26/05/2009 Uncategorized
decorations
Fakultas Psikologi UPH berharap seminar dan workshop ini memperlengkapi pengetahuan para orang tua, masyarakat dan mahasiswa mengenai penanganan autisme.
Orang tua sedang mengamati para trainer yang memperagakan metode Structured Teaching
Lippo Village (22/5) ? Selama tiga hari berturut-turut, Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan (UPH) mengadakan seminar dan workshop membahas penanganan autisme.
Seminar dan workshop ini mengundang pakar psikologi dan konseling, Esther Susabda, sebagai pembicara. Esther Susabda adalah Dekan Akademis Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) bidang Psikologi dan Konseling serta Theologi Praktika.
Di Indonesia, hingga kini belum ada data konkrit mengenai jumlah penderita autisme. Namun berdasarkan pendataan kasar Himpunan Autisme Indonesia (HAI), dalam seminggu setiap poliklinik autisme dikunjungi rata-rata 4-5 penderita baru. HAI memperkirakan angka itu akan meningkat tajam. Sementara, Centers for Disease Control (CDC) ? US melaporkan autisme terjadi pada satu dari 250 kelahiran setiap harinya di dunia, dan empat kali lebih banyak menyerang laki-laki.
Menyikapi hal ini, Fakultas Psikologi UPH membuka seminar dan workshop ini dengan harapan memperlengkapi pengetahuan para orang tua, masyarakat dan mahasiswa mengenai penanganan autisme. ?Kami ingin masyarakat terutama para orang tua tahu cara yang tepat menangani autism dengan pembelajaran yang cocok serta identifikasi dan intervensi dini terhadap para penderita,? ungkap ketua panitia acara sekaligus dosen Fakultas Psikologi UPH, Esther Kurniawan.
Seminar dan workshop ini secara khusus memperkenalkan teknik penanganan autisme baru, structured teaching. Pembicara seminar, Esther Susabda, menyatakan teknik ini dianggapnya paling berpotensi menolong menangani dan mendidik anak-anak penderita autisme.
?Teknik ini menolong membina anak-anak autisme dengan lingkungan yang terstruktur, konsisten, dan bisa diprediksi,? ungkapnya.
Structured teaching dipraktekkan secara langsung di dalam workshop-workshop yang melibatkan secara langsung orang tua dan anak-anak mereka yang menderita autisme.
Para orang tua menyatakan puas dengan pengajaran baik secara teori maupun praktek yang diberikan Susabda. Salah seorang peserta mengaku sebelumnya hanya mengerti sebagian kecil dari yang disampaikan dalam seminar ini.
?Yang disampaikan sangat membukakan pengetahuan, kami diajarkan melihat dari sudut pandang anak-anak tersebut, melihat yang mana yang bisa membuat mereka bertindak dan berpikir lebih nyaman. Saya senang kita bisa membuat kualitas hidup anak-anak ini lebih baik,? ungkapnya.
Fakultas Psikologi UPH selanjutnya akan terus meningkatkan usaha memperlengkapi para mahasiswanya dan masyarakat dengan pengetahuan mengenai penanganan autisme dengan membuka pusat konseling dan pelatihan anak autisme.
?Kami sedang merancang untuk membuka pusat konseling tersebut dalam lima tahun kedepan. Harapan kami adalah agar para penderita autisme juga mendapat tempat yang layak dan perlakuan serta kesempatan yang sama dalam masyarakat,? ungkap Esther Kurniawan. (jo)
UPH Media Relations