NEWS & PUBLICATION

Reforma 2025: Refleksi Kreativitas Mahasiswa DKV UPH dalam 80 Karya Visual 

15/07/2025 Faculty of Design

Reforma 2025: Refleksi Kreativitas Mahasiswa DKV UPH dalam 80 Karya Visual 

Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan (DKV UPH) kembali menegaskan eksistensinya melalui Reforma 2025, sebuah pameran seni dan desain yang sukses digelar pada 12–13 Juli 2025 di Townhall – Indonesia Design District, PIK 2, Tangerang. Pameran ini menampilkan 80 karya terpilih dari mahasiswa DKV UPH angkatan 2021–2024, yang merefleksikan perjalanan kreatif mereka selama masa perkuliahan. Tidak hanya menyuguhkan karya visual, Reforma 2025 juga diramaikan dengan beragam kegiatan interaktif, seperti workshop, artbooth, seminar, dan talkshow bersama para praktisi dan profesional dari industri kreatif. 

Di balik setiap karya yang ditampilkan, tersimpan kisah tentang proses panjang mahasiswa dalam menjinakkan ide-ide liar dan mengolahnya menjadi karya yang layak dipresentasikan kepada publik. Lebih dari sekadar ajang unjuk karya, Reforma merupakan tonggak pencapaian yang merangkum hasil pembelajaran, ketekunan, dan pertumbuhan kreativitas mahasiswa selama menempuh studi. 

Eston K. Mauleti, S.Sn., M.Ds., dosen DKV UPH sekaligus pembimbing dalam penyelenggaraan acara ini, menyampaikan bahwa Reforma bukan hanya menjadi wadah apresiasi dan panggung aktualisasi diri bagi mahasiswa, tetapi juga ruang pembelajaran yang mendalam. Menurut Eston, Reforma adalah tempat di mana mahasiswa ditempa untuk mematangkan ide—berangkat dari konsep yang masih mentah, kemudian mengolahnya menjadi karya visual yang matang, estetis, dan sarat makna. 

“Di sini mereka dilatih untuk mempertajam konsep, meningkatkan kualitas eksekusi, dan mengelola seluruh proses kreatif dari awal hingga penyajian akhir. Pameran ini menjadi pengalaman nyata yang melatih tanggung jawab, kerja sama tim, serta keterampilan berkomunikasi visual secara langsung di luar ruang kelas,” kata Eston. 

Merepresentasikan Proses Kreatif 

Josh Valensius Yantho, mahasiswa DKV UPH angkatan 2023 sekaligus Ketua Acara, menjelaskan bahwa persiapan Reforma 2025 berlangsung selama dua bulan, melibatkan 60 mahasiswa dan didukung oleh 20 staf serta dosen DKV UPH. Seluruh karya dipilih melalui proses kurasi ketat oleh dosen pengampu, berdasarkan tiga kriteria utama: kekuatan konsep, kualitas visual, dan relevansi dengan tema. Hasilnya, karya-karya yang dipamerkan bukan sekadar tugas akademik, melainkan refleksi dari proses intelektual dan kreativitas mahasiswa yang mendalam dan beragam. 

Josh menjelaskan bahwa tema utama pameran kali ini adalah ‘Reforma’, gabungan dari kata ‘Re’ yang berarti eksplorasi dan ‘Forma’ yang berarti bentuk atau struktur. Tema ini merepresentasikan proses kreatif mahasiswa dalam merancang sebuah karya—mulai dari tahap awal yang belum berbentuk hingga akhirnya menjadi sesuatu yang utuh, bermakna, dan siap ditampilkan ke publik. 

“Harapan saya melalui pameran Reforma adalah agar setiap orang yang terlibat baik peserta, panitia, maupun pengunjung dapat memahami dan memaknai nilai dari setiap proses yang dilalui. Tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga menghargai perjuangan, kerja keras, dan tantangan yang ditemui sepanjang perjalanan. Pameran ini juga menjadi refleksi bahwa keberhasilan tidak terjadi secara instan, melainkan melalui proses panjang yang penuh dedikasi dan pembelajaran,” ucap Josh. 

Dari Alpukat ke Imajinasi Tak Terbatas 

Siapa sangka, buah alpukat bisa melahirkan begitu banyak cerita dan interpretasi visual. Bagi Audrey Vanessa, mahasiswi DKV UPH angkatan 2024, alpukat bukan sekadar buah yang kerap hadir di meja makan. Ia memandangnya sebagai objek unik yang menyimpan makna personal mendalam. Karya berjudul The Functions of Avocado’s Existence menjadi ruang bagi Audrey untuk mengeksplorasi sisi lain dari buah yang tampak biasa, namun sarat simbol. Dari bentuknya yang khas, proses kreatif pun berkembang, dan melahirkan 12 karya visual yang merefleksikan pemikiran dan perspektif pribadinya. 

Melalui pendekatan ini, Audrey mencoba menerjemahkan karakter buah tersebut ke dalam berbagai interpretasi visual mulai dari Versailles Palace, The Storm on The Sea of Galilee, Light on the Lotus Pond, *The Next Station Headed To (…) *, ‘Great Kings of The Past Will Guide You, and So Will I’, The Peacock and Butterflies, ‘Beautiful….’ ~ Beauty and The Beast, Hot Air Ballooncado, Ride the Sky, Avocashell and The Little Turtle, Inside This Cave, dan Wednesday’s Violin Scene. Semua ini memperlihatkan bagaimana Audrey menerjemahkan karakter alpukat ke dalam berbagai nuansa visual yang kaya dan tak terduga. 

Bagi Audrey, proses kreatif ini bukan sekadar menciptakan karya, tetapi juga perjalanan menemukan perspektif baru terhadap hal-hal sederhana. Ia mengajak pengunjung merasakan bagaimana sebuah objek bisa ‘berbicara’ lewat cara yang tak terduga.  

“Saya berharap, ketika pengunjung melihat karya ini, mereka juga bisa mendapatkan ide baru serta memperluas kreativitas dalam membuat sebuah visual. Tidak hanya itu, mereka juga bisa belajar bahwa visual tidak dibatasi dengan sebuah lukisan yang indah untuk dilihat, tetapi memiliki makna dan narasi tersendiri di dalamnya,” ujar Audrey. 

Lebih dari Pameran: Mencetak Pemimpin Kreatif yang Berdampak 

Melalui Reforma 2025, DKV UPH tidak hanya memamerkan karya-karya visual yang memikat, tetapi juga mengangkat kisah-kisah di balik proses kreatif mahasiswa—kisah tentang ide, ketekunan, dan keberanian untuk berekspresi. Reforma menjadi bukti bahwa seni bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang perjalanan yang membentuk karakter dan nilai. 

Melalui proses kreatif inilah, mahasiswa dibentuk untuk lebih dari sekadar menghasilkan karya—mereka diajak mengasah kepekaan sosial dan jiwa kepemimpinan sejak di bangku kuliah. Harapannya, saat mereka lulus nanti, mereka tidak hanya siap menjadi profesional yang unggul, tetapi juga pemimpin masa depan yang takut akan Tuhan dan membawa dampak positif bagi bangsa dan dunia.