Budaya Demokrasi diangkat sebagai topik seminar debat dengan alasan untuk mengetahui demokrasi liberal atau demokrasi asia yang pantas untuk Indonesia.
Budaya Demokrasi diangkat sebagai topik seminar debat dengan alasan untuk mengetahui demokrasi liberal atau demokrasi asia yang pantas untuk Indonesia.
![]() |
|
(kiri-kanan) Jerry Sambuaga dan Lie Nathanael Santoso dalam seminar debat: Budaya Demokrasi | |
International Relations Fiesta, hari Rabu 24 Oktober 2012 mengadakan sebuah seminar debat yang bertopik Budaya Demokrasi. Topik ini diambil sesuai dengan tema acara Local Cultures Go Worldwide. Budaya Demokrasi diangkat sebagai topik seminar debat dengan alasan untuk mengetahui demokrasi liberal atau demokrasi asia yang pantas untuk Indonesia.
Dalam seminar debat ini, Panitia IRF mengundang pembicara yang sudah ahli dalam bidangnya yaitu Jerry Sambuaga seorang politisi dan juga dosen Hubungan Internasional di UPH dan Lie Nathanael Santoso yang merupakan seorang Direktur FISIP UPH. Debat yang berlangsung di MYC MPR UPH ini dimoderatori oleh mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional UPH yang berbakat, Matthew Hanzel.
?Demokrasi ideal itu adalah demokrasi yang mengutamakan kebebasan, kebebasan individu. Karena demokrasi itu lahir dari paham liberalisme yang nanti dapat berakar kepada individualisme. Jadi, kita harus memperhatikan kebebasan aspek individu. Indonesia sudah mulai mengarah kesana dan Indonesia sudah melakukan liberalisasi politik yang cukup signifikan pada reformasi. Yang sudah dilakukan oleh Indonesia adalah liberalisme berpusat pada politik,? jelas Jerry diawal acara debat.
Lie Nathanael menanggapi dengan menyanggah bahwa tiap-tiap orang mempunyai hak sendiri untuk memilih demokrasinya dan beliau mengambil contoh demokrasi di pemerintahan Singapore. Setiap orang dapat mengutarakan apa yang diinginkan. ?Saya memilih Singapore sebagai pemerintahan yang bisa dicontoh oleh Indonesia karena Singapore adalah negara di Asia yang paling cocok untuk Indonesia dan sukses. China juga sukses tapi pemerintahannya setengah-setengah, kadang demokrasi kadang otoriter,? tanggap Nathanael yang mengajar mata kuliah Asia-Pasifik di UPH jurusan Hubungan Internasional.
Di akhir perdebatan yang sengit, Dekan FISIP UPH yang turut hadir dalam seminar tersebut memberikan kesimpulan dari kedua belah pihak bahwa Indonesia dapat mengadopsi demokrasi Asia di Singapore yang mengutamakan pendidikan dan juga mengadopsi demokrasi pemerintah barat dalam hal federasi.
?Dimulai dari kebutuhan utama orang Indonesia yaitu kebutuhan pangan, selanjutnya kualitas pendidikan diperbaiki seperti Singapore yang sudah maju. Untuk demokrasi western, kita bisa mencontoh demokrasi federasi yang dilakukan negara-negara barat. Dari kedua pandangan yang berbeda ini, demokrasi asian dan demokrasi western tidak ada yang salah, hanya ada beberapa poin penting dapat dicontoh untuk demokrasi di negara ini,? kata Aleksius Jemadu. |