01/07/2025 Hukum, Pencapaian
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan (FH UPH) kembali menorehkan prestasi gemilang di tingkat nasional dengan memborong tiga gelar sekaligus dalam cabang lomba Esai dan Law Discussion Room—Juara Pertama, Grup Diskusi Terbaik, dan Pembicara Terbaik—pada ajang Pekan Hukum Nasional 2025 (PHN 2025) yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) pada 29 Juni 2025.
Kompetisi ini diikuti oleh delegasi dari 30 universitas di seluruh Indonesia, dengan mengusung tema “Rekonstruksi Hukum Ketenagakerjaan dalam Menghadapi Otomatisasi: Melindungi Pekerja Menuju Era Society 5.0.” Tema tersebut menantang peserta untuk mengkaji ketimpangan dalam hukum ketenagakerjaan di tengah disrupsi teknologi—seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan big data analytics—serta merumuskan kebijakan yang adaptif, berkeadilan, dan relevan guna melindungi hak-hak pekerja di era otomatisasi.
Tim FH UPH yang terdiri dari Brenda Putri Tanoto (2022) dan Valerine Anastasya (2022) sebagai delegasi, Beatrice Callista Yo (2024) sebagai tim riset, serta didampingi oleh Ellora Sukardi, S.Sn., S.H., M.H. sebagai dosen pembimbing, tampil impresif.
Dalam esainya, tim membahas tantangan yang dihadapi dunia kerja akibat pesatnya perkembangan teknologi dan otomatisasi, khususnya dalam konteks Society 5.0. Mereka menyoroti bahwa kemajuan teknologi—seperti AI, IoT, dan big data—tidak hanya membuka peluang, tetapi juga memunculkan tantangan baru, yakni tergesernya sejumlah jenis pekerjaan serta meningkatnya kebutuhan akan keterampilan baru.
“Melalui esai ini, kami ingin menggali lebih dalam dampak otomatisasi terhadap dunia kerja dan tantangan hukum yang menyertainya, mulai dari potensi disrupsi lapangan kerja hingga urgensi penyesuaian regulasi. Proses ini benar-benar mengasah kemampuan berpikir kritis kami dalam merumuskan solusi hukum yang relevan dan konstruktif,” ungkap Brenda.
Kemenangan tim FH UPH tidak hanya didukung oleh kekuatan argumen, tetapi juga oleh pendekatan komprehensif yang mereka tawarkan dalam esai. Tulisan tersebut menggabungkan analisis hukum dengan solusi konkret yang relevan dengan konteks ketenagakerjaan di Indonesia.
Tim FH UPH mengusulkan rekonstruksi hukum sebagai respons atas ancaman kecerdasan buatan terhadap pekerja seni di era Society 5.0. Mereka menyoroti perlunya regulasi yang menegaskan bahwa AI hanya berperan sebagai alat bantu, bukan pencipta, sehingga karya yang sepenuhnya dihasilkan AI tidak dapat dilindungi hak cipta. Di sisi lain, hak moral dan ekonomi pencipta perlu diperkuat untuk mencegah eksploitasi gaya dan ekspresi seni manusia oleh teknologi. Tim juga menekankan pentingnya revisi terhadap regulasi ketenagakerjaan, khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021, agar perlindungan bagi pekerja seni yang terdampak otomatisasi menjadi lebih jelas, termasuk pengaturan kompensasi akibat kehilangan pekerjaan. Dengan demikian, diperlukan pengaturan yang tidak hanya melindungi orisinalitas dan integritas karya seni, tetapi juga menjamin keberlangsungan profesi seniman di tengah invasi teknologi.
Menurut tim, esai mereka dinilai unggul oleh para juri karena berhasil menyajikan kerangka berpikir yang runtut, analisis yang tajam dan mendalam, serta penyampaian yang sistematis dan komunikatif – baik dalam bentuk tulisan maupun saat sesi diskusi. Penilaian ini sejalan dengan pandangan Valerine yang menekakan pentingnya keterampilan public speaking sebagai bekal krusial bagi calon profesional di bidang hukum.
“Meskipun sempat merasa gugup, pengalaman ini membuka wawasan kami tentang pentingnya public speaking dalam dunia hukum. Kami bersyukur bisa terlibat dalam kompetisi ini karena bukan hanya menambah pengetahuan, tetapi juga memberikan ruang untuk bertumbuh secara pribadi maupun akademis,” tuturnya.
Selain berkat kerja keras dan kolaborasi yang solid, pencapaian ini juga didukung penuh oleh FH UPH. Dukungan tersebut datang dari berbagai pihak, termasuk Dr. Dwi Putra Nugroho, S.H., M.H., selaku dosen FH UPH, serta Justin Amadeus, S.H., alumni FH UPH. Apresiasi juga diberikan kepada Cherish Young, Christy Abigail Tjahyadi, Aurelia Gisa Maharani, serta seluruh anggota Debate and Research Community Universitas Pelita Harapan (DARE UPH) yang secara konsisten mendampingi para delegasi dalam berbagai kompetisi, baik dari sisi substansi maupun non-substansi.
Prestasi ini menegaskan komitmen Fakultas Hukum UPH dalam membekali mahasiswa tidak hanya dengan pemahaman teori hukum, tetapi juga dengan keterampilan berpikir kritis, argumentasi hukum yang tajam, serta komunikasi publik yang aplikatif. Melalui dukungan yang konsisten terhadap partisipasi mahasiswa dalam berbagai kompetisi dan kegiatan pengembangan diri, UPH mendorong implementasi pembelajaran yang holistik—tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman langsung yang memperkaya wawasan akademik dan profesional.
FH UPH terus berkomitmen melahirkan lulusan yang takut akan Tuhan, unggul, dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Selamat kepada tim FH UPH atas pencapaian luar biasa ini—teruslah menjunjung tinggi integritas dan menjadi inspirasi bagi Indonesia!