16/07/2025 Alumni, Pencapaian, Product Design
Saat perhiasan bukan sekadar aksesoris, tetapi menjadi medium budaya dan simbol kolaborasi—itulah Gemma, karya penuh makna dari Livia Saputra, alumni Desain Produk Universitas Pelita Harapan (UPH). Karya ini mengantarkannya meraih Good Design Award dalam ajang prestisius Good Design Indonesia (GDI) 2025 untuk kategori Aksesoris dan Bahan Pakai.
Livia, lulusan angkatan 2013, kini menorehkan jejaknya di industri kreatif lewat brand perhiasan Kelana Treasure. Dengan keberanian meninggalkan pekerjaan tetap, ia memilih jalur wirausaha kreatif—sebuah perjalanan yang tak mudah, tapi sejalan dengan keyakinan dan panggilan hidupnya.
“Penghargaan ini meneguhkan kembali alasan saya memilih jalan ini. Dunia perhiasan itu niche, butuh ketekunan dan keberanian untuk terus mencoba hal baru,” ungkap Livia.
‘Gemma’: Kolaborasi Budaya dengan Perhiasan ‘bongkar-Pasang’
Pada ajang GDI 2025, ‘Gemma’ berhasil diapresiasi sebagai sebuah karya perhiasan yang tidak hanya indah, tetapi juga penuh makna. Dirancang sebagai hasil kolaborasi erat antara desainer dan pengrajin logam mulia asal Bali, Gemma menghadirkan perpaduan seni, budaya, dan inovasi desain dalam bentuk wearable art yang unik dan bernilai tinggi.
Di tangan Livia, Gemma menjadi media pencerita budaya. Gagasan ini bermula saat ia mengikuti program inkubasi desain dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2023. Dari proses tersebut, muncul ide untuk menciptakan suvenir diplomatik berbentuk miniatur yang merepresentasikan kekayaan budaya Bali.
“Gemma awalnya dirancang sebagai suvenir diplomatik miniatur yang terinspirasi dari alat musik tradisional khas Bali. Tapi saat dibuka, ia berubah menjadi satu set perhiasan lengkap. Desainnya mengikuti prinsip form follows function—bisa dibongkar-pasang, tetap fungsional, namun mempertahankan kompleksitas estetika dan ukiran khas Bali,” jelas Livia.
Proyek ini tidak berjalan sendiri. Livia bekerja sama dengan dua pengrajin lokal: Komang Rai, spesialis ukiran dengan detail presisi tinggi, dan Komang Suryana, perancang struktur logam yang kompleks namun fleksibel. Bersama, mereka menempuh proses panjang prototyping dan pengembangan desain, menghasilkan karya yang tidak hanya fungsional dan indah, tetapi juga sarat nilai budaya.
Menurut Livia, kekuatan Gemma terletak pada kemampuannya menggabungkan seni, fungsi, dan identitas lokal dalam satu karya kontemporer. Gemma bukan sekadar visual menarik, melainkan simbol kolaborasi lintas disiplin dan perayaan kearifan lokal.
GDI: Lebih dari Sekadar Ajang Penghargaan
Good Design Indonesia (GDI) merupakan ajang penghargaan nasional bergengsi di bidang desain yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan RI. Sejak 2017, GDI menjadi ruang apresiasi karya-karya terbaik Tanah Air, sekaligus gerbang menuju panggung internasional melalui kerja sama dengan Good Design Award di Jepang.
Setiap karya diseleksi ketat oleh panel juri profesional, yang tahun ini terdiri dari Tim Juri GDI 2025, serta perwakilan dari Japan Institute of Design Promotion (JIDP) dan Taiwan Design Research Institute (TDRI). Penilaian mencakup unsur estetika, inovasi, keberlanjutan, fungsionalitas, hingga nilai pasar.
Mengusung tema “Desain Baik, Berdampak Baik: Keberlanjutan dan Desain Adaptif”, GDI 2025 mendorong lahirnya produk yang tangguh, fleksibel, ramah lingkungan, dan berdaya saing tinggi.
Bagi Livia, GDI adalah lebih dari sekadar panggung kompetisi—ia melihatnya sebagai kontribusi nyata bagi industri kreatif lokal dan bukti bahwa desain Indonesia mampu tampil di kancah global.
“Saya sangat menikmati seluruh prosesnya. Yang paling berkesan adalah tahap prototyping—ketika visi desain diuji dan ditafsirkan ulang oleh tangan-tangan pengrajin. Di situlah kolaborasi diuji, dan karya menemukan bentuk akhirnya,” ujar Livia.
Awal Perjalanan lewat ‘Kelana Treasure’
Sebelum menciptakan Gemma, Livia lebih dulu membangun Kelana Treasure—sebuah brand perhiasan independen yang ia rintis dari nol. Dengan sumber daya terbatas, Kelana Treasure menjadi ruang ekspresi pribadi, eksplorasi desain, dan refleksi spiritual atas penyertaan Tuhan dalam setiap proses kreatifnya.
“Saya percaya setiap karya adalah langkah kecil yang bermakna. Ketika dikerjakan dengan hati, Tuhan pasti menyertai,” tutur Livia.
Melalui Kelana Treasure, Livia ingin menghadirkan lebih dari sekadar produk. Ia ingin membangun narasi yang mengangkat nilai budaya, mendorong kolaborasi lintas daerah, dan mengajak masyarakat untuk menghargai makna di balik karya lokal. Ia berharap ingin Kelana Treasure terus bertumbuh sebagai bagian dari komunitas kreatif yang saling menguatkan dan memberi dampak.
Dari UPH untuk Industri Kreatif Indonesia
Livia mengakui bahwa pencapaian ini tidak lepas dari bekal ilmu dan pengalaman selama kuliah di UPH. Ia mendapatkan fondasi yang kuat dalam desain perhiasan, ergonomi, material, dan filosofi seni—namun yang paling berkesan adalah peran para dosen yang menjadi panutan, baik secara profesional maupun personal.
“Yang paling membekas adalah sosok dosennya. Mereka jadi panutan, bukan hanya di bidang desain, tapi juga dalam cara berpikir dan menghidupi karya,” kenang Livia.
Melalui karya dan pencapaian alumni seperti Livia, UPH terus membuktikan komitmennya dalam menyediakan pendidikan tinggi yang unggul, menyeluruh, dan transformatif. Sejak awal perkuliahan hingga lulus, mahasiswa UPH dipersiapkan untuk menjadi pemimpin yang takut akan Tuhan, kompeten di bidangnya, dan mampu memberikan dampak bagi masyarakat luas.