07/12/2018 Festival UPH
Living with transforming mind atau revolusi mental? menjadi pesan devosi yang dibawakan oleh Pdt. Yung Tik Yuk untuk mengawali hari kedua UPH Festival 25, di Grand Chapel UPH Kampus Lippo Village 16 Agustus 2018. Pdt. Yung menyampaikan kisah Yesus bersama murid-muridNya diambil dari Matius 16 : 21-24.
Berangkat dari Firman Tuhan tersebut, ia menegaskan bahwa dalam hidup hanya ada 2 wilayah, yaitu bersama Allah atau melawan Allah; memikirkan pikiran Allah atau pikiran Manusia; hal-hal yang sifatnya sementara atau kekekalan bersama Allah. Jadi menurutnya tidak ada yang disebut netral. Untuk itu diperlukan pola pikir yang sudah diubahkan Tuhan, sehingga memiliki konsep yang benar tentang Tuhan.
?Kita sebagai orang Kristen menyebut Tuhan kita dengan benar, tapi belum memiliki konsep yang benar tentang kekristenan. Seperti Petrus di injil tersebut memperlihatkan bahwa Petrus masih memakai pikiran manusia dan belum ditransformasi ke dalam pikiran Allah. Menjadi pengikut Yesus harus ada revolusi mental atau transforming the mind,? jelas Pdt. Yung.
Yang dimaksud mengalami revolusi mental bagi seorang Kristen yaitu menyangkal diri, memikul salib, dan akhirnya bisa mengikut Yesus. Dengan adanya revolusi mental, manusia akan memiliki keberanian baru. Yaitu berani memakai pikiran Allah, sehingga pusat hidup manusia adalah semua rencana Allah dan menjadi berkat bagi sesama.
Melalui kisah Yesus bersama murid-muridNya, Pdt. Yung juga menjelaskan 4 level kepercayaan manusia kepada Tuhan. Pertama, manusia percaya Tuhan karena butuh Tuhan, kedua karena Tuhan baik, ketiga karena mengalami kebaikan Tuhan, dan yang terakhir manusia yang percaya dan rela berkorban.
?Level Kekristenan seharusnya dimulai dengan mengenal dulu siapa Allah kita. Setelah kenal baru bsia mengasihi Allah. Kemudian level selanjutnya yaitu, secara pribadi harus mengalami bukan sekedar tahu Tuhan baik. Dengan mengalami kasih Tuhan, kita harus selalu memiliki hubungan secara pribadi dengan Tuhan. Hingga akhirnya sampai di level tersulit yaitu memikul salib atau rela berkorban,? ungkap Pdt. Yung.
Secara jelas, Pdt. Yung juga menyatakan bahwa revolusi mental pada akhirnya adalah proses yang harus dilalui seseorang. Proses ini pastinya tidaklah mudah tapi banyak tantangan untuk menarik kita keluar dari jalannya Kristus.
Diakhir devosi, Pdt. Yung mengajak dan menantang para mahasiswa baru dan peserta devosi lainnya. Apakah kita siap untuk hidup dalam level tinggi kekristenan dan mengikut Yesus. Siapkah kita mulai selalu memikirkan apa yang menjadi rencana dan keinginan Tuhan? Pasti sulit, tapi Tuhan senantiasa menyertai. (mt)