UPH Melantik Dr. Hinca Pandjaitan sebagai Doktor Hukum di Wisuda XXXIII.

Diantara 2289 winisuda yang dilantik pada WISUDA UPH XXXIII yang berlangsung di hari ketiga, 9 Juni 2018, terdapat tokoh politik dan juga penggiat olahraga sepak bola Indonesia, Dr. Hinca Pandjaitan XIII, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat yang juga telah dilantik sebagai Anggota Komisi III DPR-RI sebagai lulusan Doktor Hukum UPH. Pada kesempatan tersebut, ikut pula dalam jajaran winisuda UPH, anaknya Qanszelir Gabriel Bataranotti Pandjaitan XIV, S. Sos., sebagai lulusan Hubungan Internasional (HI) UPH.

Momen ini menjadi unik karena keduanya dilantik bersamaan, walaupun Dr. Hinca sendiri sebenarnya telah menyandang gelar Doktor sejak 2011 setelah lulus dari sidang Doktor Hukum dengan meraih IPK 3.97. Namun ia rela menunda 7 tahun momen wisudanya untuk bisa lulus bersama anaknya, Qanszelir, yang menurutnya menjadi salah satu bukti cintanya kepada anak tanpa berbentuk materi.

Bagi Dr. Hinca, UPH mampu memiliki sistem pendidikan yang mampu memfasilitasi kekhususan minat yang dimiliki para mahasiswanya.

“Sebagai awal, alasan saya memilih Doktor Hukum UPH karena saya menggeluti bidang sport, dan waktu itu bidang ilmu hukum di di bidang sport atau yang disebut Lex Sportiva (implementasi undang-undang olahraga antar bangsa) belum ada dalam studi doktor hukum universitas mana pun. Singkat cerita saya memilih UPH karena saya memandang UPH menempatkan kerangka sport sebagai salah satu yang dianggap penting. Tidak heran UPH memiliki lapangan sepak bola, renang, gym, dan fasilitas olahraga lainnya. Jadi saya lihat UPH merupakan kampus modern dan visioner ke depan,” ungkap Dr. Hinca.

Dr. Hinca yang merupakan Direktur Indonesia Lex Sportiva Instituta, Jakarta ini juga menjelaskan irisan antara Hukum dengan Olah raga.

“Menggeluti bidang olahraga, saya tidak belajar teknis olah raga seperti cara menendang bola. Saya belajar filosofinya. Dimana prinsip-prinsip hukum yaitu respect, justice, dan fairness ada dan berlaku juga sebagai prinsip olah raga. Di Doktor Hukum UPH sendiri saya menekuni Tata Negara, dimana tata negara sebagai konsep yang menggerakan konsep bernegara untuk memajukan kesejahteraan umum. Dan saya melihat sport contohnya sepak bola mampu menjadi penggerak dan pembangun negara. Tidak hanya dunia perbankan yang mampu menghasilkan uang cepat, sport juga bisa,” papar Dr. Hinca.

Lebih lanjut lagi Dr. Hinca juga menekankan bahwa keputusannya memilih UPH mampu mendukung pemikirannya, secara khusus dalam mengembangkan hukum di dunia sport. Dengan jaringan yang luas di UPH ini, Dr. Hinca merasa semakin diperkaya wawasannya. Dr. Hinca juga merasa filosofi nama UPH ‘Pelita’ mampu menjadi motivasi.

“Filosofi sebagai pelita dan menekankan kebenaran kitab sudi meyakinkan saya bahwa UPH tidak hanya mengajarkan mahasiswanya mencari pengetahuan, tapi juga mencari kebenaran yang sejati melalui kitab suci. UPH betul menjadi ‘pelita’ yang mengembangkan harapan” jelas Dr. Hinca.

Bagi Dr. Hinca terpanggil menjadi orang yang menggeluti politik harus memiliki fondasi kokoh. Alasan ini juga yang membuatnya memperkaya wawasan dengan berkuliah di UPH, sehingga ketika terjun di dunia politik ia mampu mengaplikasikan pengetahuannya dengan tepat dan berdampak bagi orang lain.

Sejalan dengan ayahnya, Qanszelir sebagai lulusan HI UPH yang lulus dengan IPK 3.77 ini juga memandang bahwa orang yang terdidik tidak hanya sekedar lulus tapi harus mampu berdampak.

“Bagi saya, orang yang mengenyam dunia pendidikan tidak hanya menjadi orang yang sekedar lulus dengan nilai yang baik. Tapi ketika orang itu memiliki spirit of relations atau mampu menjalin hubungan dengan baik kepada orang lain, dan mampu menggunakan dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari itu dan bermanfaat bagi sesama,” ungkap Qanszelir.

Qanszelir juga menjelaskan bahwa keinginannya masuk UPH didapatkannya ketika kunjungan langsung ke UPH saat menyaksikan sidang Doktor Hukum Ayahnya, tahun 2011.

“Ketika saya datang di UPH saya melihat fasilitas yang luar biasa baik. Ditambah memang dirinya tertarik dengan kebijakaan yang ada di negara-negara dunia, dan ketika melihat adanya Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional di UPH saya merasa itu adalah prodi yang sudah saya sangat inginkan. Dan ketika sudah menjadi mahasiswa, menurut saya apa yang ada sudah memenuhi ekspektasi saya, terutama para dosen yang begitu memiliki passion dan berkompeten di bidangnya. Terlebih di UPH ada guru besar HI, Prof. Aleksius Jemadu. Saya sangat bangga bisa menjadi seorang almuni strata 1 ilmu hubungan internasional UPH dengan prestasi pribadi yang bisa saya raih dengan baik. Saya juga bangga bisa berkuliah di UPH yang memiliki fasilitas, sumber tenaga kerja dan pengajar, management, dan jaringan yang sangat baik.” (mt)