NEWS & PUBLICATION

Budaya sebagai Kajian Penelitian Psikologi

09/04/2010 Uncategorized

Budaya sebagai Kajian Penelitian Psikologi

facilities_gallery

Ilmu psikologi memiliki banyak cabang yang dapat dipelajari, salah satunya adalah psikologi antar budaya.

Ilmu psikologi memiliki banyak cabang yang dapat dipelajari, salah satunya adalah psikologi antar budaya. Penelitian pada bidang ini telah seringkali dilakukan karena ia dapat berkaitan dengan berbagai cabang psikologi lainnya. Atas dasar ini lah, Psychology Village: BATIC (Being Aware To Indonesian Culture) menyelenggarakan Call for Papers, sebuah ajang untuk mempresentasikan hasil penelitian mahasiswa pada bidang psikologi antar budaya.

 

Ada 15 pemakalah terpilih yang berasal dari berbagai universitas, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia, untuk menyampaikan hasil penelitiannya pada Selasa (06/04). Mereka dibagi dalam tiga kelas, yaitu di MYC Student Lounge, ruang E302, dan ruang B610 Universitas Pelita Harapan, Lippo Village.

 

Pada kelas pertama, inti dari topik penelitian para pemakalah adalah bagaimana masyarakat daerah masih memegang teguh nilai-nilai kebudayaan mereka yang berasal dari nenek moyang dan bagaimana mereka membuka diri terhadap multikulturalisme. Misalnya Jeshua Manuel dkk dari UPH menyimpulkan tingginya komitmen masyarakat Bali terhadap nilai-nilai Hinduisme dan Muthia Sari dkk dari Universitas Muhammadiyah, Surakarta mengatakan pentingnya pengertian serta akulturasi sebagai jalan tengah untuk mengatasi perbedaan budaya dalam sebuah keluarga.

 

Masih dalam ranah psikologi antar budaya, pada kelas ke-dua, Sebastian Partogi dari Unika Atma Jaya mengangkat intercultural sensitivity sebagai alat ukur bagi mahasiswa Indonesia yang bergerak dalam organisasi kemahasiswaan. Ia mengatakan alat ukur ini valid untuk mengukur kemampuan mereka dalam mengelola konflik yang disebabkan perbedaan budaya. Ratriana Yuliastuti dari Ukrida membahas nilai-nilai seksualitas dalam masyarakat Jawa, bahwa seks bukan merupakan hal tabu yang tidak pernah diungkapkan secara terbuka di masyarakat Jawa.

 

Andrian Liem dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengungkapkan pentingnya rites of passage; ritual peralihan bagi para remaja yang bertujuan mengantar remaja ke masa dewasa dan menjadi pribadi yang matang sepenuhnya. Selain Andrian, ada pula Rafiqa Alfi dari Sekolah Tinggi Ilmu Psikologi Harapan Bangsa Banda Aceh pada kelas ke-3. Ia mengambil topik resiliensi; kemampuan seseorang menghadapi dan menerima suatu pengalaman sulit kemudian mampu merubah kondisi yang tidak menyenangkan itu menjadi suatu kekuatan. Rafiqa melakukan penelitian pada remaja Aceh yang terkena dampak tsunami.

 

Zainal Abidin selaku moderator pada kelas pertama mengaku terkesan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan. ?Mereka masih setingkat mahasiswa tetapi sudah dapat melakukan penelitian yang menarik dan mendalam. Masing-masing topik yang diangkat memiliki keunikan tersendiri,? ujarnya.

 

Para peserta pun puas dengan kerja keras mereka. Seperti diungkapkan Ardian Agil dari Universitas Diponegoro, Semarang, ?Kebetulan topik yang saya angkat ini adalah hasil penelitian saya untuk salah satu mata kuliah. Senang sekali karena selain mendapat nilai, juga mendapat apresiasi di acara ini.? (cyn)

    

 

UPH Media Relations