NEWS & PUBLICATION

Talk Show 4 Pilar di UPH

18/02/2014 Uncategorized

Talk Show 4 Pilar di UPH

UPH menjadi tuan rumah acara Talk Show 4 Pilar yang diselenggarakan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), pada Selasa (13/2)

UPH menjadi tuan rumah acara Talk Show 4 Pilar yang diselenggarakan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), pada Selasa (13/2)

Ketua MPR RI, Drs.H. Sidarto Danusubroto, SH. menyampaikan pidato pada pembukaan acara Talk Show 4 Pilar.

 

UPH menjadi tuan rumah acara Talk Show 4 Pilar yang diselenggarakan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), pada Selasa (13/2) di auditorium Gedung D 501 kampus UPH Karawaci, Tangerang. Acara ini mengangkat tema budaya demokrasi. Acara ini merupakan bagian dari program MPR RI dalam rangka mensosialisasikan 4 Pilar Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara (Pancasila, Undang-Undang Dasar 45, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika) yang diadakan di 40 kampus se-Indonesia.

 

Hadir sebagai nara sumber dalam acara ini Ketua MPR RI Drs.H. Sidarto Danusubroto, SH., Rektor UPH, Jonathan L.Parapak, Ketua Program Studi Pascasarjana Hukum UPH, Dr. Henry Soelistyo Budi, dan Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Komunikasi UPH, Prof. Tjipta Lesmana. Acara ini dipandu oleh Chintya Sari dan Yana Indrawan, serta dihadiri sekitar 200 mahasiswa dan dosen dari FISIP dan Fakultas Hukum UPH.

 

Mengawali acara, Ketua MPR RI Drs.H. Sidarto, memaparkan latarbelakang kondisi krisis kebangsaan dalam masyarakat Indonesia. Demokrasi yang dibangun oleh founding father Indonesia tidak mengenal kelompok mayoritas dan minoritas, melainkan demokrasi pluralisme. Apabila negara bisa melindungi kelompok minoritas artinya negara tersebut menjalankan demokrasi. Tiga hal yang harusnya ada dalam demokrasi yaitu melindungi, mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat.

 

Menanggapi demokrasi yang ada saat ini, Rektor UPH menekankan pentingnya pendidikan demokrasi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). ?Bangsa kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang dapat memberikan contoh dan teladan. Karenanya pendidikan di UPH mempersiapkan pemimpin yang berintegritas dan berkarakter,? kata Rektor. Drs. H. Sidarto mendukung pernyataan Rektor UPH mengenai pentingnya pendidikan dalam menjalankan demokrasi yang substansial, yaitu masyarakat yang cerdas dan sejahtera. Karenanya ia mengingatkan mahasiswa untuk menggunakan hak suaranya memilih pemimpin yang baik. ?Pilih orang yang punya kemampuan dan performa,? katanya.

 

Mahasiswa FISIP dan FH UPH mengikuti acara Talk Show 4 Pilar.
Rektor UPH, Jonathan  L. Parapak saat membuka acara 4 Pilar.

 

Sementara Prof. Tjipta mengutip pernyataan Indira Gandhi, ?sebuah bangsa yang perutnya masih keroncongan dan pendidikannya rendah tidak bisa menjalankan demokrasi liberal?. Menurutnya demokrasi yang dijalankan Indonesia sebagai demokrasi yang sakit. Banyak sogok menyogok, korupsi, kesenjangan sosial dll. ?Yang kita jalankan saat ini masih sebatas demokrasi prosedural. Demokrasi harus disesuaikan dengan kondisi bangsa. Contohnya di Indonesia masih banyak rakyat yang lapar. Kelompok ini sangat mudah dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Akibatnya banyak terjadi politik uang,? katanya. Menurutnya demokrasi bukan melulu politik tetapi juga ekonomi. ?Demokrasi ekonomi harus ditegakkan terlebih dahulu baru kemudian demokrasi politik,? tegas Prof. Tjipta.

 

Dari sisi budaya dan kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sesungguhnya kita memiliki nilai-nilai yang menjadi akar untuk model demokrasi Indonesia. Masalahnya bagaimana untuk mengoperasionalkan konsep nilai-nilai yang sudah menjadi instrumental dalam kehidupan kedalam budaya demokrasi kita, demikian diungkapkan Dr. Henry. ?Saya setuju bahwa kampus merupakan tempat yang tepat untuk mentransformasikan budaya demokrasi. Saat ini yang ada dalam masyarakat kita justru budaya demo yang identik dengan kekerasan dan menjadi ekspresi demokrasi kita. Dalam budaya demokrasi, instrumen koreksi tidak harus dilakukan dengan kekerasan, tetapi bisa dengan cara yang polite, straight forward dan terbuka,? jelasnya.

 

Senada dengan Dr. Henri, Rektor menyatakan, ?kita ini bangsa yang santun dan kesantunan itu harus dipelihara. Karena itu di kampus UPH kami selalu mengingatkan bahwa demo itu boleh. Tetapi harus cerdas. Artinya dalami dulu masalahnya dan cetuskan gagasan melalui jalur-jalur yang ada, sampaikan dengan santun dan berbobot,? kata Rektor.

 

Acara ini dilanjutkan dengan performa dari mahasiswa UPHKustik yang menyanyikan lagu-lagu kebangsaan ?Indonesia Tanah Air Beta? dan ?Gebyar-Gebyar?. Bagian ketiga acara ini dibuka sesi tanya jawab untuk mahasiswa kepada keempat narasumber. Diharapkan melalui acara ini dapat mengingatkan dan menyegarkan kembali komitmen bangsa, khususnya dikalangan perguruan tinggi, terhadap pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dalam mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. (rh)

 

Rektor UPH memberikan simbol UPH kepada Ketua MPR RI.
Dekan FISIP UPH, Aleksius Jemadu bersama ke-empat narasumber Talk Show 4 Pilar.