NEWS & PUBLICATION

Petrus Yacobus Topo: Membuat Biodiesel dengan Kacang-Kacangan, Kacang Kedelai dan Bunga Matahari

16/07/2009 Uncategorized

Petrus Yacobus Topo: Membuat Biodiesel dengan Kacang-Kacangan, Kacang Kedelai dan Bunga Matahari

Ketua Jurusan Fisika Universitas Pelita Harapan, Petrus Yacobus Topo Suprihadi, telah membuktikan bahwa minyak yang dibuat dari kacang-kacangan, kacang kedelai, dan bunga matahari dapat digunakan sebagai bahan untuk biodiesel.

Ketua Jurusan Fisika Universitas Pelita Harapan, Petrus Yacobus Topo Suprihadi, telah membuktikan bahwa minyak yang dibuat dari kacang-kacangan, kacang kedelai, dan bunga matahari dapat digunakan sebagai bahan untuk biodiesel.

Petrus Yacobus Topo, menjelaskan inovasinya di biodiesel.

Tampaknya tidak hanya minyak sawit yang bisa digunakan untuk membuat biodiesel. Ketua Jurusan Fisika Universitas Pelita Harapan, Petrus Yacobus Topo Suprihadi, telah membuktikan bahwa minyak yang dibuat dari kacang-kacangan, kacang kedelai, dan bunga matahari dapat digunakan sebagai bahan untuk biodiesel.

Topo menyatakan menggunakan tanaman ini sebagai bahan untuk membuat bensin lebih efektif daripada menggunakan minyak sawit. Minyak sawit memerlukan setidaknya empat tahun untuk menghasilkan buah yang akan digunakan sebagai bahan biodiesel sementara ketiga tanaman yang digunakan oleh Topo hanya memerlukan tiga bulan. Ketiga tanaman ini juga merupakan tanaman tumpangsari di mana tidak diperlukan area khusus untuk menumbuhkan tanaman ini.

?Dari segi ekonomi, kesehatan dan ancaman ketersediaan pangan, menggunakan tanaman ini tidak akan mempengaruhi persediaan konsumsi masyarakat secara negatif karena tanaman ini masih tersedia banyak. Kita tidak memerlukan tanaman berkualitas tinggi tapi hanya produk buangan yang tidak digunakan untuk konsumsi. Karena yang diperlukan hanya minyak dari dalam tanaman tersebut dan juga tanaman ini bisa dikembangkan di rumah dan taman kita atau dengan tanaman lain dengan menggunakan sistem tumpangsari,? kata Topo.

Dari segi kesehatan, sudah dibuktikan ketika 90 persen biodiesel menggunakan kacang dan dicampur dengan 10 persen diesel, jumlah CO2 yang diproduksi 80 persen lebih sedikit daripada hasil 100 persen dari produksi diesel.

Dalam proses pembuatan biodiesel, Topo juga memperkenalkan teknik pembuatan biodiesel lebih cepat dengan menggunakan frekuensi ultrasonik dan metode transesterifikasi ganda. Frekuensi tersebut dapat menghasilkan gelombang kejut dan membetuk spesies radikal yang bisa mempercepat reaksi kimiawi sehingga dapat menghasilkan bensin lebih cepat.

?Melalui ultrasonik, proses produksi biodiesel bisa dipercepat 20 sampai 30 kali lipat dari produksi biasa. Produksi bensin ini juga memenuhi standar persyaratan nasional untuk biofuel di Indonesia,? kata Topo.

Topo telah melakukan percobaan, menggunakan biofuel alternatif yang terbuat dari kacang untuk digunakan di tiga mobil. Ia menggunakan hampir 300 liter biodiesel dan tidak ada perubahan negatif di mesin mobil. Ia memperkiran masyarakat dapat menggunakan biodiesel bila ada produksi massal untuk bahannya. Topo juga menjelaskan sebelum biodiesel tersedia untuk digunakan, metode transesterifikasi ganda harus memiliki ijin Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) terlebih dahulu.

?Masalahnya adalah minyak yang diproduksi dari kacang-kacangan, kacang kedelai serta bunga matahari tidak bisa didapat dari produksi massal, karena itu harganya sangat tinggi. Bila minyak kacang tersedia dalam jumlah yang besar, saya memperkirakan harga tertinggi untuk biodiesel ini sekitar 5000 sampai 7000 rupiah per liternya,? kata Topo.

Memproduksi biodiesel yang terbuat dari tanaman ini tampaknya hanya membutuhkan teknologi sederhana, kata Topo. Karena itu, masyarakat dapat menggunakannya dengan mudah. ?Saya berharap inovasi ini dapat digunakan untuk masyarakat agar dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan membantu memulihkan krisis ekonomi di negara ini,? kata Topo. Ide ini bisa merealisasikan konsep ?desa energi mandiri?.

Topo, bersama dengan peneliti UPH dan partner institusi seperti BATAN, akan mengembangkan teknologi frekuensi ultrasonik yang disederhanakan untuk masyarakt sehingga tidak harus selalu bergantung kepada perusahaan asing untuk membuat biofuel.

?Kita harus menciptakan teknologi di mana masyarakt bisa denga mudah mengerti dan membelinya. Kita ingin membantu masyarakat, bukan menipu mereka,? kata Topo.

Ia juga menambahkan untuk memastikan keefektifan biofuel ini, sekitar dua atau tiga tahun diperlukan untuk melihat dampaknya pada mesin mobil.