03/12/2015 Uncategorized
UPH Alumni Business Network (ABN) kembali diadakan untuk ketujuh kalinya pada 27 November 2015, di Shangri-La Hotel, Jakarta. Tema yang diangkat kali ini ialah ?Financing & Funding?
UPH Alumni Business Network (ABN) kembali diadakan untuk ketujuh kalinya pada 27 November 2015, di Shangri-La Hotel, Jakarta. Tema yang diangkat kali ini ialah ?Financing & Funding?
UPH Alumni Business Network (ABN) kembali diadakan untuk ketujuh kalinya pada 27 November 2015, di Shangri-La Hotel, Jakarta. Tema yang diangkat kali ini ialah ?Financing & Funding? (seri keempat dari Business StartUp), yakni membahas bagaimana cara mendapatkan modal bagi pengusaha baru dan ingin merintis usaha sendiri.
Karena itu dalam acara ABN kali ini, UPH, melalui Alumni and Corporate Relations Department, menghadirkan dua pembicara yang sangat kompeten membahas tema ini, yakni, Daniel Darmawan, Sub Division Head of Commercial Business & SME BCA dan Benjamin Twoon, Country Director Fundnel Limited. Acara ini pun dipandu oleh Suwandy Lee (Alumni Manajemen UPH, 2003), Senior Vice President di salah satu bank internasional terkemuka di dunia.
Di awal talkshow, Suwandy memulai dengan survei sederhana. Pertanyaannya, berapa banyak peserta ABN yang berencana membuat usaha sendiri? Jawabannya cukup menarik. Sekitar 80% dari 68 alumni yang hadir mengaku ingin membuat usaha sendiri. Sedangkan sisanya adalah alumni yang sudah memiliki bisnis dan bekerja sebagai profesional.
Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih mendalam, Suwandy juga menjelaskan perbedaan definisi dari Financing dan Funding. ?In a nut-shell, it?s pretty much the same, you get money, you want to raise financial resources,? ujar Suwandy.
Namun ia menambahkan tetap ada perbedaanya. Kalau financing adalah cara untuk raising fund dengan cara yang lebih tradisional, seperti melalui bank. Biasanya dalam bentuk debt/hutang. Sedangkan funding dapat dikatakan sebagai alternative financing yang didapatkan melalui investor, venture capital, hedge fund, dan lain sebagainya. Dalam konteks funding ini, investasi dapat diberikan bukan dalam bentuk hutang, tetapi dalam berbagai perjanjian tertentu, seperti misalnya ekuitas. Namun untuk lebih lengkapnya dijelaskan oleh Daniel Darmawan dan Benjamin Twoon.
Pemaparan pertama disampaikan oleh Daniel Darmawan yang membahas financing secara tradisional. Pria yang sudah lebih dari 20 tahun bergelut di dunia perbankan ini menjelaskan berbagai fitur yang disediakan BCA, yaitu berbagai macam bentuk kredit atau pinjaman bagi para pengusaha. Dalam divisi bisnis SME (Small and Medium Enterprises) dan Commercial, Daniel mengatakan bahwa BCA melayani kredit dari 500 juta hingga 350 miliar rupiah. Hal itu sesuai dengan visi BCA, yakni menjadi solusi keuangan bagi bisnis besar maupun perseorangan. Dengan kata lain, BCA membuka peluang bagi pengusaha yang sudah memiliki ide bisnis, namun membutuhkan bantuan modal.
Selanjutnya Benjamin Twoon, Country Director Fundnel Limited, memperkenalkan profil Fundnel Ltd kepada peserta. Perusahaan asal Singapore ini berfungsi sebagai penghubung antara investor dengan pengusaha, khususnya startup business. Dengan kata lain, Fundnel membantu pengusaha untuk mendapatkan investor untuk mendanai startup business mereka.
Fund tersebut dapat berasal dari investor tunggal, atau bisa juga dana kolektif dari beberapa investor. Kelebihan Fundnel dari metode financing secara tradisional yaitu Fundnel dapat memberikan bantuan investasi bagi pengusaha di early stage bisnis mereka. Berbeda dengan bank yang biasanya hanya dapat memberikan bantuan kredit jika usaha tersebut sudah memiliki sejarah performa keuangan yang baik.
?Namun sebelum kami mencarikan investor, kami akan melakukan double check untuk setiap klien. Seperti bagaimana business-plan mereka, apakah governance-nya baik, termasuk melihat legalitas usaha dan financial report mereka. Kami akan evaluasi apakah usaha tersebut sehat dan layak untuk mendapat investment, baru kami mencari investor yang tepat serta bertangung jawab,? ungkapnya. Dalam sesi tanya jawab, Benjamin juga menyampaikan bahwa dalam kesepakatan crowdfunding, rata-rata investor mengharapkan Return on Investment (ROI) sampai sekitar 18%. Kesepakatan akan mengacu pada evaluasi usaha tersebut. ?Semakin tinggi resiko investasi, semakin tinggi ROI yang diharapkan investor,? ungkap Benjamin.
Melalui talkshow kali ini, para alumni yang hendak memulai bisnis startup tidak perlu khawatir dari mana harus mendapatkan modal. Namun tentunya pengusaha harus tetap jeli dalam memilih investor atau bank, setiap ketentuan dan persyaratan yang berlaku pun harus dipelajari dengan seksama agar tidak terjadi kesalahpahaman nantinya.
Dalam wawancara singkat dengan Hidekazu Imai, Managing Executive dari Nikkei Asian Review, menyampaikan bahwa ABN merupakan acara yang luar biasa. ?Saya terkesan dengan banyaknya alumni UPH yang ingin membuat usaha sendiri. Di Jepang, mayoritas lulusan perguruan tinggi ingin bekerja di perusahaan yang sudah mapan. Masih sedikit sekali yang ingin membuat usaha sendiri. Oleh karena itu saya sangat terkesan,? ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa selanjutnya Nikkei Asian Review, sebagai perusahaan media asal Jepang, akan berkolaborasi dengan UPH Alumni and Corporate Relations Department untuk membuat kegiatan yang tidak kalah menarik dengan acara ABN kali ini. (FC)
UPH Media Relations |