NEWS & PUBLICATION

FK UPH Tuan Rumah Konferensi Pakar Bedah Cerebrovascular (Stroke) Internasional ke 11

15/12/2014 Uncategorized

FK UPH Tuan Rumah Konferensi Pakar Bedah Cerebrovascular (Stroke) Internasional ke 11

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH) dipercaya menjadi penyelenggara the 11th International Conference on Cerebrovascular Surgery (ICCVS) yang digelar selama empat hari, 11-14 Desember 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH) dipercaya menjadi penyelenggara the 11th International Conference on Cerebrovascular Surgery (ICCVS) yang digelar selama empat hari, 11-14 Desember 2014

Presiden Konferensi Internasional Bedah Cerebrovascular  Prof. Eka Julianta Wahjoepramono (kanan) memberikan penjelasan tentang tema besar Konferensi Internasional di FK UPH, Karawaci, Tangerang, Jumat (12/12) Didampingi (kiri-kanan) Pakar Bedah Pembuluh Darah Otak dari  Chechnya, Vladimir Benes, Ketua International Conference on Cerebrovascular Surgery (ICCVS) dr. Hasan,dan Pakar Bedah Pembuluh Darah Otak dari Amerika Serikat Fernando G Diaz turut berdiskusi dalam konferensi internasional ini. foto Investor Daily / Emral Firdiansyah

 

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH) dipercaya menjadi penyelenggara the 11th International Conference on Cerebrovascular Surgery (ICCVS) yang digelar selama empat hari, 11-14 Desember 2014.

 

Konferensi ini turut dihadiri Endro Basuki sebagai Ketua Perhimpunan Bedah Saraf Seluruh Indonesia, Lype Cherian sebagai Counselor General of Asian Congress of Neurological Surgeon, Vladimir Benes sebagai Presiden of European Congress of Neurogical Surgeon, dan ratusan dokter bedah saraf lainnya.

 

Konferensi ini diketuai oleh Prof. Eka Julianta Wohjoepramono, Dekan FK UPH, dan dihadiri oleh 262 peserta dari 26 negara. Beberapa partisipan dari universitas di Indonesia juga ada diantaranya FK Universitas Padjajaran, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Andalas.

 
Menurut hasil penelitian internasional sebagaimana disampaikan Prof. Eka, stroke saat ini merupakan penyakit no 2 penyebab kematian di dunia dan merupakan penyebab utama kecacatan. Karena itu dalam konferensi ini yang menjadi pembahasan utama adalah bagaimana mengurangi angka kematian dan kecacatan akibat stroke. Dalam konferensi ini juga dibahas berbagai kontroversi dalam penanganan stroke. Hal ini terkait dengan berbagai perkembangan dalam ilmu kedokteran.
 
(kiri) Prof. Eka, Presiden ICCVS 2014
Dalam penanganan penyakit kita menyarankan untuk mengikuti standard yang ditetapkan internasional, yaitu yang sudah melewati proses uji coba dan penelitian. Jadi harus evidence base. Hal ini baru bisa dijadikan Prosedur,? demikian disampaikan dr. Harsan, Ketua Panitia ICCVS 2014.
 
                                                                               (kanan) dr. Harsan, Ketua Panitia ICCVS 2014
 

Kontroversi yang dibahas diantaranya adalah penanganan stroke dengan pendarahan, apakah perlu dioperasi dengan membuka batok kepala atau cukup lewat pembuluh darah saja (endovaskular). Lalu, apakah harus di bypass atau tidak, dan berbagai penangananan lainnya.

 

Perkembangan muktahir dalam Almu bedah saraf juga dibahas dalam pertemuan ini, yaitu innovasi bedah tumor otak tanpa pisau bedah yang dikembangkan Gamma Knife Indonesia, yang merupakan salah satu unggulan tim bedah saraf Rumah Sakit Siloam Hospitals. Terkait dengan teknologi Gamma Knife, Dr. Fernando G. Diaz, pakar Neurosurgery dari Detroit USA, Salah satu pembicara dalam konferensi ini mengatakan bahwa teknologi Gamma Knife yang ada di Siloam Hospitals merupakan metode penanganan bedah tumor otak tanpa pisau bedah yang relatif murah dan sudah teruji secara ilmiah. Dibandingkan dengan di Malaysia, biaya pengobatan dengan Gamma Knife di Indonesia menurutnya jauh lebih murah yaitu berkisar 12.000 USD sementara di Malaysia tindakan ini membutuhkan dana sekitar 16.000 USD. Metode ini menurt Prof. Eka juga telah terbukti keberhasilannya. ?Namun saya sarankan pada publik untuk melakukan pemeriksaan gejala stroke sejak dini. Hal ini akan sangat membantu penanganan, karena apabila masalah pada pembuluh darah otak sudah pada tingkat gejala yang parah, penyakit yang bersumber dari otak ini akan lebih kecil tingkat keberhasilan penganganannya,? himbau Prof. Eka.

 

Prof. Eka menegaskan bahwa melalui konferensi ini, diharapkan dapat menghasilkan informasi terkait dengan kontroversi penanganan stroke, sehingga dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pemerintah dan masyarakat di Indonesia dan internasional mengenai tindakan yang tepat dalam menangani stroke. (rh)

 
UPH Media Relations