NEWS & PUBLICATION

Seminar Seni dan Budaya ?Matah Ati?: Karya Luar Biasa dari Anak-Anak Bangsa

24/03/2011 Uncategorized

Seminar Seni dan Budaya ?Matah Ati?: Karya Luar Biasa dari Anak-Anak Bangsa

Seminar yang diadakan oleh Jurusan Desain Komunikasi Visual pada tanggal 22 Maret 2011 membahas ?Matah Ati? yang ditampilkan di Esplanade Theater Singapore dari 22 Oktober sampai 23 Oktober 2011.

Para pembicara seminar “Matah Ati,” Jay Subiakto, Atilah Soeryadjaya,dan beberapa perwakilan dari pertunjukan dengan mahasiswa dan staff Desain Komunikasi Visual UPH.

?Bangsa yang hebat adalah bangsa yang mencintai budayanya,? kata Jay Subiakto, sutradara seni dari ?Matah Ati? ketika memulai seminar yang diadakan oleh Jurusan Desain Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH). Seminar yang diadakan pada tanggal 22 Maret 2011 membahas ?Matah Ati? yang ditampilkan di Esplanade Theater Singapore dari 22 Oktober sampai 23 Oktober 2010.

Meski kekurangan dukungan sponsor, Atilah Soeryadjaya, produser, sutradara, penulis, dan perancang kostum dari ?Matah Ati? merasa puas dapat membawa budaya Indonesia ke Singapura dan menampilkan pertunjukan sukses yang dihargai oleh para penonton. Pertunjukan yang telah dipersiapkan selama dua tahun melibatkan 95 penari dan pemain gamelan dari Indonesia. Dengan tarian Jawa yang menawan dan setting panggung dan pencahayaan yang menakjubkan, ?Matah Ati? merupakan hasil karya anak bangsa yang benar-benar luar biasa.

Jay Subiakto mengatakan kita harus bangga akan kebudayaan kita sendiri. Indonesia adalah negara hebat dengan beragam kebudayaan yang bila dijelajahi akan dapat menghasilkan karya luar biasa. Dalam ?Matah Ati?, Jay Subiakto membawa panggung yang dimiringkan 15 derajat. Panggung dimiringkan agar para penonton yang duduk di belakang bisa melihat susunan para penari. Selain itu, menurut penilitian Jay, di cerita aslinya pemeran utama, Raden Mas Said, melakukan banyak perang di daerah perbukitan. Hal ini juga menjadi alasan mengapa panggungnya dimiringkan, sehingga setting panggung menyerupai keadaan bukit sesuai dengan cerita aslinya.

Di pertunjukannya, Jay Subiakto menggunakan banyak simbol geometris yang memiliki arti tersendiri. Simbol-simbol yang digunakan berdasarakan penilitian budaya Indonesia yang dilakukan oleh Jay. Karena itu, Jay menyarankan untuk menjadi orisinil dan tidak mengikuti maupun meniru budaya Barat karena kita sendiri punya budaya yang kaya dan beragam.

Di seminar ini, sekilas video dari pertunjukan 90 menit ?Matah Ati? dimainkan. Penari utama Fajar Satriadi dan Rambat Yulianingsih juga menampilkan salah satu gerakan dari pertunjukan tersebut.

Seminar ini sangat berguna terutama bagi mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual, karena mereka akan memproduksi desain panggung miniatur untuk proyek akhir. Para mahasiswa diharapkan telah mendapatkan inspirasi dan pengetahuan dari para profesional. (dee)

UPH Media Relations