desain Interior UPH Ciptakan Solusi Atasi Sampah lewat PkM ‘Festival Ambreg’ 

12/12/2025 Art, Culture, Music & Design

Desain Interior UPH Ciptakan Solusi Atasi Sampah lewat PkM ‘Festival Ambreg’ 

Persoalan sampah masih menjadi krisis lingkungan terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada 2023, Indonesia menghasilkan 56,63 juta ton sampah, namun hanya 39,01% yang dikelola dengan layak. Di Tangerang Selatan, permasalahan ini terlihat nyata dampaknya, di mana banyaknya tumpukan sampah rumah tangga, minimnya fasilitas pengolahan, hingga maraknya pembakaran terbuka yang mencemari udara. 

Menjawab situasi ini, Program Studi (Prodi) Desain Interior Fakultas Desain Universitas Pelita Harapan (UPH) menggelar Festival Ambreg 2025 sebagai gerakan pemberdayaan warga berbasis desain berkelanjutan. Sejak Agustus hingga puncaknya pada 29 November 2025, festival yang dilaksanakan di Kelurahan Pondok Pucung ini mengajak warga memanfaatkan sampah sebagai sumber daya kreativitas, bukan sekadar limbah. Inisiatif ini merupakan implementasi hibah Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) senilai Rp 38.760.000. 

Kolaborasi Kampus dan Masyarakat yang Berdampak 

Festival Ambreg 2025 lahir dari kolaborasi antara Desain Interior UPH dan komunitas Pondok Pucung, yakni Green Camp sebagai Karang Taruna setempat, Bank Sampah Mawar yang digerakkan oleh komunitas ibu-ibu pengelola sampah rumah tangga, serta Tim PkM UPH. Seluruh rangkaian program ini digerakkan melalui pendekatan Design as Generator (DAG) yang dikembangkan oleh Dr. Martin L. Katoppo, S.T., M.T., Dosen UPH sekaligus Ketua Acara. Kolaborasi ini membangun ekosistem pembelajaran berkelanjutan yang menumbuhkan kemandirian, kreativitas, dan kesadaran lingkungan warga, sekaligus menghadirkan dampak nyata yang bertahan lama.. 

“Festival Ambreg merupakan gerakan yang sudah berlangsung lebih dari 10 tahun. Upaya ini mendorong warga untuk semakin peduli dan terlibat langsung dalam pengelolaan sampah. Kami bangga melihat kampung Pondok Pucung yang setiap tahun semakin kreatif dan bersih. Ke depan, kami berharap model kolaborasi ini dapat menginspirasi kampung-kampung lain di Tangerang Selatan,” ujar Martin. 

Dari Pengolahan Sampah hingga Inovasi Teknologi 

Sejak awal Agustus, para anggota Bank Sampah Mawar rutin melakukan penimbangan dan pemilahan sampah, hingga berhasil mengumpulkan lebih dari satu ton sampah rumah tangga. Sampah tersebut tidak hanya dipilah, tetapi juga diolah melalui pelatihan bersama mahasiswa dan dosen Desain Interior UPH. Dalam sesi produksi kreatif, warga belajar mengubah plastik dan kertas menjadi kotak penyimpanan, tas, gantungan kunci, dompet, dan berbagai kerajinan fungsional yang bernilai guna. 

Sementara itu, pemuda Green Camp mengembangkan inovasi teknologi sederhana melalui pembuatan jet stove sebagai alat pembakar sampah mini dengan asap sangat minim. Teknologi ini mampu menjadi solusi untuk mengurangi praktik pembakaran sampah terbuka yang selama ini mencemari udara.  

Selain menghadirkan kegiatan tersebut, Festival Ambreg juga menghadirkan lomba layang-layang yang dibuat dari bahan dasar sampah, festival kuliner dan kopi lokal, serta pameran perjalanan Ambreg sejak gagasan awal pada 2015 hingga berdirinya Bank Sampah Mawar pada 2024. 

Kolaborasi bersama Warga dan untuk Warga 

Antusiasme warga terlihat sepanjang rangkaian festival. Abdul Rosyid, Ketua Karang Taruna sekaligus Pembina Green Camp, menyampaikan bahwa Festival Ambreg selalu menjadi ruang yang menyatukan warga. Menurutnya, dari tahun ke tahun kegiatan ini terus berkembang, baik dari sisi kreativitas maupun dampaknya bagi kampung.  

“Ambreg bukan sekadar acara seru-seruan. Ini ruang belajar bersama. Warga bisa ikut workshop, melihat hasil karya, dan merasakan manfaatnya langsung. Harapannya, kegiatan seperti ini terus berlanjut, tidak berhenti hanya saat festival,” ujarnya. 

Siti Haroh, Ketua RT 005, menambahkan bahwa festival ini telah mendorong perubahan perilaku yang lebih luas. Terutama di kalangan ibu-ibu yang kini semakin konsisten memilah dan memanfaatkan sampah menjadi produk bernilai. 

“Ibu-ibu bangga karena sampah di rumah akhirnya punya nilai. Jika semakin banyak warga terlibat, kampung ini pasti akan semakin bersih dan sehat,” tambah Siti. 

Bagi mahasiswa UPH, terlibat langsung dalam Festival Ambreg memberi pengalaman  berharga. Mereka tidak hanya menerapkan teori, tetapi benar-benar melihat bagaimana desain dapat membentuk solusi yang relevan, humanis, dan berdampak bagi masyarakat. 

“Ikut terlibat di Festival Ambreg membuat kami benar-benar melihat bagaimana desain bisa menjawab kebutuhan masyarakat. Pengalaman ini memperkaya cara kami memikirkan desain yang lebih peka dan humanis. Harapannya, apa yang kami pelajari dan kerjakan di sini bisa terus memberi dampak bagi warga Pondok Pucung,” ujar Kathleen Florencia, mahasiswi Prodi Desain Interior angkatan 2023. 

Festival Ambreg 2025 menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat dan perubahan kesadaran kolektif dapat dimulai dari langkah-langkah sederhana yang dilakukan secara konsisten. Melalui kegiatan pengolahan sampah, inovasi teknologi, dan pembelajaran desain yang responsif terhadap kebutuhan warga, festival ini tidak hanya menghadirkan solusi nyata, tetapi juga membentuk karakter mahasiswa UPH agar siap menjadi lulusan yang takut akan Tuhan, profesional, dan berdampak bagi masyarakat.