04/12/2015 Uncategorized
Hari ketiga dari konferensi Christian Responses to Global Health Issues (CRGHI), 4 Desember 2015 diawali oleh sesi dari John Lennox, Profesor dari Universitas Oxford yang membahas bagaimana manusia meresponi penderitaan dengan kasih
Hari ketiga dari konferensi Christian Responses to Global Health Issues (CRGHI), 4 Desember 2015 diawali oleh sesi dari John Lennox, Profesor dari Universitas Oxford yang membahas bagaimana manusia meresponi penderitaan dengan kasih.
Dalam sesinya John mengawali dengan paparan tentang peran empati dalam mengobati penderitaan yang dampaknya lebi besar dari pada keterampilan teknis dalam dunia kesehatan. Caranya melalui perkataan yang memberikan pengharapan kepada para manusia yang mengalami penderitaan. Cara ini lebih dapat menjangkau banyak orang dari berbagai lapisan.
Lebih lanjut ia lebih banyak menjabarkan mengenai keadaan manusia dalam menghadapi penderitaan melalui sudut pandang pastoral. Secara pastoral, penderitaan yang dialami setiap manusia menurut John dapat disebabkan oleh dua hal yaitu Human Nature atau Moral Evil dan Natural Problem atau Natural evil. Kemudian juga John membahas bagaimana seharusnya manusia meresponi penderitaan yang dialaminya dan memperlakukan sesama kita yang menderita.
Terkait dengan keadaan penderitaan yang disebabkan oleh Natural dan Moral Evil, John menjelaskannya dengan kisah Ayub, sebagaimana tertuang daalam kitab Ayub. Kisah Ayub menggambarkan kombinasi dari kedua penyebab penderitaan tersebut. Misalnya, bagaimana Ayub harus menghadapi penderitaan akibat keadaan alam seperti badai yang mematikan dan juga penderitaan akibat kejahatan moral ketika ia mengalami perompakkan besar-besaran atau ketika isterinya menanyakan keberadaan Allah bagi hidup Ayub. John mengatakan perkataan istri Ayub ini dapat disebut sebagai kejahatan teologis yang menghasut Ayub mengutuki Allahnya dan menyumpahi Ayub untuk mati karena penderitaan yang begitu berat.
Kejadian seperti Ayub ini juga sering terjadi dalam kehidupan manusia. ?Ketika seorang mengalami penderitaan yang begitu berat, manusia cenderung sering bertanya mengapa Tuhan memberikan ini, mengapa saya harus menderita, dimanakah Tuhan,? John mengungkapkan pertanyaan yang umum dipertanyakan manusia.
Lebih lanjut lagi, yang paling berbahaya ketika manusia harus dihadapkan oleh pandangan atheis yang tidak mempercayai Allah, dan menganggap penderitaan manusia tidak memiliki makna. Mereka tidak memiliki apresiasi terhadap hidup dan tidak memiliki kasih, yang membedakan manusia sebagai ciptaan Allah dengan binatang. Kondisi inilah yang sesungguhnya merupakan penderitaan manusia.
Dari seluruh penderitaan di dunia ini, John ingin mengingatkan agar manusia dalam menghadapi penderitaan harus kembali kepada moral absolut yang hanya ada di dalam kebenaran Firman Tuhan. Allah adalah jangkar kehidupan yang mampu memberikan kebebasan bagi manusia untuk memilih hal yang baik dan yang buruk. Manusia juga harus mengingat bahwa sejak diciptakan manusia diberikan kapasistas besar untuk mengasihi. Menurut John tanpa kasih, manusia tidak dapat mengapresiasi seluruh kehidupannya di dunia termasuk penderitaan. Mereka akan kehilangan pengharapan dalam Allah, sehingga memutuskan untuk mencari jalan lain untuk menghilangkan penderitaannya. Salah satu cara yang tersedia adalah kemajuan teknologi yang menjanjikan penyembuhan bagi penderitaan manusia. Namun sayangnya, seiring perkembangan teknologi tentunya akan diikuti oleh biaya tinggi yang tidak dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Fakta yang ada bahwa kemajuan teknologi tidak menjamin manusia terbebas dari rasa sakit, bahkan menjadikan manusia tersebut menanyakan arti hidupnya didunia. Inilah yang perlu menjadi perhatian bagi kita.
Menurut John penderitaan yang dialami manusia tidak hanya dapat disembuhkan secara fisik, tapi juga menyeluruh kepada penyembuhan secara jiwa dan spiritual melalui kasih dan perkataan yang memberikan pengharapan. Ketika manusia yang begitu menderita menanyakan arti hidupnya, kita dapat menolongnya dengan mengingatkannya pada kasih Allah. Allah begitu mengasihi manusia dan tidak akan meninggalkannya. ?Sebagai contoh, orangtua mengambil resiko untuk membesarkan anaknya dengan kemungkinan ketika anak itu dewasa, ia dapat meninggalkan orangtuanya dan menimbulkan penderitaan. Namun dengan kasih, orangtua tetap membesarkan anaknya dan melindungi anaknya. Begitu juga dengan Allah, Allah mengambil resiko dengan menderita di kayu salib karena ingin melindungi kita yang begitu dikasihi-Nya,? jelas John seraya mengajak peserta untuk membagikan pengaharapan ini bagi sesama kita yang menderita.
John juga mengatakan bahwa menyadari kasih Allah ketika manusia menderita, mampu menghindari kemungkinan manusia itu mengalami ?kematian spiritual?. Kematian spiritual sendiri adalah tingkatan kematian yang paling tinggi menurut John, lebih daripada kematian fisik.
Pembahasan dari John Lennox ini mendapatkan perhatian dari kurang lebih 2000 orang di Grand Chapel, dan juga disiarkan melalui Live-streaming untuk dapat disaksikan oleh dosen dan mahasiswa yang ada di beberapa lokasi di UPH. Selain itu bagi publik yang tidak dapat hadir dapat menyaksikan sesi ini melalui Youtube yang dapat diakses melalui www-dev.uph.edu dan TV Channel Khairos First Media. Hari ketiga ini juga dilanjutkan dengan keynote speaker terakhir Elizabeth Styffe, Director of The Global HIV & AIDS Initiative yang berbicara mengenai ?Incurable Disease, Pain, adn Dying?. (mt)
UPH Media Relations |