HI UPH Integrasikan Kurikulum dengan Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan, Efektif Tingkatkan Soft Skills.

Institusi Pendidikan terus berupaya untuk memberikan kualitas dan pengalaman belajar yang terbaik bagi peserta didik. Universitas Pelita Harapan (UPH) sebagai institusi Pendidikan tinggi juga turut mengupayakan hal ini, salah satunya melalui integrasi kurikulum dengan kegiatan kemahasiswaan. Menurut Elyzabeth Bonethe Nasution, S.I.P., M.A. – Ketua Prodi HI UPH, cara ini dinilai efektif meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar, yang melibatkan dosen dan peran aktif mahasiswa.

“Sebagai contoh di semester kedua ada mata kuliah Pengantar HI (PHI) dengan bobot 4 SKS yang kami integrasikan dengan SDC (Short Diplomatic Course) salah satu kegiatan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS). SDC merupakan pelatihan one on one untuk melakukan simulasi Model United Nations (MUN). Simulasi MUN tersebut dilakukan dengan real standard yang berlaku dan dinilai oleh senior dan alumni. Kemudian partisipasi dan hasil yang diperoleh dalam kegiatan simulasi MUN tersebut, berkontribusi 20% terhadap bobot nilai PHI yang akan diperoleh mereka,” jelas Elyzabeth.

Lebih lanjut, menurut Elizabeth, kegiatan internal yang ada di HMPS HI UPH sejalan dengan capaian kurikulum yang ada. Dengan demikian, prodi bisa bekerja sama dengan HMPS dalam menjadikan kegiatan HMPS sebagai bagian dari komponen penilaian pada mata kuliah tertentu yang wajib diperoleh mahasiswa. Secara tidak langsung cara ini efektif untuk mendorong partisipasi aktif mahasiswa mengikuti kegiatan HMPS, dan dalam pengembangan skills mahasiswa.

Kegiatan HMPS HI UPH sendiri terdiri dari 3 fokus yaitu Model United Nations (MUN), FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia) Chapter UPH, dan IRDC (International Relations Debate Club). Ketiganya menurut Elyzabeth menjadi cara tepat bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang telah diperoleh dan tidak terpisahkan. Ketiganya dibutuhkan dalam melatih soft skills seperti kemampuanberpikir kritis, menganalisis, public speaking, berbahasa inggris, dan lainnya.

“Di MUN mereka dilatih untuk melakukan simulasi sidang yang sering dilakukan di PBB untuk melatih kemampuan dan mempertahankan berargumen, melobi, dan bernegosiasi. Kemudian IRDC melatih kemampuan mereka dalam berdebat dan mempertahankan posisi. Ketiga yaitu FPCI Chapter UPH, yaitu wadah untuk melatih mahasiswa aware dengan isu global, khususnya yang terkait atau berdampak bagi Indonesia,” jelas Elyzabeth.

Elyzabeth juga menambahkan khusus FPCI, tidak semua kampus menjadi chapter atau anggota dari FPCI dan UPH dinilai menjadi chapter kampus yang aktif dalam partisipasi keanggotaanya. FPCI merupakan organisasi yang fokus pada bidang HI, didirikan oleh Dino Patti Djalal, Wakil Menteri Luar Negeri RI 2014 dan mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat. Kegiatan selalu mengangkat isu-isu terkini dalam bentuk talkshow, seminar, atau diskusi bersama pembicara professional di bidang HI.

Kelebihan HI UPH dari segi integrasi kurikulum dan kegiatan mahasiswa UPH ini juga diakui oleh Vanesha Violine, HI 2017 yang saat ini menjadi Ketua HMPS HI.

“Proses studi kami di HI UPH yang didukung dan berjalan bersama dengan kegiatan HMPS ini benar-benar melengkapi kami sebagai mahasiswa, tidak hanya dalam kebutuhan akademik, tetapi juga non-akademik,” ungkap Vanesha.

Melalui seluruh kegiatan HMPS yang ada harapannya mahasiswa HI semakin kritis dan mampu mengembangkan skillsnya dengan cara yang efektif. Sehingga isu global atau teori yang mereka peroleh di kelas dapat dibahas dan diaplikasikan di organisai tersebut. Tidak hanya itu Elyzabeth juga melihat keterbatasan waktu di ruang kelas dapat terjawab dengan adanya kegiatan internal HMPS HI ini. (mt)