NEWS & PUBLICATION

Menkes RI Menolak Globalisasi Liberal Kesehatan

30/03/2009 Uncategorized

Menkes RI Menolak Globalisasi Liberal Kesehatan

Universitas Pelita Harapan (UPH) sebagai universitas berskala global menyadari dampak detik-detik globalisasi yang semakin merambah Indonesia. Fakultas Kedokteran UPH mengambil langkah cepat dengan mengadakan seminar bertajuk Global Practice: Future Antic

Universitas Pelita Harapan (UPH) sebagai universitas berskala global menyadari dampak detik-detik globalisasi yang semakin merambah Indonesia. Fakultas Kedokteran UPH mengambil langkah cepat dengan mengadakan seminar bertajuk Global Practice: Future Antic


(ki-ka) Menteri Kesehatan RI, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), didampingi dr. Eka J Wahjoepramono, Sp.Bs, Dekan FK UPH
dan dr. Endang M. Johani, SpM, perwakilan Siloam Hospitals

Universitas Pelita Harapan (UPH) sebagai universitas berskala global menyadari dampak detik-detik globalisasi yang semakin merambah Indonesia. Fakultas Kedokteran UPH mengambil langkah cepat dengan mengadakan seminar bertajuk Global Practice: Future Anticipation, Expectation, and Community Service. Seminar yang diadakan pada Minggu (15/3) diawali dengan kata sambutan Dekan Fakultas Kedokteran UPH, dr. Eka J Wahjoepramono, Sp.BS yang nantinya juga berperan sebagai moderator diskusi. dr. Eka menyatakan bahwa seminar ini dilaksanakan semata-mata untuk menentukan sikap dokter dalam menghadapi tantangan globalisasi. Selain itu memberikan referensi kepada mahasiswa kedokteran UPH agar tahu bagaimana harus bersikap dalam melihat fenomena pasar bebas.

Seminar yang bertempat di Auditorium Faculty of Medicine UPH ini mendatangkan Menteri Kesehatan RI, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) sebagai key note speaker. Siti menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia sangat kompleks, ada yang dari dalam negeri, seperti kemiskinan, desentralisasi yang belum sempurna, protes demokratisasi yang belum pada jalurnya, pasar bebas bidang kesehatan sebagai perwujudan globalisasi liberal. Ada pula faktor dari luar seperti tatanan globalisasi yang tidak adil dan kebergantungan hampir total di bidang politik, ekonomi, dan sosial kepada asing.

Siti menjelaskan bahwa globalisasi memberikan kebebasan kepada pasar untuk memperdagangkan barang dan jasa bergerak melampaui batas wilayah negara. Dengan demikian, pasien dapat berobat ke luar negeri, investasi asing bebas masuk untuk membuka fasilitas kesehatan, dan dokter perawat asing juga dapat bekerja di Indonesia dengan leluasa.

Jika hal ini terjadi maka bagaimana dengan nasib para dokter dan perawat Indonesia. Melihat bahwa masyarakat Indonesia cenderung menyukai produk atau jasa luar negeri termasuk jasa dokter.

Namun, Siti tidak memungkiri bahwa globalisasi juga mempunyai dampak positif seperti meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan, kesempatan kerja, persaingan pelayanan kesehatan, dan pengembangan teknologi kesehatan. Hanya saja, ditakutkan terjadi penyalahgunaan teknologi kedokteran dan berubahnya filosofi pelayanan kesehatan dari sosial menjadi komersil. ?Indonesia adalah pasar emas, sehingga semua orang ingin berdagang di bangsa kita, hal ini perlu diwaspadai,? ujarnya. Siti menlanjutkan bahwa globalisasi liberal pada bidang kesehatan hanya akan menguntungkan negara asing saja, melihat adanya konspirasi dari negara adidaya dengan organisasi kesehatan dunia.

Siti pada akhir presentasinya memberikan beberapa solusi dalam menghadapi globalisasi liberal ini, yakni tolak liberalisasi dalam bidang kesehatan, mengubah sistem liberal dengan jalur konstitusional menjadi sistem yang adil dan merata, serta meningkatkan kemandirian Indonesia dalam bidang kesehatan. Siti juga menambahkan bahwa kita memerlukan konsep globalisasi yang harmoni artinya menjunjung tinggi kesetaraan dan saling membutuhkan, adanya proses transparansi, pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien bagi manusia, serta berdampak pada peradaban manusia yang bermartabat.

Selain Menteri Kesehatan RI, seminar ini juga mendatangkan beberapa pembicara lainnya, seperti Ketua Umum Konsil Kedokteran Indonesia dr. Hardi Yusa yang membahas kompetensi dokter dan dokter gigi Indonesia. Ada pula perwakilan dari Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Ditjen YanMed Depkes RI dr. Kemas M. Akib Aman, serta Kompartemen Hubungan Internasional PERSI dr. Muki Reksoprodjo.

 

UPH Media Relations