NEWS & PUBLICATION

Ekspresi Iman Kristiani dalam Seni Rupa

16/01/2013 Uncategorized

Ekspresi Iman Kristiani dalam Seni Rupa

Objek seni bukan sebatas apa yang kita lihat, tetapi ia mewakili sesuatu yang lebih luas, di luar itu ada satu bingkai yang membingkainya, yaitu wawasan pandang, kehendak, kesan dan respon seniman terhadap realita iman.

Objek seni bukan sebatas apa yang kita lihat, tetapi ia mewakili sesuatu yang lebih luas, di luar itu ada satu bingkai yang membingkainya, yaitu wawasan pandang, kehendak, kesan dan respon seniman terhadap realita iman.

(kiri-kanan) Made Saputra, Wisnu Sasongko, Prof. Manlian A. Ronald, Setiyoko Hadi, Elya K. Wibowo S., dan Lusiana Idawati.

 

Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan (FDTP) UPH mengadakan seminar bertajuk Ekspresi Iman Kristiani dalam Seni Rupa, pada tanggal 12 Desember 2012 (12.12.12), yang berlangsung di Galeri Pelita, Gedung B, Kampus UPH, Karawaci. Seminar ini menghadirkan para perupa kristiani dari SERUNI (Seni Rupa Kristen Indonesia) diantaranya Wisnu Sasongko S.Sn.,M.Hum. (Jogyakarta), Setoyoko Hadi S.Sn. (Jakarta) dan Made Suparta S.Sn. (Bali), serta pengamat seni dari akademisi UPH; Lusiana Idawati S.T.,M.M., M.T., dan Elya K. Wibowo S., M.A. (Art & Desaign.

 

Dalam seminar ini dibahas beberapa karya seni dari berbagai sudut pandang. Wisnu Sasongko,  membahas dari konteks sejarah humanisme dari jaman renaissance sampai era reformasi, dimana  pada era reformasi ekspresi humanistik meluap-luap, hingga di era reformasi mulai ditonjolkan simbol-simbol yang mengarah pada sang pencipta. Sampai saat ini ada misi dari lukisan dan pelukisnya, mengarah pada misi untuk memberitakan firman. 

 

Sementara Setiyoko, membahas simbol-simbol penyangkalan diri dari ekspresi iman dalam karya seni rupa. Sementara Made Suparta mengupas kebebasan berekspresi dalam karya seni kristiani. Ketiga nara sumber Perupa membahas ekspresi iman pada lukisan karya masing-masing. Misalnya dalam lukisan ?Sang Guru? karya Wisnu Sasongko, yang merupakan ekspresi dari pengalaman iman perupa. Karya lainnya yang juga dibahas adalah karya penyaliban Kristus sebagai eskpresi penyangkalan diri dan hasil introspeksi spiritual iman pelukis.

    

 

Elya K. Wibowo S., Pengamat seni dan akademisi UPH, melihat seni sebagai sesuatu yang luas dan seniman sebagai pribadi yang dipengaruhi oleh wawasan pandang kristiani. Elya berangkat dari Firman Tuhan dalam kitab Kolose 1: 15-16,

 

?Implikasi dari firman Tuhan ini adalah suatu totalitas dari semua realitas, dimana tidak ada satupun aspek dalam kehidupan yg tidak berhubungan dengan iman. Dengan kata lain seni tidak dapat dipisahkan dari iman,? kata Elya.

 

Objek seni bukan sebatas apa yang kita lihat, tetapi ia mewakili sesuatu yang lebih luas, di luar itu ada satu bingkai yang membingkainya, yaitu wawasan pandang, kehendak, kesan dan respon seniman terhadap realita iman.

 

Menurut Elya seni Kristiani dalam sejarah terkadang tidak diberikan tempat untuk dihampiri dalam kerangka yang sesuai, dimana orang melihat karya seni dari kaca mata berbagai disiplin ilmu dan menghakimi karya seni, tanpa mengikutsertakan bahwa seni itu sendiri punya pendekatannya sendiri. Sehingga sering terjadi kesalahpahaman. 

 

Bila dilihat dari potensi seni sebagai alat kontemplasi, menurut Elya, di kalangan protestan ada ketakutan dan sering dinilai negatif. Sehingga seni hanya dilihat sebagai alat untuk mengakumulasikan ajaran semata. Hal ini mengakibatkan cara pandang yang sempit.

 

Dikalang gereja, seni juga diperlakukan sebagai perpanjangan dogma dan bukan suatu sakramental. Sehingga ketika seseorang ingin mengekspresikan keindahan realita sesuai dengan imannya lewat karya seni, dianggap bukan suatu ibadah.

 

Dengan demikian wawasan pandang sangat penting dalam menghasilkan maupun mengapresiasi karya seni. Jadi menurut Elya, pasti ada keberpihakan-keberpihakan dalam menghasilkan suatu karya maupun menilai suatu karya seni, termasuk dari sisi seniman itu sendiri.

 

Sesi terakhir, Lusiana Idawati, menyimpulkan paparan dari para seniman, mengatakan bahwa dalam karya seni the author is not death but the author is live.  Senada dengan pembicara sebelumnya, ia sependapat bahwa ada  hubungan antara Tuhan dan seni, dan bagaimana seni merefleksikan iman. Ia mengacu dari definisi iman, Ibrani 11:1, dimana dalam konteks tersebut mengandung unsur-unsur confidence, assurance,  dan substance, sedangkan pada  bagian kedua mengandung unsur-unsur, conviction, evidence dan proof.  Dalam karya seni unsur-unsur tersebut diekspresikan.

Ia juga mengupas makna seni dan keindahan. Dimana keindahan merupakan jembatan antara kebaikan dan kebenaran, yang mengacu pada satu substansi yaitu kesempurnaan yang dalam iman Kristiani mengacu pada Allah itu sendiri.

 

Menurut Dekan FDTP, Prof. Manlian A. Ronald, seminar ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan iman kristiani, dan untuk belajar ekspresi desain yg sesuai dengan iman yang takut akan Allah. Ia berharap melalui seminar ini dapat muncul gagasan dan pandangan yang memperkaya dunia senirupa Indonesia.

 

Di akhir sesi, dilakukan penandatanganan kerjasama antara jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) UPH dengan SERUNI (Seni Rupa Kristen Indonesia). Kerjasama ini mencakup pembentukan komunitas seni rupa Kristiani, mengadakan seminar seni, dan mengundang para perupa SERUNI untuk mengajar di kelas. (rh)

Penandatanganan kerjasama UPH (right) dan SERUNI (left) Pameran lukisan Seni Rupa Kristen Indonesia, SERUNI, di Galeri Pelita, Gedung B, UPH